1.3. Sebuah Kepercayaan

868 63 5
                                    

⚠️ Buat pemanasan bisa baca bab sebelumnya dulu, biar siap ngadepin bab ini! Biar ingatan kamu pulih dan gak melulu yang diinget mantan :v *kokbaper???

...

Seharusnya dia sudah nyaman dengan pasangan barunya. Tapi entah mengapa, Hansel tidak bisa mengalihkan pikirannya mengenai sang mantan, Nadia.

Walaupun tengah berdua bersama pacar barunya, Hansel tak henti melamunkan tentang sosok Nadia. Bahkan di keramaian kantin pun tak memudarkan gadis itu dari pikirannya.

Kesya menatap Hansel yang hanya mengaduk makanan di depannya tanpa berniat menyantapnya. Aneh, cowok itu tidak seperti biasanya. Bahkan hal ini sudah berlangsung sejak beberapa hari yang lalu.

Penasaran, Kesya segera menegurnya sekaligus hendak menanyakan sikapnya yang berbeda akhir-akhir ini.

"Hansel." Satu kali, ia tak direspons.

Untuk kedua kalinya, Kesya mencoba memanggilnya lagi. Tapi tetap saja ia tak digubris. Seolah lamunannya yang tak bisa terbaca oleh gadis itu lebih menguasainya.

"Hansel," kali ini ia menaikkan satu oktaf untuk bisa memecahkan lamunan cowok itu.

Hansel yang dipanggil segera menoleh dengan wajah setengah bingung. "Ya?"

"Kamu kenapa sih? Aku panggil dari tadi gak dijawab."

Astaga, Hansel bahkan tak mendengarnya saking asyik dengan pikirannya.

"Sori, sori. Aku tadi cuma gak fokus aja," jawabnya.

Kini Kesya tampak cemberut. Ia benar-benar kesal dengan Hansel yang kurang perhatian akhir-akhir ini.

Melihat Kesya yang kesal, Hansel merasa bersalah. "Ya udah, deh. Aku ngaku, aku salah. Aku minta maaf ya?"

Sedari tadi ia diabaikan, akhirnya Kesya angkat bicara. "Maaf? Hansel, dari tadi apa sih yang kamu pikirin? Gak biasanya kamu kayak gini. Jujur, beberapa hari ini tuh kamu aneh. Suka bengong sendiri dan kalau aku ajak bicara kayak gak nyambung. Kamu kenapa?" tanya Kesya penasaran.

Mungkin Hansel bisa mengatakan sejujurnya. Tapi, tidak mungkin, 'kan? Bagaimana kalau Kesya sedih sekaligus marah mendengar faktanya?

Melihat Hansel yang tak kunjung menjawabnya dan malah bungkam, membuat Kesya yakin jika Hansel sudah tak menyayanginya lagi.

"Lihat, kamu sendiri gak bisa jawab. Udahlah, aku malas kalau kayak gini terus." Tanpa mengatakan apapun lagi, Kesya memilih pergi meninggalkan Hansel yang hanya terdiam di tempat tanpa berniat mengejar gadis itu.

Mengapa semuanya rumit begini? Hansel sendiri bahkan tak bisa mengatasinya. Padahal ia yang sudah memulai semua bencana ini. Ia hanya bisa mengusap wajahnya dan menghela napas panjang.

Usai dari perpustakaan, memilah-milih buka manakah yang tepat untuk memenuhi tugasnya, Noval kembali menuju kelas sebelum bel masuk di jam istirahat ini menggema ke berbagai penjuru sekolah.

Sambil mencermati isi dari buku yang sudah ia pinjam tadi, tanpa disadari seseorang tengah menghalangi jalannya. Hingga ia tersadar, kemudian mendongak. Saat hendak membuka suara untuk memarahi siswa tersebut, dahinya justru mengerut.

"Mau ngapain lo?" tanya Noval begitu melihat Hansel yang ternyata mengganggu jalannya.

"Gue cuma nanya, lo lihat Nadia? Soalnya dari tadi gue cariin dia gak ada," kata Hansel.

Noval menutup bukunya sejenak. "Lo gak tau kalau Nadia ijin selama dua hari ke Jogja?"

"Ijin? Ke Jogja?" Kepalanya mulai dikelilingi berbagai pertanyaan. "Buat apa coba Nadia ke sana?"

Dimas dan Nadia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang