1.9. Calon Mantu

692 58 3
                                    

Jangan baca bab ini kalau emosi sedang tidak stabil, ntar greget sendiri, loh! Author tidak tanggung jawab 🙃

::::::

Minggu, seharusnya menjadi hari di mana Nadia bisa menenangkan raga dan jiwanya secara utuh. Namun, gara-gara gosip yang sedang mencuat di sekolah baru-baru ini, serta tugas sekolah yang menumpuk membuatnya tidak bisa tenang walau sejenak.

Bagaimana tidak kepikiran kalau namanya ikut-ikutan masuk dalam gosip hangat itu? Hubungan Nadia dan Hansel sudah selesai, seharusnya tidak ada lagi urusan Nadia dengan kehidupan cowok itu.

Namun sepertinya orang-orang senang menciptakan berbagai spekulasi atas argumen mereka yang malah membuat orang lain merasa dirugikan.

Hal ini membuatnya benar-benar tidak fokus dalam mengerjakan tugas rumahnya. Buku-buku yang bertumpuk di meja belajarnya masih rapi, tak tersentuh atau terbuka sedikitpun dengan pena yang hanya digenggamnya sejak tadi.

Tapi, ada sedikit rasa penasaran atau mungkin sangat banyak rasa penasaran di benak Nadia saat ini. Apa maksud Hansel menunjukkan keributannya dengan pacar barunya di muka umum?

Lalu, bagaimana dengan pernyataan Noval waktu itu soal Hansel yang mencarinya?

Di dua sisi yang berbeda dalam satu pikirannya, Nadia tidak bisa menebak apa mau Hansel.

Cowok itu selingkuh dengan gadis baru pilihannya, tetapi, tak pernah ada raut kebahagiaan setiap kali Nadia memperhatikan keduanya saat sedang bersama.

Sementara itu, beberapa kali Hansel juga mencoba mendekati Nadia kembali, baik secara langsung maupun tidak.

"Hansel masih suka gue gak, sih?" tanyanya seorang diri. "Ah, mana mungkin," sanggahnya seorang diri lagi.

"Atau gue nya aja yang baperan?"

Tidak ada yang tahu masalah hati. Itu adalah rahasia antara sang pemilik hati dengan Tuhan. Nadia sangat bingung sekarang.

Tak mau ambil pusing, ia beralih pada pekerjaan yang belum kerjakan sama sekali. Ia mengelus dada, sedih karena harus berkutat pada pelajaran meski di hari libur.

Ketika menggaruk kepalanya frustrasi, ia mendadak sadar akan perjanjiannya dengan Dimas.

"Oh iya, ngapain gue harus mikirin tugas-tugas gue? Kan, ada Dimas," katanya dengan semringah.

Dengan gesit ia mengambil ponsel yang terletak di sudut meja, kemudian mencari nama Dimas di kontak. Namun sayang, ia tal berhasil menemukannya. Ia lupa kalau ia sama sekali tidak ada nomor cowok itu.

Tapi, ada cara lain yang langsung terlintas di kepalanya. Noval. Cowok itu pasti ada nomor kontak pribadi Dimas. Pasti.

Segera lah ia menekan tombol panggilan pada nomor yang sudah ada di depan layar ponselnya. Ia menunggu harus menunggu beberapa detik sebelum akhirnya ada suara dari seberang sana menyapanya.

"Napa?" tanya Noval datar.

"Um... Ada nomor hp-nya Dimas, gak?" tanyanya, padahal ia sangat bahwa Noval pasti menyimpannya.

"Astaga, yang benar aja lo," sahutnya mendadak meninggikan nada bicaranya. "Selama ini dekat sama dia, tapi gak punya nomor hp-nya? Gimana, sih."

"Gengsi, dong. Masa gue minta langsung sama orangnya?" jawab Nadia.

"Lah, apa bedanya lo minta sama gue?" tanya Noval heran.

"Ya, udah. Kirim aja napa, sih? Gue ada urusan penting, nih, sama dia."

"Iya, iya. Buka aja WA, gue kirim ke sana nomornya."

Dimas dan Nadia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang