Sepuluh

2.5K 370 16
                                    

Rose berjalan dengan santainya dari jalan besar menuju ke rumahnya. Hari ini rose membawakan satu bucket ayam goreng dengan merk ternama.

Rose berpikir tidak ada salahnya sesekali anaknya memakan makanan junk food. Terlebih lagi ini ia lakukan untuk sekedar merasa terimakasih pada jihan yang sudah dengan tulus membantunya menjaga lyn.

Rose tersenyum lebar begitu mendapati pemandangan di depan sana, dimana ada jihan dan juga lyn yang tengah menunggu dirinya.

"Bunda!!" teriak lyn dari depan rumah jihan.

Rose perlahan mulai berlari kecil dan langsung menundukkan badannya ketika ia tiba di hadapan anaknya itu.

"Bunda beneran beli ayam?" tanya lyn dengan antusias.

Rose mengangguk sambil menunjuk apa yang ia bawa sedari tadi, dan sontak hal tersebut membuat lyn melonjak kesenangan.

"Kok banyak rose belinya?" tanya jihan.

"Sengaja sih buat kita makan rame rame, lagian juga gue baru gajian kan" jelas rose.

"Oalah tumben.."

"Jeffry mana? Engga mau makan bareng kita?"

Jihan menggeleng pelan. "Engga rose, dia ada acara makan sendiri tuh kayanya sama keluarga dia"

"Ya udah, yuk kita ke rumah" ajak rose.

Mereka bertiga mulai berjalan ke gang yang berada di sebelah rumah jihan dan masuk ke dalam rumah rose.

"Eh iya rose, gue mau ngomong" ucap jihan disela sela dirinya membantu rose untuk menyiapkan makan malam tersebut.

"Ngomong aja ji"

"Dua hari lagi gue mau ngelamar kerja gitu kan, terus sekalian interview. Nanti lyn sama siapa?" tanya jihan.

Rose tersenyum kecil. "Urusan lyn nanti biar gue yang urus. Gue bisa kok titip dia ke tempat penitipan anak, atau gue minta tuker jadwal libur"

Jihan menghembuskan nafasnya berat dan itu membuat rose menoleh ke arahnya.

"Kenapa ji?" tanya rose.

"Lu engga mau titipin lyn ke rumah jeffry aja?"

Rose menggeleng pelan. "Engga deh, gue engga mau bikin repot orangtua jeffry"

"Seandainya ya rose gue tinggal sama orangtua gue sekarang"

Rose tersenyum, awalnya semenjak rose tinggal disini jihan masih tinggal dengan orangtuanya dan kakak perempuannya. Sampai suatu ketika, begitu kakak perempuan jihan menikah, orangtua jihan diboyong untuk ikut tinggal bersama dengannya. Lalu kenapa jihan tidak ikut? Mudah sekali, ia tidak ingin meninggalkan rumah yang sudah ia tempati sejak kecil dan ia masih ingin bersama dengan jeffry. Walaupun jihan tau jeffry mungkin tidak pernah akan membuka hati untuknya, dan jeffry pernah menyukai rose, jihan tidak akan merasa sedih ataupun benci kepada keduanya.

"Gue jadi kangen sama ibu gue.." ucap jihan. "Gue juga kangen sama ayah, tapi ayah udah engga ada sejak dua tahun lalu" lanjutnya.

Rose tau betapa beratnya menahan rindu pada orangtua. Setidaknya jihan beruntung, ia tidak bernasib buruk seperti dirinya. Rose sejujurnya sangat rindu dengan keluarganya, terutama dengan perempuan yang telah melahirkan dirinya. Tapi apa boleh buat, dirinya sudah dibuang sejak lima tahun lalu dari keluarga itu. Bahkan rose bertanya, apakah namanya sudah benar benar menghilang dari kartu keluarganya?

"Ji, kan lu masih bisa nemuin ibu lu di rumah kakak lu itu. Lu juga masih bisa ngunjungin makam ayah lu" ujar rose sambil mengusap pelan pundak jihan.

RedeemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang