Sembilanbelas

2.4K 373 17
                                    

Waktu masih terlalu dini untuk dikatakan sudah sore. Di siang menjelang sore ini june masih setia memandangi wajah anaknya.

Ya, kali ini tanpa june perlu tau apa penyebabnya, rose meminta dirinya untuk menjaga lyn untuk sebentar saja. Walaupun dengan syarat jangan june bawa lyn ke rumahnya ataupun membawa lyn ke rumah rose.

June memperhatikan tangan kecil lyn yang kini sibuk menggoreskan garis garis yang nantinya akan menjadi sebuah objek gambar pada selembar kertas.

"Naah selesai" ucap lyn tiba tiba, dan kini ia dengan semangat menunjukkan hasil karyanya kepada june. "Gimana om, bagus engga?"

June tersenyum sambil mengangguk. Setidaknya itu membuat karya lyn dihargai, walaupun gambar itu hanyalah gambar orang khas goresan anak kecil pada umumnya.

Kruuk...

Lyn dengan takut takut menahan malu kini menatap june dengan hati hati sambil memegang perutnya.

"Lyn laper?" tanya june.

Lyn menggeleng kecil. "Engga kok om"

Jelas june tau kalau anaknya itu tengah berbohong. "Ayo kita makan lyn" ajak june.

"Lyn engga laper kok om"

"Ck, perut kamu udah bunyi gitu masa iya engga laper?"

Lyn memasang wajah sok sedih sambil mengerucutkan bibirnya, dan june entah kenapa bisa merasakan ada hal yang ingin lyn sampaikan.

"Kenapa lyn?" tanya june.

"Kata bunda, lyn engga boleh deket deket sama om june lagi, lyn engga boleh bilang sayang lagi sama om june lagi. Padahal om june baik sama lyn. Lyn suka sama om june" jelas lyn dengan panjangnya.

June mengusap pelan rambutnya, ia tak mengerti kenapa rose harus menyuruh lyn melakukan hal yang anaknya sendiri tidak ingin. Apakah sebegitu bencinya rose pada dirinya?. Perlahan tangan june membawa tubuh lyn untuk memangkunya.

"Lyn sayang sama om june? Beneran?" tanya june sambil mengusap rambut anaknya itu.

Lyn mengangguk mantap. "Sayaaaang banget".

"Om janji, om bakal bikin lyn sama bunda lyn bisa ada di sisi om terus gimanapun caranya"

"Emang bisa om?"

June tersenyum, jari telunjuknya menyisiri ruangan tengah apartemen miliknya, dan itu membuat lyn mengikuti arah jari telunjuk june.

"Ini tempat yang om waktu itu om tunjukkin di foto. Lyn pernah bilang mau tinggal disini kan? Nanti kita bertiga tinggal disini bareng bareng ya?" ucap june.

Bukannya menjawab, lyn malah memeluk june. "Lyn mau tinggal sama om june, lyn mau punya ayah kaya om june"

Entah kenapa sekarang rasanya jantung june terasa sesak. Seandainya lyn tau bahwa orang yang tengah ia peluk ini adalah ayahnya. Ayahnya kandungnya yang masih hidup dan sedang berusaha membuat dirinya hidup kembali di mata lyn.

Lyn melepaskan pelukannya dari june, dan menatap june dengan dalam. "Om, kalau orang gede beres beres rumah, artinya apa?"

"Artinya, biar rumah itu rapih"

"Oh begitu.." lyn mengangguk paham. "Emang harus pakai kotak besar ya om?"

Pertanyaan lyn membuat june terbelalak seketika. Sepertinya ia paham maksud arah omongan lyn.

"Emang bunda lyn mau kemana?" tanya june untuk memastikan.

"Engga tau, bunda cuma bilang kalau bunda mau rapihin rumah aja abis itu kita pindah" jelas lyn.

RedeemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang