A/N : Met Malming, Guys!
Hampir lupa mau update :)Btw, dua bab lagi kalian akan menuju...
Stay aja!!!::::::
Dua cangkir kopi susu panas baru saja diletakkan di meja mereka. Tak jauh dari halte bus, Kesya memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah kafe yang pastinya tidak asing bagi sebagian orang, Kafe Pak Kumis.
Dan, oh ya, kopi susu panas di depan Nadia saat ini bukan pesanannya. Itu pesanan dari Kesya. Jujur, Nadia tidak meminta. Namun, tidak juga menolak saat ditraktir.
Keadaan di luar kafe masih diselimuti hujan deras sejak dua puluh menit yang lalu, tepat ketika Nadia dengan terpaksa ikut dengan Kesya dalam satu mobil.
Dan sekarang, Nadia ingin bertanya perihal keanehan gadis itu yang tiba-tiba memeluknya sewaktu di halte bus tadi.
“Jadi, gue rasa lo bisa jelasin semua keanehan yang terjadi di halte bus tadi. Ya, tentang keanehan lo sendiri,” ucap Nadia usai Kesya meletakkan cangkir miliknya kembali ke meja.
Gadis itu tersenyum. Ia tahu maksud Nadia dengan kata ‘keanehan’ itu. Memperbaiki posisi duduknya, Kesya berdeham sebelum membuka suara.
“Aku cuma mau minta maaf sama Kakak.”Satu kalimat yang jadi tanda tanya bagi Nadia. “Lo bisa ngomong yang jelas gak, sih? Gue gak suka dibikin gue bingung,” ketusnya.
Jangan tanya mengapa gaya bicaranya seperti tidak suka. Ini karena Nadia masih kesal pada kejadian lalu saat gadis ini merebut Hansel darinya. Intinya, ia masih belum terima, walau sudah ikhlas.
Kesya hanya bisa tersenyum kecut. “Maaf,” ucapnya. “Sebenarnya aku udah nggak sama Hansel lagi,” sambungnya.
Oke, kali ini Nadia terkejut. Maksudnya putus?
“Maksudku, kita berdua udah putus. Dan itu terjadi baru-baru ini.” Kesya mendongak, menatap manik mata Nadia yang membalasnya.
Nadia segera membuang tatapan yang terjadi selama beberapa detik itu ke arah lain. Untuk apa ia harus tahu akan hal itu?
“Buat apa lo ngasih tau gue?” tanya Nadia sebelum ia menatap Kesya kembali. “Lagian, gue juga udah gak peduli soal dia.”
“Kenapa gitu?” tanya Kesya.
“Kalau Hansel sayang sama gue, Hansel gak mungkin milih lo untuk jadi pacarnya yang lain. Dari situ, gue bisa lihat kalau Hansel emang udah gak serius sama gue,” jelas Nadia. Jujur, ketika ia mengucapkannya ada nada geram yang terselip.
“Tunggu, maksud lo ngomongin dia ke gue, ada apa?” tanya Nadia tersadar bahwa topiknya kini terarah pada cowok itu.
Kesya menampilkan senyumnya, “Justru itu, aku dan Hansel putus karena Kakak. Hansel masih sayang sama Kakak,” katanya.
Pernyataan apa lagi ini? Nadia mengangkat sebelah alisnya, “Maksud lo?” Nadia terkekeh untuk hal yang baru saja didengarnya.
“Nggak, Kak. Ini serius. Hansel memang nggak pernah selingkuh. Dia cowok yang baik. Dan dalam hal putusnya kalian, itu aku yang jadi penyebabnya. Ini murni salahku,” katanya, lalu menunduk dalam, merasa bersalah.
Tak lama, ia kembali mendongak, “Maaf, Kak. Aku nggak mikir dulu sebelum mutusin untuk jatuh cinta sama Hansel. Yang aku pikir saat itu cuma jadi pacarnya dia. Padahal, aku tahu, kalau Hansel cuma cinta sama Kakak.”
Nadia mengerutkan dahinya bingung. “Gue ga ngerti lo ngomongin apa.”
Kesya menarik napas panjang, sebelum memulai cerita, “Sebenarnya, sebelum kalian putus, Hansel minta aku buat kerja sama untuk bikin kejutan buat hari jadi kalian yang ke enam bulan. Ya, dia minta bantuanku. Setiap hari, dia selalu datang dan ngajak aku buat menjalankan rencananya. Mungkin Kakak bingung, tapi dia minta bantuan sama aku karena aku adik dari sahabatnya yang sekarang lagi kuliah di luar kota.
“Tanpa aku duga, aku malah diam-diam jatuh cinta sama dia, atau mungkin sebelum itu. Karena sejak aku kenal dia, aku ngerasa dia adalah cowok baik yang menarik perhatianku. Dan, tanpa aku sadar aku malah lupa sama kerja sama itu.
“Saat itu, aku terang-terangan bilang kalau aku suka sama dia. Dia awalnya gak percaya, tapi akhirnya dia percaya setelah aku meyakinkan dia. Mungkin karena nggak mau buat aku kecewa atau patah hati, dia akhirnya terima aku jadi pacarnya. Itu pun tanpa adegan tembak-tembakan,” cerita Kesya sembari tertawa hambar.
“Aku egois ‘kan? Aku nggak peduli sama perasaan Kakak waktu itu. Dan sekarang, aku nyesal. Aku benar-benar minta maaf karena udah bikin hubungan kalian jadi berantakan.”
Cerita itu sangat mengejutkan Nadia. Jadi, seperti itu cerita yang sebenarnya. Pantas saja Hansel selalu mengejarnya dan tidak terima ketika hubungan mereka harus berakhir. Tapi, apakah memang itu ceritanya? Atau itu hanya karangan semata.
“Aku tau, Kakak pasti gak bakal percaya sama cerita aku. Tapi, untuk ini aku serius dan gak main-main,” kata Kesya meyakinkannya.
“Kenapa... Hansel mutusin lo?” tanya Nadia penasaran.
Kesya hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.
Sebenarnya, Nadia masih ingin membahas tentang berakhirnya hubungan gadis itu dengan Hansel. Namun, sekilas ia mengingat tentang Dimas yang waktu itu tak sengaja ia pergoki sedang bersama Kesya.
“Oh ya, gue mau tanya. Lo ada hubungan apa sama Dimas?” Mengabaikan sejenak tentang Hansel.
Kesya terkekeh kecil, “Aku lupa jelasin yang satu itu. Jadi, sebenarnya aku juga baru kenal sama Kak Dimas. Itu gara-gara dia nggak sengaja nemuin aku lagi nangis di belakang sekolah. Oke, aku nangis karena baru putus sama Hansel.”
“Terus, kalian kenalan?” tanya Nadia.
“Nggak juga. Cuma aku tau dia yang sering jalan sama Kakak dan pastinya selalu bikin Hansel cemburu.”
Tentang Hansel yang cemburu ke Dimas, Nadia sudah yakin hal itu sebelum diceritakan.
“Walaupun aku baru kenal sama Kak Dimas, tapi aku rasa dia orang yang baik dan menyenangkan. Kakak beruntung banget bisa dekat sama dia,” komentar Kesya yang terlihat bahagia, kali ini tulus.
Mendadak, giliran Nadia yang sendu dan menunduk lesu. “Ya, tapi itu dulu,” gumam gadis, yang tanpa sengaja terdengar oleh Kesya.
“Jadi, kalian benar-benar udah nggak dekat?” sahut Kesya.
Nadia dengan cepat mendongak, “Tunggu, lo—“
“Iya, aku tahu. Kak Dimas sempat bilang hal itu sebelum Kakak mergokin kita berdua dan salah paham sama kami. Dia nggak cerita secara detail, tapi aku bisa lihat kalau dia benar-benar sedih,” jelas Kesya tanpa mengurangi fakta yang ada.
“Jadi, kalian benar-benar nggak dekat sebelum itu?” tanya Nadia.
Kesya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Di tengah diamnya Nadia, Kesya menyahut, “Saranku, sebaiknya Kakak jangan pernah sia-siain cowok sebaik Kak Dimas. Tapi, aku juga gak melarang kalau Kakak mau balik sama Hansel. Semua itu keputusan Kakak.”
Dan kalimat Kesya barusan membuat Nadia berpikir keras untuk tindakan selanjutnya yang harus ia ambil. Apakah kalimat pertama gadis itu yang perlu ia ambil atau kalimat berikutnya yang masih harus ia rundingkan dengan hati kecilnya.
▪️
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimas dan Nadia [COMPLETED]
Teen Fiction[BOOK 2] Nadia baru putus dari Hansel, si cowok paling berengsek yang pernah Nadia kenal. Di saat patah hati inilah Dimas hadir. Sosok asing yang belum pernah ia kenal, namun dapat membawa ketenteraman hati. Sejak saat itu, Nadia dan Dimas berteman...