Empatbelas

2.6K 388 25
                                    

Hampir seminggu ini june menunggu kabar dari daniel mengenai test yang ia dan lyn jalankan. Tepatnya secara tidak langsung ia harus membohongi lyn agar mendapatkan sampel rambutnya.

June masih gusar menunggu daniel yang ingin memberikan hasil test dna tersebut langsung ke kantor june. Sebelumnya, selama seminggu ini june juga berusaha tidak terlalu mengganggu hidup rose walaupun ia ingin sekali menyambangi rose di rumahnya. Dia harus menepati janjinya kepada kaho dan juga yohanes yang telah membantunya.

June menumpukan kedua lengannya di meja sambil komat kamit semoga kali ini memang tuhan memberikan kepastian jawaban atas mimpinya dan mungkin juga kenyataan.

Ketukan pintu terdengar, june langsung segera bangkit dan menghampiri daniel yang juga kini tengah menghampiri dirinya.

"Gimana hasilnya?" tanya june sembari mempersilahkan daniel untuk duduk di sofa yang terdapat di ruang kerjanya.

Daniel menyerahkan sebuah amplop yang tentunya diterima dengan baik oleh june. "Lu buka aja dulu, biar nanti kalau lu engga ngerti gue jelasin"

June mengangkat kedua bahunya seolah tak peduli, yang ia pedulikan sekarang adalah presentase angka yang nantinya ada di kertas itu.

Jemari june dengan cepat membuka amplop itu dan melebarkan kertas yang semula terlipat. Matanya langsung dapat mendapatkan apa yang ia cari dan ia harapkan.

"Niel, lu serius sama ini?" tanya june.

"Gue serius. Kenapa? Lu engga yakin sama hasilnya?"

June menggeleng. "Gue cuma engga percaya aja sama hasilnya"

Daniel tersenyum singkat lalu menepuk pundak june. "Harus gue ucapin selamat sekarang engga? Gue engga nyangka ternyata lu punya anak yang udah gede begitu"

Tanpa menghiraukan daniel, june kembali menatap kertas yang terdapat nama lengkapnya dan juga lyn. Jangan tanya darimana june tau nama lengkap anak itu, jelas dari yohanes dan sedikit basa basinya dengan lyn.

Edlyn Harsevian Maheswari.

Sekarang nama itu merupakan nama yang harus ia ingat selamanya, karena nama itu adalah nama anaknya bersama dengan rose. Putri satu satunya untuk june.

"Rencana lu apa?" tanya daniel yang membuyarkan pikiran june.

"Gue mau perjuangin rose sama anak gue dulu, baru gue kasih tau nyokap gue" jelas june.

"Engga kebalik tuh?"

"Engga. Gue cuma engga mau nantinya nyokap gue engga terlalu over reaction apa gimana, jadi gue harus meyakinkan rose dulu"

Daniel mengangguk paham, toh itu masalah june dan ia bukan siapa siapa. Sebagai teman, daniel hanya bisa berdoa yang terbaik untuk june dan juga calon keluarga lelaki itu sendiri.











※※※※※

Sementara itu yohanes bersama dengan kaho kini tengah berada di rumah rose untuk sekedar menengok keadaan lyn.

Sejujurnya yohanes rada takut dengan apa yang dilakukan june walaupun itu untuk kebaikan kedua temannya. Yohanes takut rose akan tau bahwa ia membantu june, ia juga takut kalau nantinya perempuan itu akan pergi lagi dan parahnya benar benar menghilang seperti lima tahun yang lalu.

Yang yohanes lakukan sekarang adalah membuka pesan yang baru saja ia terima dari june. Isi pesan itu merupakan foto yang ia duga merupakan hasil test.

"Gue permisi ke depan dulu ya, rose" pamit yohanes pada rose yang semula duduk berhadapan dengannya.

Yohanes baru berani men-zoom hasil foto tersebut sambil membaca dengan seksama tulisan yang ada disana walaupun ia tak mengerti sama sekali. Yang penting sama dengan june, yang ia pedulikan adalah angka persenan disana.

RedeemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang