0.3. Mencari Angin Segar

1.7K 166 51
                                    

Seperti biasanya, Nadia akan pergi ke sekolah dan memulai kegiatan di sana selama beberapa jam. Namun, tentunya ada yang berbeda untuk kali ini. Jelas, kalau biasanya dia punya alasan untuk ke sekolah, kali ini tidak. Karena Hansel bukan lagi sosok yang bisa mewarnai hari-harinya sebagai seorang kekasih.

Semalaman ia tak bisa tidur saking kesal mengingat cowok itu. Padahal mereka sudah putus, tapi nyatanya Nadia masih belum bisa menerima semuanya.

Sepanjang jalan, ia hanya fokus berjalan saja. Dan satu, dia tak ingin bertemu dengan Hansel untuk saat ini. Walaupun ia tahu bahwa pasti akan ada saat di mana ia bertemu cowok itu dengan alasan mereka bersebelahan antar kelas.

Dengan lemas, ia terus melangkahkan kaki menuju kelas. Tapi, siapa yang bisa menduga bahwa dia tak sengaja mendapat pandangan kurang mengenakkan di depan.

Hansel dan adik kelasnya sedang berjalan berduaan? Baik, Nadia paham kalau Hansel sedang berbahagia dengan gadis barunya. Dan Nadia harus mengikhlaskan. Apapun alasannya. Apapun?

Tidak!

Tiba di kelas, Nadia langsung mendudukkan diri secara kasar di tempatnya dan memukul meja menggunakan kepalan tangannya yang menegang.

Kejadian tadi tiba-tiba saja membuat pitamnya naik. Apa yang harus dia perbuat? Cemburu kah? Buat apa? Status pun sudah tidak ada lagi diantara mereka, selain mantan.

Nadia tahu kalau mereka baru putus. Tapi, ayolah! Hansel jahat sekali sudah bisa bergandengan dengan cewek lain di depan publik?

Beberapa siswa ataupun siswi yang berada di kelas pada saat itu seketika tersentak. Ada beberapa yang menoleh heran, mencibir, atau bertanya tentang anehnya Nadia.

Bahkan ketika salah satu siswa datang menghampirinya, suasana menjadi horor.

"Nad?" panggil siswa itu.

"Apaan sih!" hardik Nadia dengan cepat.

Siswa itu meneguk ludah, tampak menciut nyalinya ketika ingin bertanya sesuatu. "Nggak, gu-gue--"

"Gak lihat orang lagi kesel, apa?!" Tanpa berlama-lama lagi, siswa itu pergi meninggalkan Nadia dengan rasa takut.

Hari ini sikapnya benar-benar menakuti semua temannya. Baru kali ini mereka mendapati Nadia yang penuh amarah.

Di saat jam belajar tengah berlangsung, Nadia bukannya fokus malah asyik melamun. Tanpa ia sadar, tangannya merobek lembaran bukunya sedikit demi sedikit. Hingga satu lembar tersebut hampir habis disobeknya.

Noval, teman sebangkunya membelalak kaget. Dia ngeri melihat Nadia yang merobek bukunya sendiri.

"Nad, lo ngapain sobek buku lo sendiri?" katanya.

Lamunan gadis itu kontan buyar. Ia sangat terkejut begitu sadar.

"Astaga!" Paniknya bukan main sekarang. Mengingat, buku yang disobek itu adalah catatan, di mana semua materi yang di sampaikan guru dicatatnya di sana.

"Baik, karena materi kita pada bab ini sudah selesai, maka minggu depan akan ada ulangan. Baca saja catatan kalian karena kurang lebih nantinya kalian bisa menjawab soal-soal yang saya berikan."

Begitu guru menyampaikan penutup, bel istirahat berbunyi dan sebagian siswa mulai meninggalkan kelas.

"Mampus deh, gue," gerutu Nadia kesal. Ia menoleh pada Noval sembari menampakkan deretan giginya.

"Val, gue pinjem catatan lo ya?"

Noval tanpa berkata apapun langsung memberi bukunya pada Nadia. "Nih, tapi jangan lupa balikin ke gue sebelum ulangan."

"Iya, iya. Gue pasti balikin, kok."

"Lo tuh, kalau ada masalah jangan bikin masalah lagi." Noval menggelengkan kepalanya. "Gue saranin lo mending cari angin di luar sana deh, biar pikiran lo bisa segar lagi. Dan pastinya setelah itu lo gak bakal kepikiran buat bakar tas lo."

Nadia jadi malu. Bisa-bisanya dia merobek bukunya tanpa sadar sedikitpun. Noval benar. Dia harus cari angin segar sekarang, sebelum dia benar-benar melakukan tindakan lain diluar kesadarannya.

Baru beberapa menit ia keluar dari kelas untuk mencari angin segar. Tetapi sudah bosan saja. Ingin kembali ke kelas, tiba-tiba dia berpapasan dengan cowok itu. Siapa lagi kalau bukan Hansel. Di tambah dengan cewek yang mengisi tempatnya di samping Hansel, semakin kesal lah ia sekarang.

Hansel tak sengaja menatap Nadia. Tawanya seketika luntur saat bertemu pandang dengan Nadia yang beraut wajah masam. Tentunya ia tahu apa penyebabnya.

Namun, entah mengapa Nadia yang sinis berubah ceria seketika. Bahkan dia menampilkan seulas senyum yang dulu sering Hansel dapatkan ketika masih bersamanya.

Hansel tak berani membalas senyum yang mengarah kepadanya. Takut jika nanti...

"Hei!" Nadia berlari, melewatinya dan berhenti pada sosok di belakangnya.

Hansel menoleh. Apakah itu cowok baru Nadia? Tidak mungkin. Tapi kenapa tidak mungkin juga?

Benar, senyum Nadia tadi itu bukan untuknya.

"Lo dari mana aja, sih? Dari tadi gue nyariin lo tau gak." Nadia menepuk sebelah bahu Dimas. "Jalan, yuk!"

"Tapi...?"

"Udah, ayo!"

Setelah Nadia menarik Dimas pergi bersamanya, Hansel kembali memandang ke depan.

"Kenapa?" tanya gadis yang ada di sebelahnya.

"Gak, gak ada apa-apa. Jalan lagi, yuk!"

Setelah di rasa sudah cukup jauh dari Hansel, Nadia berhenti menarik Dimas. Dimas sendiri bingung dengan gadis itu.

"Ada apa kamu nyariin aku?"

Nadia melirik Dimas dengan alis terangkat sebelah. "Gue? Nyariin lo? Siapa bilang?"

Dimas menghela napas. Pasti Nadia sedang mengalami masalah sampai-sampai ucapannya yang belum lama itu terlupakan.

"Kamu ada masalah ya?"

Lagi, sepertinya semua menganggap Nadia penuh masalah. "Kenapa sih, dari tadi semua orang nganggep gue ada masalah? Emang muka gue kelihatan bermasalah, ya?" tanyanya balik ke Dimas.

Dimas hanya menggeleng. "Muka kamu nggak kelihatan bermasalah, kok. Cuma kelihatan sedikit berminyak."

Nadia memutar bola matanya sebal. Sedang Dimas terkekeh kecil. Dia hanya ingin menjernihkan suasana saja dengan guyonan kecil.

"Daripada kamu bingung sendiri, mending ikut aku ke perpustakaan."

"Ke perpus? Ngapain?"

"Daftarin diri jadi prajurit perang," jawab Dimas asal.

"Gue serius!" kata Nadia dengan mata melotot.

Takut akan di makan, Dimas serius. "Bercanda. Udah, kamu ikut aja. Mau gak?"

"Ya udah, deh. Tapi, lo jangan macam-macam ya sama gue!" ancamnya lebih dulu.

"Masa aku yang lugu kayak gini dituduh kayak gitu?"

"Njir, lo jangan bikin gue pengen nampol lo deh. Udah, ah, buruan!" katanya sambil mendorong Dimas.

A/N : Yang suka bab ini, jangan lupa vote dan komen, yawww!!!

Dimas dan Nadia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang