A/N : Aku yakin, kalian bakalan kepo sama bab selanjutnya, huehehe...
P.s. Jangan lupa vote dan kome kalian, guys! :)
::::::
Sudah beberapa hari ini, Nadia memutuskan untuk tidak menyapa, bicara, atau mengacuhkan segala hal yang berkaitan dengan Dimas.
Misalnya saja ketika ia tak sengaja bertemu Dimas yang hendak keluar dari dalam kelasnya dengan berlalu begitu saja, menghindar dari cowok itu sebisa mungkin, atau melupakan hari-harinya yang biasa diisi bersama Dimas.
Cukup sulit, tapi ia sedang mencoba. Jangan mengatakan bahwa tak seharusnya Nadia bersikap seperti itu, atau setidaknya beri Dimas kesempatan.
Ayolah, memberi kepercayaan lagi kepada seseorang yang sudah cukup kalian percayai setelah kejadian yang tak mengenakkan bukan hal yang mudah. Dan itu yang sedang dirasakan oleh Nadia, berpikir untuk kesempatan yang perlu pemikiran yang matang.
Nova sendiri selalu berusaha mengingatkan Nadia agar jangan mudah percaya pada sesuatu tanpa kejelasan yang pasti. Dan hal itu membuat Nadia semakin bingung.
Patah hati itu tidak enak. Apalagi, saat kalian sedang sayang-sayangnya dengan orang itu. Ya, Nadia mengakui bahwa ia sayang dengan Dimas.
Dimas orang yang baik. Dia juga lucu dan bisa menjadi menghibur di kala Nadia sedih. Gadis itu sangat rindu akan hari-harinya bersama Dimas, yang kini belum ia rasakan kembali.
Berada di ruang belakang perpustakaan yang sepi di jam istirahat serta ditemani tetesan air hujan yang baru saja turun, membuat Nadia tak bisa menahan diri untuk melupakan sosok Dimas.
Ia mendesah, “Kenapa gue susah banget, sih, lupain dia dong?” gumamnya.
Mengapa hujan sangat menjengkelkan dengan membuatnya mengenang hal-hal lalu bersama dengan Dimas? Atau memang ia yang tak ingin kebersamaannya dengan cowok itu usai begitu saja?
Ia kembali teringat pada suatu hari di mana ia memergoki Dimas sedang bersamaan dengan adik kelasnya yang pernah merebut Hansel darinya.
“Kira-kira Dimas bakal jadian gak, ya, sama tuh cewek?” gumamnya dengan raut sebal memikirkan. Lalu ia mencebikkan bibir sebal dan mendengus kasar.
Kemudian ia menenggelamkan wajah ke meja begitu saja dengan tangan dibiarkan menggantung.
“Demi apa, gue benar-benar gak rela kalo mereka benar-benar jadian!” ucapnya pada diri sendiri.
▪️
Bel pulang sudah berbunyi dua menit lalu, dan Nadia sedang berkemas untuk segera pulang. Setelah semua alat-alat tulis dan buku masuk ke dalam tas, Nadia berniat meninggalkan, sebelum Noval memanggilnya.
“Nad.”
“Hm?” tanyanya ogah-ogahan ketika memutar kepala ke belakang untuk menatap cowok itu.
“Gue anter pulang mau gak?” tawar Noval.
Jujur, Nadia lumayan kaget dengan penawaran yang jarang diajukan cowok itu. Tetapi, dengan sigap ia menjawab, “Nggak, makasih. Gue bisa pulang sendiri, kok.”
Mendengar nada bicara Nadia yang tampak tak bersemangat, Noval tak mau juga memaksa gadis itu. Ia paham bagaimana seseorang ketika sedang dilanda kegalauan.
Nadia meneruskan langkahnya hingga keluar dari gedung sekolah. Tujuannya saat ini adalah halte bus.
Nadia sengaja tidak membawa kendaraan ke sekolah, takut kalau tidak fokus mengendarai dan terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
Sepertinya hujan masih akan berlanjut setelah reda sebentar tadi. Terlihat dari langit yang belum bersih dari kumpulan awan yang menghitam di atas sana.
Gadis itu duduk setelah tiba di halte. Ia sadar bahwa halte bus kali ini lumayan ramai diisi anak-anak yang juga menunggu jemputan bus.
Tak berapa lama, bus berwarna kuning tua tiba di depan halte. Ketika semua beranjak dari duduk menuju ke dalam bus, tanpa sengaja seseorang menginjak tali sepatu Nadia yang tak terikat hingga menyebabkannya terjatuh.
Sekadar minta maaf, lalu si pelaku berlalu begitu saja ke dalam bus. Nadia hanya melihat sekilas laki-laki itu dengan sinis, sebelum ia mengikat tali sepatunya agar tidak terulang kejadian yang sama.
Dan pada saat itu, Nadia ditinggal oleh bus. Nadia kaget. Baru saja ia mengikat tali sepatunya sebentar, bus sudah melaju begitu saja.
Ia melambai tangan seolah menyuruh bus itu agar berhenti. Ia juga sempat mengejar bus, namun langkahnya kalah cepat dengan laju bus.
Ia menggerutu kesal. Belum lagi pada rintik hujan yang sudah mulai turun kembali. Sepertinya ia akan pulang dalam keadaan basah kuyup, atau menunggu hingga tanda-tanda hujan tak terlihat lagi.
Di saat yang sama, tiba-tiba suara klakson mobil memekikkan telinganya. Gadis itu menoleh dan cukup terkejut.
“Ayo, Kak, masuk!”
Nadia sempat mengerjapkan matanya beberapa kali untuk meyakinkan bahwa ini nyata. Dan memang semua itu nyata. Ia tengah berhadapan dengan gadis itu.
Tanpa banyak basa-basi, Nadia segera melanjutkan langkahnya. Kali ini, ia tidak berpikir pada risiko yang mungkin terjadi di tengah perjalanan melihat kondisi langit yang semakin gelap.
Kesya cukup tersentak ketika diabaikan begitu saja. Ia membawa mobilnya untuk mengejar Nadia di depan.
“Kak, ayo masuk! Sebentar lagi hujan bakalan turun. Nanti Kakak bisa sakit kalau kena hujan,” katanya sambil menyetir mobil perlahan mengikuti langkah Nadia.
Nadia lagi-lagi tak mengabaikan. Ia tampak fokus berjalan dengan pandangan ke depan.
“Kak, ayo! Aku anterin pulang.”
Nadia berhenti melangkah. Ia menatap adik kelasnya itu dengan garang. “Lo gak usah sok baik sama gue! Mending lo pergi, gue bisa pulang sendiri. Ngerti?!” tekannya, lalu memalingkan wajah cepat dan kembali berjalan.
Tanpa disangka-sangka, Kesya turun dan mengejar Nadia. Ia merentangkan kedua tangannya untuk menghadang jalan gadis itu.
Nadia tampak muak. Ia memutar bola matanya malas dan menepikan gadis itu secara kasar dari hadapannya.
“Minggir.”
“Nggak, Kakak harus pulang bareng aku,” kata Kesya.
“Lo kok maksa banget, sih?” ucap Nadia geram. “Minggir, gak?!” sambungnya dengan mata melotot.
Nadia memang butuh tumpangan, tapi kalau yang menawarkan adalah orang yang pernah merebut pacarnya jelas ia menolak. Dan, aneh sekali. Mengapa tiba-tiba di kalimatnya, Kesya menyebut Nadia dengan panggilan ‘Kak’?
“Tolong, Kak. Jangan benci aku,” katanya, lalu memeluk Nadia dengan era.
Astaga! Ada apa ini?! Apakah ada skenario baru yang tidak diketahui oleh Nadia? Jelas ini ada yang tidak beres.
▪️
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimas dan Nadia [COMPLETED]
Ficção Adolescente[BOOK 2] Nadia baru putus dari Hansel, si cowok paling berengsek yang pernah Nadia kenal. Di saat patah hati inilah Dimas hadir. Sosok asing yang belum pernah ia kenal, namun dapat membawa ketenteraman hati. Sejak saat itu, Nadia dan Dimas berteman...