chapter 10

5K 507 15
                                    

Jam telah menunjukkan pukul 5 sore dan Dahyun baru saja kembali ke rumah.
Dia tahu Sana pasti marah besar padanya karena dia memilih kembali ke sekolah dari pada harus mengabulkan permohonan gadis itu siang tadi.

Dahyun melangkahkan kakinya lebih dalam, menaiki tangga rumahnya dan menuju kamarnya.

Ceklek..
Di bukanya pintu kamarnya, terlihat suasana kamarnya yang sangat gelap.Dahyu Dahyun menghidupkan lampu kamar dan betapa kagetnya dia tidak menemukan sosok Sana terbaring diatas ranjangnya seperti biasa.

"Sana?" panggil Dahyun. Mungkin saja gadis itu berada di kamar mandi. "Minatozaki Sana?" Dahyun memanggil lagi karena tak ada jawaban yang Ia dengar. "Aishh jinjja! Kemana dia?" Dahyun mulai panik sendiri. Segera ia keluar kamar mencari buttler Jung. "paman?" Panggil nya.

"Iya nona? Ada yang bisa saya bantu?" Pria paruh baya itu terlihat menjawab.

"Sana kemana?"

"Nona Sana tadi sudah pamit pulang ke apartementnya nona. Katanya dia sudah sembuh dan anda sudah mengijinkannya meninggalkan rumah"

"Mwo? Aku tidak pernah berucap begitu" Dahyun benar kaget.

"Maafkan saya nona. Saya tidak ta-"

"Gwencana. Aku tidak menyalahkanmu, paman. Kalau begitu aku kembali ke kamarku dulu"

"Baik nona"

Dahyun melangkah kecil. Dia kembali ke kamarnya. Reflek memeriksa lemari dan benar tak menemukan pakaian gadis Jepang itu. Helaan nafas lolos. Tubuh terduduk disisi ranjang. "aishhh..." Dia mulai frustasi. Sana benar marah. Apalagi dari tadi nomor gadis itu tak bisa di hubunginya.

Tak ingin memendam perasaan tak enak begini, Dahyun bergegas untuk mandi terlebih dahulu. Dia harus menemui Sana dan meminta maaf.

15 menit berlalu. Dahyun sudah terlihat di dalam mobilnya. Dia menjalankannya dengan kecepatan diatas rata rata.

Beberapa menit berlalu, Ia pun sudah berdiri di depan pintu apartement gadis Jepang itu. Ingin langsung membuka karena password gadis itu sudah dia ketahui. Tapi saat ini, Ada dua orang gadis yang tidak akrab dengannya didalam. Itu jelas tak akan sopan saat dia tiba tiba membuka pintu.

Mau tak mau bel dibunyikan. Dan tak memakan waktu lama. Pintu dibuka. Jihyo gadis yang pagi tadi datang kerumahnya terlihat didepan mata.

"Oh? Dahyun-shi?"

"A~ anyeong haseo. Maaf jika aku mengganggu"

"Uh? Aniya. Masuklah dulu. Aku tau kau khawatir dengan Sana"

Dahyun mengangguk kecil seraya mengikuti langkah Jihyo masuk ke dalam.

"Kau pasti sangat kaget waktu pulang karena tidak mendapatinya" Jihyo berujar lagi.

"Ne. Kau benar. Aku sangat khawatir. Dia pergi tanpa sepengetahuan ku"

"Aku tadi sudah mencoba menasehatinya. Tapi egonya terlalu besar. Dia seperti itu karena kesal saja. Jadi tolong maklumkan sifat kekanakkannya"

"Aku sudah biasa dengan sifatnya yang itu. Jadi aku harus meminta maaf lebih dulu. Kalau tidak, dia tidak akan berbicara padaku"

Jihyo terkekeh kecil. Sifat gadis itu memang belum hilang. Tapi untung saja Dahyun mau mengerti.

"Kalau begitu, masuklah ke kamarnya. Dia sedang istirahat karena kepalanya sedang pusing"

"Baiklah. Gomawo"

"Hm" Jihyo mengangguk.

Dahyun melangkah kecil ke arah pintu yang tak asing untuk nya. Dibukanya pintu itu tanpa ketukan dan ketenangan menyambut kedatangannya. Sana terlihat di atas ranjang. Berbaring dengan posisi menyamping.

Dahyun mendekati. Duduk dipinggir ranjang dengan hati hati. Tangan terangkat dan memeriksa kening. Rasa hangat masih terasa.

Hingga tanpa diminta, mata terpejam itu terbuka. "Dahyun?" Kaget Sana kala melihat objek di depan matanya itu.

"Sana? Ak-"

"Apa yang kau lakukan disini?" Sana bertanya memotong ucapan. Seraya bangun terduduk dan bersandar disandaran ranjang.

"Aku sungguh minta maaf karena memilih tak memprioritaskanmu. Tapi bukan berarti kau harus keluar dari rumahku tanpa sepengetahuan ku. Aku sangat khawatir"

Sana tak menjawab. Dia malah melempar atensi ke arah lain sembari bersedekap dada.

"Hey.. " Tangan tersilang itu Dahyun raih dan digenggamnya erat. "Aku minta maaf. Aku tau aku salah. Maafkan aku ya?" Dahyun melembut.

Helaan nafas Sana keluarkan. "Jangan ulangi lagi"

Dahyun tersenyum kecil. "Iya. Aku janji"

"Aku juga minta maaf karena tadi sudah bersikap egois. Aku juga salah padamu. Mian"

"Gwencana. Aku tidak marah. Jadi lebih baik kau kembali istirahat"

"Kau akan menemaiku sampai aku tertidur kan?"

"Iya. Akan kutemani. Jadi tidurlah"

"Gomawo Dahyunie"

"Iya..

.

2 hari telah berlalu. Sana sudah terlihat masuk sekolah. Dia sudah sangat baik. Apalagi ada Dahyun yang terusan berada disampingnya.

"Sana?" Panggilan lumayan besar mengambil atensi sang pemilik nama dan juga Dahyun yang berada disisinya.

Tubuh berbalik. Terlihat Nayeon dan Mina berlari mendekati. Dan langsung memeluk tanpa diduga.

"Ouch" Sana meringis kecil nan pendek. Pelukan kedua gadis itu terlalu erat. "Yak! Lepaskan. Aku tidak bisa bernafas"

Nayeon dan Mina segera menurut. Mata mereka berbinar dan begitu sangat senang saat melihat wajah sahabatnya itu lagi setelah beberapa hari.

"aku sangat merindukanmu" ujar Nayeon
"Aku juga. Akhirnya kau bisa ke sekolah lagi' tambah Mina.

"Iya. Aku sudah baik baik saja sekarang. Tapi kalian tidak pernah menjengukku selama sakit" Sana mulai melayangkan protes.

"Mian. Aku dan Mina sibuk dengan OSIS. Jadi tidak sempat menjengukmu" Nayeon menjelaskan.

"Lagipula kau di rawat oleh Dahyun" Mina menatap Dahyun yang berdiri diam sedari tadi. "jadi kami tak perlu khawatir. Dia menjagamu dengan sangat baik"

"Ne. Kalian benar sunbae-nim. Aku menjaganya dengan sangat baik" Dahyun memuji dirinya sendiri yang malah membuat Sana tersenyum kecil.

"Ck! Kau mulai menyimbongkan dirimu lagi. Tapi Terima kasih sudah menjaga shiba inu kami ini" Ucap Nayeon

Dahyun terkekeh kecil. "Bukan masalah. Kalau begitu, ayo masuk kelas. Sebentar lagi bell akan berbunyi"

"Kau benar. Kajja~"

_Tbc_

Umbrella ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang