Tigapuluh Satu

4.2K 381 45
                                    

Jemari jemari milik rose kini mengusap baju yang tengah dikenakan oleh lyn untuk memastikan bahwa anaknya tersebut benar benar rapih. Ia tersenyum sekilas sambil mengusap rambut lyn.

"Ayo kita keluar, ayah udah nunggu" ajak rose. Lalu ia menggandeng kecil lyn untuk menuju keluar kamar.

Rose dapat melihat june yang kini tengah membelakangi mereka, dengan hp di tangan kanan yang sedang ia tempelkan ke kuping.

"Oh. Udah siap?" tanya june begitu baru saja ia memutar badan dan mematikan hpnya.

Rose mengangguk. "Ngomong ngomong tadi telfon dari siapa?"

"Dari mama, cuma mau ngasih tau kenapa gue engga pulang semalem dan hari inipun juga kayanya gue engga masuk kerja" jawab june sambil berjalan ke arah rose dan lyn.

"Ayo berangkat" ajak june.

Mereka bertiga berjalan bersama keluar apartemen dan masuk ke dalam mobil june.

"Ayah, bunda, emang kita mau pergi kemana sih?" tanya lyn sesaat setelah june menjalankan mobilnya.

"Lyn inget rumah bunda yang kemarin? Kita mau kesana" jawab june sambil melirik lyn melalui spion tengah.

"Kenapa? Kok cemberut mukanya?" tanya june.

"Lyn takut.." jawab lyn pelan.

Kini june melirik rose sekilas dan berdehem sebentar. "Takut? Lyn takut apa? Kan engga ada yang bikin lyn takut"

"Lyn takut kalau nanti ayah sakit lagi kaya kemarin"

Baik rose dan june tentu sangat paham dengan kalimat yang lyn ucapkan. Walaupun lyn mungkin tidak sepenuhnya mengetahui hal apa yang telah terjadi.

"Lyn jangan takut ya, kan nanti kita bakal ketemu nenek, kakek, sama omnya lyn" ucap june. "Mereka baik kok lyn, makanya nanti lyn harus baik juga ke mereka. Gimana? Bisa kan?"

Lyn mengangguk sambil berusaha mengembangkan senyum di bibirnya. "Iya, nanti lyn bakal jadi anak baik kok"

Rose hanya terdiam, mungkin dibandingkan dengan lyn atau june, dirinya lah kini sangat amat takut untuk kembali ke rumahnya. Ia takut jika ayahnya akan bersikap kasar lagi, dan tentunya hal itu juga akan membuat lyn takut. Biar bagaimanapun juga, lyn masih kecil dan belum waktunya ia untuk memikirkan hal hal tersebut.

Setelah berkendara sekian lama, mobil june akhirnya berhenti di depan rumah rose.

Rose terdiam begitu ia melihat sang bunda yang tengah menunggunya sambil duduk di bangku teras rumahnya. Dengan cepat ia membuka seatbelt dan menurunkan lyn dari mobil june.

June kini menggenggam tangan lyn yang tengah berada diantara dirinya dan rose. Perlahan ia melangkahkan kakinya untuk masuk ke pelataran rumah rose. Dalam hati, inilah yang ingin june tunjukkan ke semua orang, bahwa sekarang ia mempunyai sebuah keluarga kecil.

Bunda rose langsung tersenyum begitu mereka tiba di hadapannya. Tak lupa baik june maupun rose menyalimi tangan bunda.

"Ayo lyn, salim sama nenek" ucap rose.

Lyn mendekat ke arah sang nenek dan langsung menyaliminya persis seperti apa yang telah rose dan june lakukan. Lyn mengangkat kepalanya dan menatap sang nenek yang kini tengah tersenyum sambil mengusap rambutnya.

"Pinter banget cucu nenek, cantik pula" ucap adel sambil tersenyum lebar. "Ayo, ayo kita masuk"

Kini mereka masuk ke dalam rumah, dengan bunda rose yang kini menggandeng tangan lyn.

Hati rose langsung berdetak tak karuan begitu ia melihat sang ayah yang tengah duduk dan memperhatikan mereka dengan tatapan tajamnya. Ah, jangan lupakan juga soal richard yang duduk disamping ayahnya dengan wajah yang bisa dibilang seperti orang khawatir.

RedeemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang