chapter 3

5.6K 617 12
                                    

Bel istirahat sebentar lagi berbunyi dan Dahyun sudah terlihat keluar lebih dulu dari kelasnya. Meninggalkan Chaeyoung yang masih mencatat.

Dahyun bukannya membolos atau bersikap kurangajar. Tapi semua itu karena sang guru sudah menyelesaikan proses belajar mengajar sebelum waktu yang ditentukan.

Langkah kaki Ia lakukan berlahan. Ia menapaki koridor sekolahnya yang masih terlihat sepi. Suara guru yang mengajar di masing masing kelas juga terdengar menggema.

Hingga tak dirasa, dia sudah tiba di area kelas 3. Tempat seniornya berada. Langkah tetap di lanjutkan. Dia melewati dua kelas hingga terhenti di depan kelas yang ditujunya.

Punggung disandarkan di tembok sebelah pintu yang yang masih tertutup. Dahyun memilih menunggu sambil sesekali melihat jam tangannya.

Hingga beberapa saat kemudian, lonceng pertanda berakhirnya mata pelajaran terdengar keras. Suara riuh dari siswa yang gembira juga ikutan terdengar.

"Oh? Kim Dahyun? Apa yang kau lakukan di area anak kelas 3?" Guru yang baru saja keluar dari kelas yang menjadi tujuannya terlihat menegur. Kepopuleran Dahyun memang sudah sampai ke guru gurunya juga.

Dahyun tersenyum. Tak lupa membungkuk memberi hormat. "Ada yang harus saya lakukan dengan salah satu senior, ssaem" Jawabnya sopan.

"Oh ya sudah. Hati-hati"

"ne ssaem"

Setelah kepergian sang guru, Dahyun kembali melanjutkan langkah. Ia masuk ke dalam kelas itu. Sebenarnya cukup canggung kala masuk ke kelas senior begini. Apalagi mulai terdengar suara riuh karena kedatangannya yang tiba tiba.

Dahyun hanya bisa tersenyum sambil sesekali membungkuk hormat pada senior-seniornya itu. Bagaimanapun juga dia dua tahun lebih muda dari mereka. Terlepas dia adalah seorang gadis populer yang banyak disegani.

Dahyun terus melanjutkan langkah kakinya hingga akhirnya terhenti di samping meja gadis yang terlihat tertunduk di mejanya. "Sana?" tegurnya.

Sang pemilik nama mendongak. Menatap Dahyun dengan tidak bersemangat. "Uh? Dahyunie? Ada apa?"

"kau kenapa? Sakit?" Dahyun berubah khawatir. Tangannya bakan terangkat untuk memeriksa kening si gadis Jepang. Tak lupa juga melirik Nayeon dan Mina yang duduk di belakang. Meminta penjelasan. Tapi kedua gadis itu menggeleng tak tau.

"Ani. Aku baik baik saja" Sana menggenggam tangan Dahyun yang tadi berada dikeningnya. "Semalam aku hanya kurang tidur saja"

Dahyun menghela nafas lega. "ya sudah, kalau begitu bisa ikut aku sebentar? Ada yang ingin aku katakan padamu" ujar Dahyun.

Sebenarnya bukan hal yang penting. Tapi hal itu bisa membuat dia dan Sana menjadi perbincangan hangat. Apalagi kini mereka sudah menjadi bahan tontonan seniornya. Ini pasti akan sangat memalukan. Apalagi memikirkan Sana yang menyukai skinship tanpa tau tempat.

"baiklah" Sana yang setuju segera berdiri. Ia meraih tangan Dahyun lalu menautkan jari jemari mereka lalu menarik sang kapten keluar kelas menuju ke arah rooftop sekolah.

Semua mata terlihat memandangi setiap langkah kaki mereka. Anak-anak yang tadinya akan ke kantin pun malah tidak jadi pergi dan memilih melihat sang kapten basket yang begitu populer. Dan juga Sana si Ketua cheers yang sebenarnya yang tak kalah populer juga.

Iri?
Tentu saja!
Kedua orang itu membatasi diri dalam melakukan skinship pada orang lain. Tapi jika keduanya bertemu, skinship itu menjadi hal yang tidak boleh di lupakan.

"sudah di sini saja" Dahyun berujar menghentikan langkah sebelum mereka tiba di rooftop. Langkah mereka terhenti tepat di depan pintu.

"Jadi kau ingin bicara tentang apa?" tanya Sana yang sesekali menguap kecil.

"sebenarnya ini bukan hal yang penting" Dahyun malah terlihat canggung.

"katakan saja"

"Itu..eommaku ingin bertemu denganmu akhir pekan besok. Dia merindukanmu"

Sana menatap Dahyun dengan mata berairnya karena terusan menguap. Berita itu cukup mengejutkan, tapi membuat Sana senang bukan main. "Baiklah. Aku akan datang" Sana jelas setuju. Tapi sebisa mungkin, dia tak menampilkan ekspresi bahagianya pada gadis Kim dihadapannya itu.

"kau tidak keberatan?"

Sana menggeleng lalu tiba tiba memeluk Dahyun. "Aku tidak keberatan. Apa kau yang keberatan?"

"Huh? Tentu saja tidak. Aku tidak bisa menghentikanmu juga. Kau lupa?"

Sana tersenyum. Apalagi saat merasakan pelukan balasan dari Dahyun. Rasanya energinya bisa bertambah dengan cepat.

"Kenapa kau selelah ini? Semalam ngapain?" Si gadis Kim bertanya.

"Aku hanya belajar saja"

"Belajar semalaman?" Dahyun begitu kaget. Tapi mau bagaimanapun juga, itu Sana. Gadis yang juga termasuk penggila belajar. "Kalau begitu, aku antar ke UKS. kau bisa tidur selama jam istirahat ini"

"Huh? Shirreo" Sana menolak seraya melepas dekapan. "Aku harus makan saat ini. Aku lapar"

"Hah~ baiklah. Kita ke kantin. Hari ini jadwalnya tonkatsu. Kau menyukainya kan?"

Sana mengangguk. "Tapi aku butuh asupan yang lain sebelum kita makan"

"Huh? Asupan apa?"

"Aku butuh ciumanmu saat ini"

"Mwo? Jangan macam macam Sana!" Dahyun menegur.

"Sebentar saja. Lagipula ini untuk melatih mu yang tak pernah ciuman itu"

"Kau hanya mencari kesempatan"

"Inilah yang dinamakan simbiosis mutualisme. Aku puas, kau jadi mahir. Impas kan?"

"Baiklah baiklah" Dahyun pasrah. Dia tak ingin Sana membongkar rahasianya yang satu itu. Karena Dahyun memang lah tak pernah berciuman meskipun dia sangat populer. Sana lah gadis pertama untuknya. "Cepatlah sebel- mph? " Ucapan terhenti kala Sana sudah mendaratkan bibirnya dengan sempurna.

Gadis Jepang itu bermain selembut mungkin. Ia memainkan bibir Dahyun berlahan. Dia tak ingin terburu buru.

"Dahyun, kita sudah beberapa kali berciuman, apa kau belum bisa membalasku? Apa kau masih sekaku itu?" Sana berbisik kecil seraya mulai menciun pipi Dahyun menggoda.

"Sa-Sana?"

"Balas ciumanku Kim" Bisik Sana lagi sebelum kembali menerjang bibir Dahyun. Dan mulai menambah tempo kecepatan.

Dahyun berubah resah. Sana terlalu pintar menggodanya. Hingga akhirnya, pertahanannya runtuh juga. Mata mulai ikut terpejam. Tangan melingkar sempurna dipinggang ramping milik Sana lalu menariknya menghapus jarak yang sebenarnya sudah tak ada. Ciuman dibalasnya. Laku ikut bermain mengikuti tempo yang dibuat si gadis Jepang.

Sana tersenyum senang disela-sela ciuman mereka. Apalagi Ia membiarkan Dahyun mengambil alih. Dan tanpa di duga, Dahyun sudah memainkan lidahnya. Mengisap tanpa rasa jijik.

Kecupan yang awalnya lembut kini menjadi kecupan liar dan semua itu karena ulah seorang Kim Dahyun.

"Dahyun!?" Sana melepaskan diri akibat membutuhkan oksigen secepatnya. "Aku butuh bernafas" Ucapnya dengan nafas memburu.

Dahyun pun terlihat bernafas dengan terburu. Tadi benar gila.

"Uh?" Tiba tiba Dahyun terkejut kala Sana terlihat menyatukan kening mereka. Mata gadis itu terlihat terpejam dengan Nafas yang juga masih sedikit memburu.

Cup~
Sana beralih mencium pipi Dahyun. "Kau sudah sangat hebat" Pujinya. "Tapi jangan sampai aku melihatmu berani menciun orang lain seperti itu. Kau hanya milikku Kim" Peringat si gadis Jepang.

"Iya iya. Kalau begitu ayo turun dan cari makan"

"Oke. Kajja~"

_Tbc_

Umbrella ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang