Tigabelas

2.5K 393 38
                                    

June merapikan sedikit penampilannya dengan bercermin pada sebuah kaca. Sesekali ia menghembuskan nafasnya karena tak tau apakah ia akan mengetahui jawaban dari teka teki dalam hidupnya selama ini.

Sebelum dirinya keluar melalui pintu rumahnya, panggilan sang mama sukses membuat dirinya menghentikan langkah kakinya. Mau tak mau june menghampiri sang mama yang tengah duduk di sofa.

"Mau kemana jun? Hari ini engga ngantor?" tanya sang mama.

June menggeleng pelan. "Engga ma, mungkin untuk dua hari kedepan june engga masuk kerja"

"Loh, kenapa? Emang engga banyak kerjaan?"

"Nanti mama juga tau alasannya kenapa" jawab june dan saat itu june meraih tangan sang mama lalu mengusap punggung tangan mamanya itu.

"Ma, maafin june" ucap june.

Tentunya mama june hanya bisa mengerenyitkan dahinya bingung. "Maaf? Emang ada apa? Kamu ada salah apa?"

June tersenyum sambil menggeleng pelan. "Engga, pokoknya june mau minta maaf aja dulu sama mama"

Sang mama hanya ikutan menggeleng lalu menatap kepergian anaknya yang mulai menghilang di balik pintu.

June bergegas mengendarai mobilnya ke tempat dimana yang sudah mereka janjikan. Mereka yang dimaksud kali ini adalah june, yohanes, jisel serta daniel. Daniel merupakan dokter yang dekat dengan june.

Setelah berkendara hampir satu jam, kini mobil june tiba di sebuah kawasan perumahan. Yaitu rumah yohanes.

June langsung turun dan langsung masuk ke rumah yohanes tanpa mengucapkan salam. Namun sebelum dirinya masuk, june dicegat oleh jisel di depan pintu rumah yohanes.

"Kenapa jis? Yohanes berhasil bawa anaknya kan?" tanya june.

Jisel mengangguk. "Tapi jun jangan terlalu excited, soalnya lyn agak bingung dan takut karena ada banyak orang yang engga dia kenal" jelas jisel.

June hanya tersenyum kecil. "Tenang aja, kan dia udah kenal gue, gue pastiin dia bakal ngerasa nyaman sama kita"

Lalu jisel membawa june untuk masuk ke dalam rumah yohanes, tepatnya menuju ke arah ruang tengah rumah tersebut. June dapat melihat dari kejauhan kalau ada lyn disana sedang berbincang sambil sesekali tertawa dengan kaho, pacar yohanes.

Jisel melirik ke arah lyn dan june. "Kayanya lu kalah sama yohanes, jun. Buktinya anak rose aja sampe deket gitu sama pacarnya" ledek jisel.

"Gue engga bakal kalah sama siapapun, karena gue yakin anak itu anak gue" ucap june lalu meninggalkan jisel untuk menghampiri lyn.

Sebelum benar benar dirinya menghampiri lyn, yohanes menepuk sekilas pundak june seakan menyalurkan semangat untuknya. June juga melirik sekilas daniel yang berada di dekat lyn dan kaho, lelaki itu hanya mengangguk sambil tersenyum tipis pada june.

June lantas benar benar mendekat kearah mereka, dan mendudukkan dirinya di lantai persis seperti apa yang mereka lakukan.

Lyn yang awalnya tidak menyadari keberadaan june kini melirik ke arahnya sambil berusaha menahan rasa terkejutnya.

"Hallo, lyn" sapa june setenang mungkin.

"Om!!" teriak lyn dan tiba tiba saja anak kecil itu memeluk june dengan cara mengalungkan lengannya ke leher june.

Sontak kejadian itu membuat semua orang terperangah, termasuk juga june. Ia tidak menyangka bahwa lyn akan memeluknya seperti ini, padahal jika dipikir dirinya hanya orang asing untuk anak itu.

Lyn perlahan melepaskan pelukannya. "Om tinggi kok bisa disini juga?" tanyanya.

June tersenyum sekilas dan memindai keseluruhan wajah lyn dari jarak yang sangat dekat. "Iya, soalnya om juga temen om yohanes"

RedeemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang