Tiga

3.1K 377 24
                                    

Seorang lelaki tidak seharusnya menyerah begitu saja ketika merindukan orang yang kini bak hilang ditelan bumi kan?

June duduk seorang diri di sebuah taman yang berada di sekitaran daerah setiabudi. Ia habis menemui rekanan kantornya.

Kita mundur ke belakang, sebelum bertemu dengan rekanannya june melajukan mobilnya ke arah rumah rose. Sudah hampir seminggu sejak ia terakhir kali ke rumah rose, mungkin sekarang mereka sudah kembali ke jakarta.

Memang sepertinya ia sedikit beruntung karena mendapati mama rose yang tengah menyirami beberapa tanaman di halaman rumah.

June bergegas turun dari mobil dan mengetuk sedikit gerbang yang masih tertutup itu.

"Tante adel.." panggil june.

June tersenyum begitu mama rose perlahan menghampiri dirinya yang berada di luar gerbang. "Tante, tante inget saya kan?" tanyanya.

Adel, ibunda dari rose awalnya sedikit heran tapi setelah mengetahui siapa orang di depannya ini ia cukup kaget.

"Ini.. june?" tanya adel sedikit ragu.

June mengangguk mantap. "Iya tante, ini june. Tan, rose ada di rumah?" tanya june to the point.

Belum sempat mama rose menjawab, kini keduanya kaget karena ada richard, kakak lelaki rose yang tiba tiba menarik tangan mamanya dan membawanya sedikit menjauh.

"Ma.. mama apa apaan si? Ngapain masih mau ketemu sama orang kaya dia?" tanya richard.

"Chard.."

"Mama diem, biar aku yang urus dia. Kalau ayah sampe tau ada dia disini ayah pasti bakal ngamuk lagi" jelas richard.

Adel akhirnya menuruti apa kata putranya itu. Ia memilih untuk masuk ke dalam rumah. Sementara richard menghampiri june.

"Bang.." sapa june.

"Gue bukan abang lu. To the point aja ngapain lu kesini?"

Jujur saja june merasa richard dingin padanya. Andai orang ini bukan kakak rose, pasti june akal mengajaknya duel dengan tangan kosong. "Rose ada di rumah bang?"

Richard menggeleng. "Engga ada. Dia udah lama engga tinggal disini"

"Terus sekarang rose dimana?"

Richard tertawa sinis dan mengangkat kedua bahunya. "Mana gue tau. Harusnya lu tanya sama diri lu sendiri dimana rose sekarang"

June mengerutkan alisnya, ia benar benar tidak mengerti apa maksud omongan richard.

"Engga ngerti maksud gue?" tanya richard.

Jelas june menggeleng karena memang ia tidak paham.

"Emang seharusnya orang bodoh kaya lu engga cocok pacaran sama adek gue. Emang seharusnya lu engga usah pernah hadir di samping adek gue!" ucap richard setengah berteriak.

"Bang, apa sih maksud lu? Gue bener bener engga ngerti"

"Mending lu pergi sekarang. Engga usah dateng kesini lagi. Karena kalau lu dateng kesini lagi, gue pastiin nyawa lu tinggal setengah" ancam richard, lalu kakak lelaki rose pergi ke dalam rumah dan menutup pintu rumahnya dengan keras.

Kembali pada realita.. June mengusap wajahnya kasar begitu mengingat kejadian tadi. Ia sungguh tidak paham dengan apa yang terjadi. Kenapa ia tidak boleh menginjakkan kakinya lagi di rumah rose?

June menoleh ke sisi sebelah kiri dari tempatnya duduk, ada seorang anak kecil berusia kurang lebih empat tahun duduk seorang diri.

June celingukan, kemana perginya orangtua anak ini? Karena jika dilihat anak ini seperti ingin menangis saat itu juga.

RedeemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang