1.4. Jalan-Jalan

820 57 1
                                    

Kota Yogyakarta atau yang sering disebut Kota Jogja, merupakan kota yang sangat istimewa. Kota tersebut memiliki julukan, yakni kota pelajar. Jogja juga dikenal sebagai kota pariwisata, karena Jogja memiliki beraneka ragam objek wisata yang dapat dikunjungi.

Banyak sekali aktivitas yang dapat dilakukan saat berkunjung ke Jogja baik untuk berlibur maupun untuk kepentingan bisnis. Dan salah satunya menjadi alasan mengapa orangtua Nadia berada di sana.

Meskipun baru menginjak kota tersebut, ia lumayan suka dan sangat tertarik. Mungkin disisa cutinya ia akan berkeliling sejenak, menjelajahi setiap sudut dari kota tersebut.

Dimas yang sedari tadi memandang Nadia yang tengah memandang Kota Jogja dari balik jendela di lantai atas itu, berjalan mendekatinya dan berhenti tepat di sebelah kiri gadis itu.

“Lagi ngapain?” tanya Dimas tiba-tiba, membuat Nadia mengalihkan pandangan sejenak ke asal suara.

“Lagi mikirin aku, ya?” Timbul sikap jahil Dimas terhadap Nadia. Yang entah mengapa malah sangat menyenangkan jika membuat gadis itu jadi salah tingkah atau malu-malu kucing.

“Ih, ge’er banget.” Dimas tertawa melihatnya.

Sejenak, keduanya membiarkan hening menguasai keadaan. Hingga Nadia membuka suara.

“Dim.”

“Hm?”

“Lo pernah ke sini gak sebelumnya?” tanya Nadia tanpa mengalihkan pandangannya.

“Maksudnya, Jogja?”

Nadia membalas dengan anggukan sambil menatapnya.

“Pernah sih, cuma udah lama. Ya, kira-kira tiga tahun yang lalu. Emang kenapa? Kamu emangnya belum pernah ke sini?”

“Pernah, tadi malam,” ucapnya disertai jahil. Tawanya pecah ketika mendapati ekspresi Dimas tengah mengerucutkan bibir sebal. Kali ini Nadia bisa juga berlaku jahil pada cowok itu.

“Lucu,” cibir Dimas.

Namun, ia diam-diam menyukai tawa gadis itu. Walaupun sering cemberut dan kesal, tapi ketika tertawa wajahnya berkali-kali lipat terlihat manis.

Setelah berhasil meredam tawanya, gadis itu kembali beralih pada Dimas. “Oke, oke, kali ini serius. Gue emang baru pertama kali ke sini. Itu pun harus ngorbanin sekolah gue demi mastiin kalau Bunda di sini baik-baik aja.”

Ya, Nadia sangat tidak bisa jika mendengar kabar buruk tentang orangtuanya, apalagi Bunda. Ia sangat sayang sekali pada Irina. Walaupun mereka berada dalam jarak yang jauh, namun batin seorang anak dan ibu tidak bisa dipisahkan.

Begitupun Irina. Sebagai orangtua, ia selalu ingin memastikan anaknya baik-baik saja.

Walaupun jauh dari sang putri, ia selalu menyempatkan waktu untuk bertanya-tanya tentang kondisi anaknya di sana. Tak lupa juga dalam setiap doanya ia selalu menyematkan nama sang putri agar terus dilindungi oleh Tuhan.

“Nad,” panggil Dimas.

“Ya?”

“Kalau aku ajak kamu jalan-jalan keliling Jogja, mau gak?”

Wajah Nadia mendadak semringah mendengar tawaran yang dilayangkan oleh cowok itu.

“Jalan-jalan?” ulang Nadia, berharap Dimas memang mengajaknya.

“Iya, tapi gak jauh-jauh amat, sih. Kamu mau, ‘kan?” tanya Dimas. “Hitung-hitung liburan pas lagi di sini, sebelum besok kita balik ke Jakarta.”

Dengan semangat Nadia mengangguk. Pertanda ia setuju dengan kalimat Dimas.

Tanpa membuang waktu, usai mendapatkan ijin dari Irina, keduanya meluncur ke jalanan menggunakan salah satu motor lama milik orangtua Nadia.

Dimas dan Nadia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang