Sembilan

2.5K 328 12
                                    

Untuk kesekian kalinya june harus menelan rasa pahit karena harus menahan rasa kecewa pada dirinya sendiri.

June menyandarkan kepalanya di kaca mobil begitu lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. Ia mengingat kembali kejadian tadi sore dimana june kembali menyambangi kediaman rumah rose.

Tidak ada seorangpun disana sama seperti pertama kali ketika june menginjakkan kakinya ke rumah rose. June masih berpikir keras, dimana rose tinggal? Kenapa perempuan itu memilih seakan menghilangkan dirinya dari june, temannya bahkan keluarganya? Tak ada seorangpun tetangga di lingkungan rumah rose yang mengetahui dimana keberadaan putri keluarga pak Evan tersebut. Jelas ada yang janggal disana.

Begitu lampu berganti warna menjadi hijau, june melajukan kembali mobilnya itu. Kali ini june menghampiri kembali hotel tempat rose bekerja karena selama beberapa hari belakangan ini rose tidak ada, dan sialnya ia baru tau kalau perempuan tersebut sedang diliburkan.

Bagaimanapun caranya june akan terus mencari rose untuk berbicara dengannya.

"Permisi.." ucap june pada seorang resepsionis disana.

"Selamat malam pak, ada yang bisa dibantu?" jawab resepsionis bername tag clara.

"Maaf, boleh tau resepsionis yang namanya rose apa udah masuk kerja?" tanya june.

Clara hanya menatap june sekilas dan menatap seseorang disebelahnya. Ia bingung, ada apa orang ini mencari rose? Clara mengucapkan sebuah kalimat pada june lalu beranjak ke sebelahnya.

"Saya penanggung jawab disini pak, ada yang bisa saya bantu?" jawab lelaki yang kurang lebih berusia 40 tahunan.

June tersenyum sekilas. "Maaf pak, mau tanya apa karyawan yang nama rose sudah kembali bekerja?"

"Mohon maaf, ini siapanya?"

"Saya teman lama rose pak"

Lelaki tersebut mengangguk sekilas. "Ya, dia sudah masuk tapi sudah pulang sore tadi"

June menghembuskan nafasnya, kecewa karena gagal untuk bertemu rose lagi. "Tapi pak, boleh saya meminta alamat rumahnya?"

"Katanya anda temannya, kenapa tidak tanya saja langsung pada yang bersangkutan?"

Ah, benar juga. Sekarang apa yang june harus lakukan? Ia terlihat seperti seorang kriminal dihadapan lelaki itu.

June menggeleng pelan. "Terimakasih informasinya, maaf mengganggu"

June melangkah keluar dari hotel tersebut. Sepertinya memang tidak cara lain selain menyewa orang bayaran untuk menguntit dimana keberadaan rose.

Katakanlah june sudah gila akan obsesinya pada perempuan itu. Tapi entah kenapa akhir akhir ini june selalu bermimpi sesuatu yang janggal, sesuatu yang membuatnya tidak tenang seakan ada dosa yang june lakukan pada rose. Dan itu membuat june penasaran seperti apa itu? Jika itu hanya bunga tidur, tapi apakah harus terasa nyata sekali dan menyakitkan?













※※※※※

Malam ini rose pulang bersama lyn, mereka habis berjalan jalan sebentar ke sebuah pusat perbelanjaan.

Anaknya itu langsung merengek pada rose ketika rose baru saja menapaki kakinya di rumah. Ternyata alasannya adalah, anaknya itu ingin berjalan jalan ke pusat perbelanjaan seperti cerita temannya pada dirinya. Rose awalnya menolak, tapi melihat putrinya semakin merengek rose juga merasa tidak tega.

Beruntung bagi rose dan lyn karena masih ada orang yang berbaik hati memberikan bangku mereka untuknya dan lyn, karena di jam rawan pulang kerja pasti transjakarta akan penuh, apalagi jika jalurnya berada di kawasan daerah perkantoran yang sibuk.

RedeemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang