2.9. Terjebak Situasi

579 44 0
                                    

Sorry buat yang udah nungguin cerita ini sebelumnya. Tapi, PR-PR dan ulangan-ulangan yang datang secara bertubi-tubi, membuat saya tak bisa memposting bagian baru dari cerita ini.

Bahkan saya sudah seminggu lebih tidak menulis. Kiranya, kalian mengerti :'(

::::::

Gadis itu terdengar menghela napas, sedikit lega ketika dapat melepas beban pikirannya dengan menceritakan masalahnya pada Noval.

“Jadi, maksud lo, ini semua salah Dimas?” tanya Noval yang turut bangkit dari duduknya, menghampiri Nadia yang berdiri di tepi danau dengan tatapan ke depan.

Nadia tahu, Noval pasti tidak akan percaya pada ceritanya barusan. Tapi, memang itu faktanya. Fakta bahwa Dimas membantu Hansel agar bisa kembali pada Nadia.

“Gak, gue gak bisa percaya,” sahut Noval.

Nadia menoleh ke arah cowok itu, “Gue tau, lo emang gak bakal percaya sama kata-kata gue.”

“Maksud gue, bukan gue gak percaya sama kata-kata lo. Tapi, gue gak bisa percaya kalau yang lo ceritain barusan itu Dimas yang selama ini gue kenal.”

Nadia melengos kesal. Masih saja Noval tak percaya pada ceritanya.

“Dimas itu bukan orang yang bisa sembarangan bantu seseorang. Apalagi yang nggak dia kenal,” katanya yang menarik perhatian Nadia.

“Maksud lo?” tanya Nadia dengan kerutan di dahi.

Sebelum bicara lebuh lanjut, Noval memutar diri sepenuhnya agar berhadapan dengan Nadia dengan sempurna.

“Gue kenal Dimas dari kecil. Dia emang polos, tapi dia nggak bodoh. Gue rasa, ada sesuatu yang bikin dia tiba-tiba aja mau nurut sama omongan Hansel.”

Setengah mengerti, setengah lainnya tidak. Ia bingung bagaimana memahami kalimat Noval barusan.

“Lo... ngerasa gak, sih, kalau ini juga ada kaitannya sama adik kelas itu?” tanya Noval, menambah kerutan di dahi Nadia yang kembali harus berpikir lebih keras.

▪️

Dimas tahu, Nadia sekarang ini sedang berusaha menghindar darinya. Kejadian di taman kemarin sungguh memberikan sedikit rasa penyesalan kepadanya.

Di tengah kacaunya pikiran, Dimas yang sedang melintas di belakang aula sekolah sekilas melirik seseorang dengan isak tangisnya yang terdengar agak ditutup-tutupi.

Ia tidak mengenal siapa gadis itu. Penasaran, langkahnya membawa ia menuju gadis yang tengah terduduk di antara rerumputan tersebut.

Dan matanya sedikit melebar saat yang ia lihat adalah sosok yang tidak terlalu asing baginya.

▪️

Demi masalah yang butuh penjelasan ini, Noval dan Nadia harus kembali ke sekolah. Mereka rasa, mereka tidak boleh melewatkan apa pun yang terjadi pada hari ini. Apalagi, narasumber yang mereka butuhkan berada di sekolah sekarang.

Diam-diam, rupanya Noval siswa cerdik yang tahu seluk beluk sekolah dengan baik. Sehingga ketika dihadapkan dengan situasi seperti sekarang, mereka bisa mengendap masuk ke sekolah melewati jalan rahasia tanpa perlu ketahuan oleh petugas keamanan sekolah.

“Val, lo yakin kita gak bakalan ketahuan?” Gadis itu terlihat was-was pada sekitarnya, takut-takut kalau ada yang mengamati tanpa sadar.

“Ini emang pengalaman pertama gue, tapi gue udah paham banget cara kayak gini dari anak-anak yang sering bolos di sekolah ini. Jadi, gak ada alasan buat lo gak yakin sama gue,” jelasnya meyakinkan keraguan Nadia.

Pintu rusak di belakang sekolah yang terhubung dengan kantin lama menjadi pilihan mereka masuk ke sekolah secara sembunyi-sembunyi. Sambil terus mengawasi sekitar, Nadia mengekor ke mana pun langkah Noval membawanya.

Seorang siswa dari arah kanan terlihat oleh Nadia. Dengan segera, ia menyeret Noval ke arah berlawanan agar tak keberadaan mereka tak ketahuan.

Setelah itu, mereka bisa bernapas lega sebab masa-masa menegangkan tadi sudah terlewati.

“Untung aja nggak ketahuan,” gumam Nadia sambil mengais oksigen yang mulai menipis.

“Ya udah, sekarang kita balik ke kelas dulu. Sekarang masih jam olahraga, nanti kalau ditanya sama Pak Adit dari mana aja, bilang aja, kita habis dipanggil tim jurnalis buat keperluan mading sebagai narasumber mereka.”

Nadia terkekeh menatap sahabat di sebelahnya itu, “Sejak kapan lo berani bohong kayak gini?”

“Gue gak bohong, kok. Emang awalnya gue dipanggil tim jurnalis. Justru gue yang nutupin kesalahan lo dengan kejujuran gue.”

“Bagi gue, lo tetap aja bohong,” ucap Nadia.

“Daripada banyak ngomong, mending kita ke kelas sekarang. Tapi, gue pengen ke toilet dulu. Lo duluan aja. Dan ingat, kalau Pak Adit tanya, jelasin sesuai kata-kata gue tadi.”

“Siap!” ucap Nadia, ketika Noval sudah berlari lebih dulu menuju toilet terdekat.

Kakinya yang hendak menginjak tangga pertama menuju lantai , seketika tertahan akibat tarikan dari seseorang yang membuat Nadia mau tak mau terseret ke posisi sebelumnya.

Mata Nadia seakan-akan ingin meloncat dari tempatnya, ketika yang ia dapati adalah Hansel.

Entah apa mau cowok itu, tapi ia enggan berurusan dengannya untuk masalah apapun dan memilih pergi dari sana. Namun, Hansel tak mengizinkannya untuk beranjak.

“Eh, lo gak usah pegang-pegang gue, ya!” seru Nadia setelah menepis tangan cowok itu darinya.

“Oke, gue gak bakal pegang-pegang lo. Tapi, lo harus ikut gue sekarang.”

Nadia memutar bola matanya malas. Sandiwara apa lagi yang akan ditunjukkan oleh Hansel? Apa kali ini akan ada campur tangan Dimas, seperti di taman kemarin?

“Gue gak ada waktu,” ujarnya singkat. Kemudian, berbalik menuju tangga. Tapi lagi-lagi Hansel bersikukuh untuk mengajak Nadia ke suatu tempat.

“Mau lo apa, sih?! Lo mau gue teriak? Iya?” kata Nadia dengan nada tinggi.

“Lo suka ‘kan sama Dimas?” tanya Hansel cepat dengan tatapan menuntut jawaban.

Nadia kini dibuat berpikir pada maksud Hansel untuk yang satu ini.

“Tapi lo juga marah ‘kan sama dia waktu dia malah ninggalin lo di taman berduaan sama gue?” tanya Hansel lagi ketika melihat Nadia belum mengeluarkan sepatah kata pun.

“Gue bisa jawab semua kebingungan lo itu. Tapi, lo harus ikut gue.”

Apakah Nadia harus percaya pada kata-kata Hansel? Tapi mengapa tidak, jika ia butuh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang memusingkan kepalanya.

▪️

“Kenapa kita nggak nyatuin mereka lagi aja, kayak dulu?” sahut seorang gadis dengan mata sembabnya.

Dimas hanya membuang wajah ke bawah. Tidak sepenuhnya setuju pada pendapat gadis itu.

“Harusnya gue gak pernah percaya sama lo, Dim,” kata seorang gadis lain dari balik punggung kedua remaja itu.

Baik Dimas maupun Kesya sama-sama terkejut atas kemunculan Nadia yang tiba-tiba. Apalagi di sebelahnya ada Hansel, membuat berbagai pertanyaan berkeliaran di benak mereka masing-masing.

Sekilas, Dimas memandang Hansel, sebelum akhirnya beralih pada Nadia yang sudah menampakkan wajah kecewanya.

Yakin bahwa kesalahpahaman telah terjadi, Dimas segera bangkit dari duduknya. “Nad—“

Sayangnya, gadis itu lebih memilih pergi daripada mendengarkan penjelasan yang Dimas sampaikan. Hansel sendiri hanya bisa mengembangkan senyum, seolah benar-benar puas dengan kejadian hari ini.

▪️

Dimas dan Nadia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang