Dahyun tengah sibuk memainkan handphonenya di sofa apartement miliknya.
Dia tidak ke kantor karena tidak ada kerjaan yang mendesak. Semuanya masih bisa di handle oleh sekretarisnya.Lama bermain hingga membuatnya bosan.
Dahyun akhirnya masuk ke kamarnya. Mengganti bajunya, mengambil kunci mobil miliknya dan keluar dari apartement.Dia berencana berjalan-jalan untuk membunuh kebosanannya.
Dahyun mengitari beberapa wilayah Seoul dan berakhir di sebuah taman.Dia duduk disebuah bangku sembari memandangi orang-orang yang sedang menikmati pagi mereka juga.
"aku ingin ice cream" gumamnya
Dahyun menoleh ke kanan dan kekiri. Biasanya penjual ice cream berada di pinggir taman. Tapi sialnya, tidak ada satupun penjual berada didekatnya. Dia akhirnya memilih membelinya di minimarket di depan taman.
"sial! Demi ice cream aku harus menyebrang?" keluh Dahyun karena banyaknya mobil yang lalu lalang. Mana tidak ada zebra cross lagi.
Dahyun akhirnya termenung sembari melihat pantulan dirinya di kubangan air di pinggir jalan itu akibat hujan yang mengguyur Seoul semalam.
"Hey awas" seseorang berteriak padanya.
"a-apa?" kaget Dahyun
Sebuah payung kini berada di depan tubuhnya. Terdengar suara air yang terciprat di payung itu. Dahyun bersyukur berkat payung itu dan orang baik yang menolongnya membuat tubuhnya tidak basah.
Deg..deg...
Jantung tiba-tiba terpompa semakin cepat, aroma wangi tubuh mulai menggelitik indra penciuman Dahyun. Hidung mancung, bibir dan wajah itu. Dahyun sangat merindukannya."hey..jangan berdiri di pinggir jalan begini. Apalagi di samping kubang–"
"Sana..." Dahyun memotong ucapan si penolong yang tidak lain adalah Sana gadis yang menghilang selama 8 tahun dari hidupnya.
Keduanya saling tatap dalam diam dengan arti tatapan yang berbeda. Hingga akhirnya Sana memutuskan kontak mata itu. Dia takut. Sungguh takut bertemu Dahyun. Dengan refleks tubuhnya menjauh dari Dahyun. Payung ditangannya jatuh begitu saja di tanah.
"Sana aku merindukanmu" Dahyun mencoba mendekat
"berhenti sampai disitu. Jangan mendekatiku" ujar Sana
Langkah Dahyun dengan otomatis terhenti. Dia bingung dengan sikap Sana. "Sana, aku merindukanmu sungguh. Dan aku juga ingin minta maaf padamu. Aku mohon kembalilah padaku" pinta Dahyun tulus.
Sana menutup telinganya. Air mata berlahan jatuh dari pelupuk mata indahnya. "jangan..jangan sebutkan itu" ujarnya lalu memilih berlari meninggalkan Dahyun.
"Sana?" Dahyun memanggil gadis itu tapi semua sia-sia. Melihat ketakutan Sana tadi membuatnya mengurungkan niat untuk mengejarnya.
Dahyun mendadak lesu. Sana belum memaafkannya. Kini dia menatap payung kuning yang tergeletak di tanah. Diambilnya payung itu lalu dia menengadah ke atas. Langit baik-baik saja. Kenapa Sana membawa payung?
Hingga Tiba-tiba..
Byur...
Dalam sekejap tubuh Dahyun menjadi basah.
Cipratan kedua memang tidak bisa dia hindari lagi."mobil sialan! Arghhh...brengsek memang!" umpat Dahyun yang benar-benar kesal.
"yahh dasar mobil kurangajar! Apa kau menyuruhku mandi untuk ke-2 kalinya pagi ini?! Sialan!" umpatnya lagi.Dia tidak peduli dengan tatapan pejalan kaki yang menahan tawa saat melihatnya.
Dia hanya butuh pelampiasan saja untuk saat ini.Pagi yang buruk untuknya.