Masih dengan pikiran yang berkecamuk, june mengetukkan jemarinya di atas meja yang mana terdapat sebuah amplop.
Sungguh june bimbang sekali, ia ingin memberitahukan mamanya perihal dirinya yang kini mempunyai seorang putri bahkan putrinya sudah besar.
June memejamkan matanya lalu menghembuskan nafasnya sambil menyisir rambutnya sendiri.
Begitu netranya menangkap sang mama yang baru saja kembali dari luar, june cepat cepat menyembunyikan kembali amplop itu di dalam jasnya. Ya, mungkin tidak sekarang waktunya untuk memberitahukan hal tersebut.
"Baru pulang?" tanya mama june dan june hanya mengangguk.
"Kenapa?" mamanya bertanya lagi. Ia tau pasti ada yang sedang dipikirkan oleh anaknya itu.
"Ma, kalau june bilang june masih cinta sama rose setelah selama ini, apa mama percaya?" tanya june.
"Percaya. Emang kenapa?"
June menggeleng pelan. "Ma, cara nebus kesalahan sama orang gimana sih?" tanya june pelan namun masih didengar.
"Hah? Gimana maksudnya?"
"Engga.. Ya udah june mau pergi ya" pamit june.
"Kemana?"
"Rahasia, pokoknya jangan tunggu june" ucap june sambil tersenyum lalu pergi meninggalkan mamanya dengan tanda tanya besar di kepala.
June memasuki mobilnya dan langsung menelfon seseorang sebentar untuk mengetahui apakah rose sudah pulang dari tempat kerjanya. Dan begitu mendapatkan apa yang ia inginkan, june langsung melajukan mobilnya menuju rumah rose.
Sepanjang jalan june hanya mengumpat karena harus terjebak kemacetan ibukota. Sudah satu jam lebih ia tak kunjung sampai. June menengok sekilas ke arah langit dari dalam mobilnya, tampak mendung dan tambah mendung karena kini sebentar lagi hari berganti jadi malam.
Begitu tiba june memarkirkan mobilnya di seberang rumah jihan. Kebetulan sekali jihan sedang berjalan beriringan dengan lelaki yang waktu itu dari dalam gang rumah rose.
"Lohh, lu ngapain kesini?" tanya jihan dengan kagetnya karena june sudah ada di depan sana.
"Rose ada?" tanya june.
"Lu mau ngapain ketemu rose?" kini jeffry yang bertanya pada june.
"Gue ada urusan sama dia. Sekarang mending kasih tau, dia ada di rumah kan?"
"Urusan macem apa lagi? Lu engga berniat buat keributan kan?"
June menggeleng pelan. "Engga tau. Yang jelas ini urusan.." ucap june menggantung.
"Urusan apaan?" tanya jihan penasaran.
"Urusan keluarga" jawab june dan langsung berlalu meninggalkan jihan dan jeffry.
Jihan menghadapkan tubuhnya pada jeffry. "Jeff, urusan keluarga tuh maksudnya apa ya?"
Jeffry hanya mengangkat kedua bahunya tak peduli. Dan langsung saja jihan memukul pelan lengannya hingga membuat jeffry sedikit mengaduh.
June masih berdiri di depan kontrakan rose dan tak lama kemudian ia menengok karena rose baru saja keluar dari rumahnya entah untuk apa.
Tubuh rose rasanya kaku seketika begitu melihat june di depan sana dan sekarang tengah berjalan ke arahnya. Lyn.. otak rose langsung bekerja dengan cepat. Rose hendak kembali menutup pintu rumahnya, namun tangan june sudah lebih dahulu mencekal tangannya.
"Lepasin" ucap rose.
"Kita perlu bicara rose"
"Engga ada yang perlu dibicarain sekarang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Redeem
FanfictionJune membuat masalah pada hidup seseorang di masa lalu tapi ia mengetahuinya setelah beberapa tahun kemudian. Ia sangat ingin menebus kesalahannya pada orang tersebut. Tapi june berpikir, apakah ia akan bertemu dengannya? Dengan perempuan yang hidup...