Duabelas

2.6K 340 22
                                    

Jemarinya sejak beberapa menit yang lalu masih setia melingkari bentuk gelas yang ada di hadapannya sedari tadi. June menatap kosong ke arah gelas yang berisi alkohol namun tinggal setengah. June bukan tipe orang yang sering minum, ia hanya minum ketika otaknya benar benar kacau saja.

Otak june melayang jauh seakan mencoba memecahkan teka teki apa yang kini sedang melanda hidupnya?. Mulai dari rose yang menghilang dan menjauh, keluarga rose yang membenci dirinya, dan terakhir persoalan dengan lyn.

Tidak sampai disitu, june berpikir keras apakah lyn memang anaknya?

June mengusap rambutnya kasar sambil menghembuskan nafas panjang. Otaknya mengingat kembali kejadian 5 tahun lalu, dan bodohnya ia baru ingat kejadian itu baru baru ini.

Tangan june bergerak hendak meneguk alkoholnya lagi, tapi kini ada sebuah tangan yang menghalangi gerakan tangannya. June menatap ke sampingnya dan mendapati Yohanes, Jisel serta Khanza.

Yohanes mendengus pelan sebelum akhirnya meletakkan kembali gelas june ke meja. "Ck, minum engga bisa nyelesain masalah lu"

"Mau ada apa lu bertiga kemari?" tanya june tanpa basa basi.

"Ini soal rose jun" jawab jisel.

"Rose? Kenapa soal rose?"

Mereka bertiga main lirik lirikkan dan membuat june rasanya ingin meledak saat itu juga.

"Biar yohanes aja yang ngomong, jun" ucap khanza.

Yohanes sedikit kaget dan sedikit bimbang, karena sekarang waktunya ia untuk mengkhianati rose. Tapi yohanes tidak bisa berlama lama akting seakan tidak tau apa apa di depan june.

"Gini jun, masalah rose gue udah lama tau soal dimana dia tinggal, dia tinggal sama siapa. Gue udah tau, tapi rose ngelarang gue buat ngasih tau lu. Bahkan jisel sama khanza baru tau kemarin kalau ternyata gue satu satunya orang yang tau dimana rose dengan baik" jelas yohanes.
"Sorry, gue engga maksud bohongin lu. Gue juga bingung harus gimana jun"

Tangan june perlahan mulai mengepal, ia tak percaya kalau temannya ini ternyata tau dimana rose lebih dahulu. Khanza yang melihat itu menepuk pundak june seakan memberikan isyarat untuknya agar tenang, karena yohanes juga pasti sangat bingung.

"Lu tau dimana rose?" tanya khanza.

June mengangguk.

"Lu tau dia tinggal sama siapa?"

June mengangguk lagi.

Jisel berdehem sejenak sebelum membuka suara. "Gini jun, sebenernya kita bertiga punya rahasia ke lu. Dan kita rasa, kita harus ngomong ini sekarang ke lu walaupun telat dan nantinya bikin sakit"

"Apa? Apa lagi yang engga gue ketahui?" tanya june.

"Jun, sebenernya rose itu hamil anak lu 5 tahun yang lalu dan itu fakta. Kita juga engga tau, lu udah tau ini atau belum" ucap jisel.

June memejamkan matanya sejenak. Jadi apa yang dibilang oleh security perumahan rose itu benar, rose hamil dan itu anaknya. "Dan rose diusir dari rumahnya?"

Mereka bertiga kompak menatap satu sama lain sebelum akhirnya mereka kompak lagi mengangguk. Dan berkat itu june merasa benar benar menjadi orang yang bodoh.

"Yo.." panggil june. "Apa lyn anak gue?"

Kini nafas yohanes nampak tercekat, ternyata june juga mengetahui keberadaan lyn. "Gue engga tau jun, tapi kemungkinan besar adalah iya"

Khanza menepuk pundak june lagi. "Lu harus sabar jun nerima semua kejadian ini. Tapi kejadian ini engga ada apa apanya dibandingkan sama apa yang dialami rose walaupun kita semua kurang tau persis"

RedeemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang