Duapuluh Sembilan

2.8K 418 50
                                    

Sudah sejak hampir seminggu sejak dimana lyn memanggil june dengan sebutan ayah, june semakin memantapkan nyalinya untuk meresmikan keluarga kecilnya itu.

Dan disinilah mereka sekarang, baik rose dan june sama sama menatap ke arah rumah di depan mereka. Rasanya sudah lama sekali rose tidak menyambangi rumahnya, rumah yang telah lama ia tidak lihat, rumah yang ia rindukan walaupun menyakitkan.

June dengan jelas dapat melihat guratan khawatir di wajah rose, ia mengulurkan tangannya dan mengusap tangan rose, seraya berharap bahwa perempuan itu akan kuat, dan rose juga harus tau bahwa ada dirinya disaat itu.

Rose menghembuskan nafasnya panjang lalu melirik ke arah lyn yang berada di bangku penumpang belakang.

"Lyn, ayah sama bunda turun ya? Inget kan, apa kata ayah?" tanya june memastikan.

Lyn mengangguk. "Iya yah, lyn inget kok. Lyn bakal nunggu disini"

June tersenyum kepada lyn, dan mengajak rose untuk keluar dari mobilnya. Langkah mereka beriringan untuk masuk lebih dalam ke perkarangan rumah.

Menghembuskan nafasnya berat, june mengetuk pintu tersebut. Dan selang beberapa detik kemudian, mereka disambut oleh seorang perempuan. Perempuan yang amat rose rindukkan.

Sama halnya dengan rose, perempuan itu juga merindukan anaknya. Ia langsung memeluk putrinya dan mengusap pundak anaknya.

"Ini rose kan? Rose anak bunda?" tanya bunda rose untuk memastikan.

Rose mengangguk sambil berusaha agar tidak menangis. "Iya, ini rose anak bunda"

June tersenyum begitu melihat anak dan ibu ini bisa bertemu lagi setelah sekian lama.

Bunda rose mengajak mereka untuk masuk ke dalam rumah, awalnya rose sempat takut, tapi ia mengingat omongan june yang bilang bahwa ada lelaki itu di sampingnya.

Benar saja, begitu mereka berada diambang ruang tengah, rose dapat melihat guratan wajah marah khas ayahnya yang tak bersahabat. Dan ada abangnya, richard, yang di sebelah ayahnya. Richard kaget karena adik perempuannya itu mempunyai nyali yang besar untuk kembali ke rumahnya lagi.

"Mau apa kalian kesini?" tanya evan -ayah rose- dengan dinginnya.

June berdehem sejenak hingga akhirnya dengan nyali yang terkumpul, ia melangkah lebih dekat ke ayah rose.

"Saya kesini untuk membayar semua kesalahan saya atas putri anda. Karena saya, putri anda menjadi seperti ini. Karena saya, masa depan cerah putri anda tidak bisa dicapainya" jelas june.

Jelas ayah rose hanya tertawa meremehkan omongan june. "Membayar? Kamu pikir semudah itu?"

June menggeleng. "Karena saya tau betapa susahnya kesempatan untuk saya membayar itu semua, saya akan berusaha keras"

"Dengan apa? Semua sudah berlalu, sudah sejak lama"

"Saya akan menikahi putri anda dan membangun keluarga kecil dari awal. Karena biarpun waktu berlalu sudah lama, saya tetap dan akan masih mencintai putri anda" ucap june dengan mantap.

"Ayaah!!" teriak rose dan bundanya bersamaan ketika ayahnya menghantam june dengan kepalan tangannya sehingga membuat june tersungkur.

June memegang pipinya yang kini mulai mengeluarkan cairan berwarna merah, ia menegakkan kepalanya dan dapat dengan jelas melihat rahang ayah rose yang tengah mengeras.

Rose mendekatkan dirinya ke arah june, tapi secepat itu juga june menahan rose untuk tidak mendekat. Karena june merasa ini adalah urusannya sekarang.

Dengan berlutut di depan ayah rose dan juga richard, june menundukkan kepalanya.

"Saya engga peduli mau seberapa lama dan seberapa kuat om menghajar saya, akan saya terima kalau itu bisa membuat om tenang untuk sejenak" ucap june.

RedeemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang