3.2. Membatalkan Rencana

570 44 1
                                    

A/N : Sesuai janji, hari ini author double up! Huraaa!!!

Btw, jangan lupa ninggalin jejak dong... Vote dan komen sangat diharapkan :D

::::::

Ketika meninggalkan perpustakaan, Nadia masih tak berniat kembali ke kelasnya. Ia benar-benar suntuk akan kejadian di perpustakaan tadi. Bagaimana bisa Dimas bertemunya di sana?

Akalnya berpikir bahwa ini kemungkinan ulah Noval. Baik, Nadia berpikir bahwa mengundang Noval untuk membantunya keluar dari masalah ini adalah kesalah besar.

Ia melangkah dengan lebar disertai perasaan kacau. Tanpa sengaja, ia bertemu dengan seseorang yang menghentikan langkahnya dengan wajah bingung.

"Loh, bukannya lo suruh ketemuan di perpus? Kok malah-"

Noval tak berhasil menyelesaikan kalimatnya saat Nadia dengan kasar menggeser tubuh Noval agar menepi dari jalannya. Satu yang Noval bingung. Mengapa Nadia terlihat kesal?

Jelas Noval mengejarnya dan membuat gadis itu berhenti akibat cekalan dari Noval yang lumayan kuat menahannya.

"Lepas gak?!" bentak Nadia.

Noval melepaskan tangan gadis itu dan bertanya, "Lo kenapa, sih? Gak jelas banget. Bilangnya mau ngomong serius sama gue soal masalah lo. Kenapa tiba-tiba jadi kesal gini?" tanya Noval greget.

"Gue? Kesal?" Nadia menunjuk dirinya sendiri, "Iya! Gue kesal sama lo! Kenapa coba lo suruh Dimas ke perpustakaan? Yang gue suruh itu elo, bukan Dimas!" tekannya dengan napas memburu.

Noval masih tidak tersambung dengan arah pembicaraan Nadia yang mendadak seperti orang kesurupan karena bicaranya cepat sekali.

"Kalau lo pikir dengan mempertemukan gue sama Dimas untuk bahas masalah gue sama dia bakal lebih baik, itu salah besar! Dan gue, gak suka cara lo!" tunjuk Nadia pada Noval yang masih bingung.

"Eh, lo mau ke mana?" Noval tak lantas membiarkan gadis itu pergi. Ia menahannya kembali, "Jelasi, dong, maksud lo tadi. Gue masih gak ngerti.."

"Huh! Jangan pura-pura bodoh, deh," ketus Nadia.

"Siapa yang pura-pura bodoh? Jadi pinter aja masih susah. Lo aja yang ngawur jadi orang," kata Noval agak geram. "Eh, gue aja gak tau kalo lo sama Dimas ketemu di perpus. Gue itu habis dari ruang guru, dan itu gara-gara lo," jelas Noval panjang lebar.

Nadia tampak mengerutkan dahinya, "Kok gue?"

Noval mendengus dan terlihat berbalik kesal pada Nadia, "Lo dari mana aja? Bukannya masuk kelas malah kabur. Tuh, Bu Sesil nyariin lo," ucap Noval.

Nadia sadar bahwa mungkin dirinya yang tidak ada kabar di kelas membuat bingung para terutama wali kelasnya.

"Ya udah lah. Ntar gue juga bisa jelasin ke Bu Sesil, kok," balas Nadia.

Terlihat Noval menggelengkan kepala melihat sikap Nadia yang seperti ini.

"Kenapa?" Nadia merasa Noval terlalu memperhatikannya, mungkin seperti mengintimidasi lewat tatapan.

Noval malah terkekeh sambil berkacak pinggang, "Lo tuh, ya, cuma karena masalah cowok aja ribetnya kayak gini."

"Maksud lo?"

"Kenapa lo harus kabur-kaburan kayak kucing gini? Bocah banget," sindir Noval.

Ada rasa jengkel dari Nadia terhadap Noval yang menyindirnya.

"Enak aja!" Nadia berkacak pinggang.

"Terus apa kalau bukan bocah?" sahut Noval sama berkacak pinggangnya dengan Nadia. Akhirnya Noval berdecak dan kemudian melipat tangannya di depan dada.

"Sekarang gue tanya sama lo. Lo sebenarnya suka gak sih sama Dimas?"

Pertanyaan sederhana, namun berhasil membungkam mulut Nadia. Ia tampak membuang wajah ke arah lain, seolah tak mampu menjawabnya.

"Kok malah buang muka, sih? Kenapa? Gak bisa jawab?" sahut Noval.

Nadia berdecak sebal, "Lo ngapain, sih, tanya-tanya kayak gitu? Gak jelas banget," lalu memutar bola matanya malas.

"Ya, emang kenapa? Gak salah juga, kok, kalau lo ngaku suka sama Dimas."

"Ih, apaan, sih. Kok lo jadi kayak interogasi gue gini?" protes Nadia.

"Gue bukan interogasi lo. Gue cuma bahas apa yang pengen lo bahas sama gue. Ingat, lo undang gue buat ketemuan di perpus untuk cari cara supaya Dimas nggak-"

Nadia dengan cepat membungkam mulut Noval. Bahkan ketika cowok itu berusaha melepaskan tangan Nadia, gadis itu sangat kuat menutup mulutnya.

Setelah beberapa saat, akhirnya gadis itu melepaskannya. Noval tampak mengais oksigen bagi paru-parunya yang sempat kehabisan napas.

"Gila lo!" kata Noval dengan terengah-engah. "Hampir mati gue kehabisan napas."

"Lagian ngapain juga lo bahas masalah itu di sini. Entar kalau ada yang dengar gimana?" sebal Nadia.

Dan bel mengakhiri perdebatan mereka secara tiba-tiba. Nadia tanpa kalimat tambahan langsung berbalik, kemudian pergi.

"Eh, Nad! Jadi, rencana lo gimana?"

"Batal!" seru Nadia ketika jarak mereka sudah jauh.

Mau tak mau Noval mengikuti saja kemauan gadis itu. Ia pun hanya bisa menghela napas pasrah.

Ketika hendak berbalik, ia tertabrak oleh seseorang yang tengah berjalan ke arahnya. Alhasil, gadis itu terjatuh, sedangkan Noval hanya terdorong sedikit ke belakang.

Noval membulatkan mata saat tahu bahwa Zena lah yang ia tabrak hingga terjatuh.

Buru-buru Noval merendahkan dirinya dan memandang khawatir Zena yang sedang meringis kesakitan dengan sikunya yang terasa ngilu.

"Sori, sori. Gue gak sengaja. Lo gak papa, 'kan?" tanya Noval dengan nada khawatir.

"Duh, siku gue... sakit banget," lirih gadis itu masih memegang sikunya.

Refleks, cowok itu mengambil lengan si gadis dan mulai memijatnya secara perlahan-lahan. Efeknya, gadis itu merasa lebih baikkan, sekaligus menahan napas akibat salah tingkah.

"Lo ngapain juga tiba-tiba muncul di belakang gue?" tanya Noval dengan masih memerhatikan siku Zena.

Zena mengerjapkan matanya, "ta-tadi, gue disuruh sama Pak Adit buat cariin lo."

Noval seketika mendongak dan menatap Zena. "Yang benar?"

Zena mengangguk sebagai jawaban.

"Zen, lo-"

Mendadak laki-laki menahan kalimatnya saat menyaksikan di depannya terdapat Zena dan juga musuh bebuyutannya di kelas.

Noval dan Zena menatap laki-laki itu, kemudian saling memandang satu sama lain sebelum akhirnya menjauh karena kepergok sedang berduaan.

Noval segera berdiri dan bersikap seolah tidak ada yang terjadi. Sedangkan Zena tampak bersusah payah bangkit dan terlihat masih kesakitan dengan sikunya.

"Zen, lo kenapa?" tanya Fadell yang mulai mendekati Zena.

"Gue gak papa, kok."

"Ini pasti ulah dia, 'kan?" katanya seraya menatap Noval dengan sinis sambil menunjuknya.

"Eh, bisa gak, gak usah nunjuk-nunjuk gitu," sahut Noval yang menepis kasar tangan Fadell.

"Dell, tadi itu Noval cuma gak sengaja doang, kok. Lagian, gue juga gak papa," jelas Zena agar mereka tidak membuat keributan.

Untung saja Zena yang menjelaskan semuanya, kalau tidak, mungkin akan terjadi adu mulut lagi.

"Tuh, dengerin!" seru Noval jengkel. Terlebih lagi saat ia melihat Fadell mulai memapah Zena untuk berjalan.

Sebelum melewati Noval, Fadell sempat melayangkan tatapan tidak suka pada Noval. Lalu, pergi begitu saja.

Noval hanya berdecih saja, masa bodo dengan laki-laki itu. Ia pun sadar bahwa dirinya harus segera kembali ke rumah untuk bersiap sebelum menuju rumah Nadia.

▪️

Next ⬇️

Dimas dan Nadia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang