Sore-sore begini, Nadia tiba-tiba merasakan lapar. Ingin meminta Dimas datang sekaligus membawa makanan untuk disantap bersama rasanya akan membuat repot kekasihnya. Ia pikir akan lebih baik jika Noval yang jadi kurir makanannya kali ini. Sekalian pula Nadia ingin bercakap-cakap dengannya mengenai kegelisahannya. Siapa tahu cowok yang satu itu mau mendengar atau memberi pencerahan untuknya.
Sedangkan Noval mencebik sebal ketika mendapat WA dari gadis itu. Padahal hari ini ia ingin meluangkan waktu untuk bersantai sejenak sembari membaca novel kesukaannya. Tapi, karena ada yang ingin disampaikannya, maka ia rasa untuk hari tidak apa-apa jika ia menuruti kemauan Nadia.
Setelah memesan beberapa menu paketan dari salah satu gerai makan yang memiliki merek dagang terkenal, Noval berputar haluan menuju rumah sang sahabat. Setibanya di sana, ia sudah di sambut dengan wajah girang oleh si tua rumah.
"Makasih, Noval," kata Nadia yang kemudian membuka makanan yang sebelumnya ia pesan.
Noval hanya menggumam. Lantas ikut membuka makanannya yang siap disantap.
"Val, lo tau gak sih?" tanya Nadia di sela-sela waktu makan mereka.
"Gak tau. Emang ada apaan?"
"Itu loh, si... Aduh, gue lupa lagi namanya. Siapa sih nama tuh adik kelas? Yang jadi pelakor itu loh, waktu gue masih pacaran sama Hansel."
Noval berpikir sejenak. "Kesya?"
Nadia kontan menjentikkan jarinya karena Noval menjawab dengan sangat tepat pertanyaannya. "Nah, si Kesya! Dia ternyata udah tau siapa pelaku dari teror gue sama dia sendiri."
Mendengar berita mengejutkan itu membuat Noval sedikit tersedak dengan makanannya sendiri. Ia berhenti makan sejenak, lantas meneguk minumannya untuk menghanyutkan makanan yang tersangkut di tenggorokannya.
"Yang benar lo?! Lo tau dari mana?" tanyanya agak heboh.
"Beneran! Dia yang ngomong sendiri." Nadia terdiam sejenak. "Tapi, gak langsung bilang kalau pelakunya itu siapa, sih. Dia cuma bilang kalau dia yang bakal bikin situasi ini kembali normal. Nah, terus gue simpulin deh maksud dari kata-kata dia."
Noval memutar bola matanya. Ia pikir pelaku yang asli benar-benar sudah tertebak. "Kebanyakan nyimpulin lo jadi orang. Harusnya, lo cari tau dulu kebenarannya, baru bisa simpulin sesuatu. Lagian, mungkin aja 'kan dia cuma gak mau lo sama Dimas jadi ribet gara-gara ini, makanya dia pengen selesaiin masalahnya tanpa ikut campur kalian."
Pernyataan yang dilayangkan oleh Noval ada benarnya juga. Ia mengangguk memahami setiap kata Noval barusan.
"Tapi, lo tau gak sih? Pulang sekolah tadi, gue sempat nuduh si Fadell langsung di depan dia."
"Tentang?"
"Ya pelaku teror lo lah."
"Terus, dia bilang apa?"
"Ya, dia bilang sih dia bukan pelakunya. Tapi, yang paling bikin gue kesal waktu dia dorong gue cuma gara-gara Zena doang." Noval menggelengkan kepalanya. "Bucin tuh anak!"
Diam-diam, Nadia mengulum senyum melihat wajah kesal Noval. Cowok itu sepertinya belum tahu soal perasaan Zena yang sebenarnya terhadap dia.
Tak sengaja Noval menangkap mimik wajah aneh Nadia. "Kenapa lo senyam-senyum? Kerasukan lo, ya?"
"Enak aja!" Nadia langsung kembali pada topik yang ingin ia bicarakan sejak tadi. "By the way, kok gue ngerasa kalau sebenarnya yang neror gue ini bukan ngincer gue, ya?"
"Maksud lo?"
Terdiam beberapa saat, Nadia menatap lekat sahabatnya itu. "Menurut lo, Dimas bakalan aman gak sih kalau bantuin gue buat nemuin pelaku teror itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimas dan Nadia [COMPLETED]
Fiksi Remaja[BOOK 2] Nadia baru putus dari Hansel, si cowok paling berengsek yang pernah Nadia kenal. Di saat patah hati inilah Dimas hadir. Sosok asing yang belum pernah ia kenal, namun dapat membawa ketenteraman hati. Sejak saat itu, Nadia dan Dimas berteman...