Mendribble, mengoper, dan melempar bola ke arah ring menjadi aktivitas yang sedang berlangsung di lapangan basket saat ini.
Mata seorang Sana tiada hentinya menatap sang kapten basket. Peluh keringat memenuhi wajah dan tubuh putih mulus Dahyun. Terlihat sangat menggoda.
Beberapa menitpun berlalu, aktivitas di lapangan itu akhirnya selesai. Dahyun terlihat segera menghampiri Sana. Gadis itu pasti sudah sangat bosan.
"Maaf membuatmu menunggu lama" Ucap Dahyun sembari membersihkan keringat dengan handuk kecil yang tadi diletakkannya di samping Sana duduk.
"Gwencana. Ini minum dulu" Si gadis Jepang terlihat menyodorkan sebotol air.
Dahyun pun mengambilnya. "Thanks" Ucapnya sebelum meneguk setengah air itu. "Oh iya, apa sebelum datang kesini tadi, eonnie latihan cheers juga?" Dahyun terlihat bertanya ketika mengambil duduk untuk mengistirahatkan kakinya.
"Huh? Yakk! Itu terdengar aneh saat kau memanggilku begitu. Panggil aku dengan namaku saja seperti biasa" Marah Sana.
Dahyun terkekeh pelan. Tadi memang rasanya aneh. "Mian. Aku tadi cuma bercanda. Rasanya memang aneh memanggilmu dengan embel embel eonnie "
"Itu memang karena kau tak punya sopan santun dari awal kita bertemu"
"Mwoya? Kau yang menyuruhku memanggilmu dengan nama saja waktu itu" Dahyun tak Terima.
"Aishh jinjja! Tidak bisakah kau mengalah saja padaku?" Gadis Jepang itu terlihat bersedekap dada kesal. Bahkan terlihat membuang muka kearah lain.
"Apa mode kucing dan tikus sedang kalian perlihatkan pada kami saat ini?" Chaeyoung terlihat datang menegur mengambil atensi Dahyun yang tadi sebenarnya sudah panik karena Sana marah lagi.
"Yak! Jangan ikut campur. Kau dan lainnya sebaiknya pulang saja" Tegur si gadis Kim.
"Tidak sebelum aku berbicara denganmu" Chaeyoung menolak.
"Kau tak lihat jika Sana sedang marah begini? Nanti saja kalau mau bicara"
"Sebentar saja" Chaeyoung menarik paksa sahabatnya itu menjauh.
"Aishh lepas Son!"
"Yak! Apa kau dan Sana belum jadian juga?" Chaeyoung bertanya to the point untuk menghentikan Dahyun yang mencoba meninggalkan nya sebelum bicara.
"Huh? Darimana pertanyaan random mu ini berasal?" Gadis Kim itu begitu bingung.
"Itu karena sikap kalian kau tau.. Sana bahkan rela menunggumu selesai latihan seperti ini"
"Aishh.. Tidak ada hubungan seperti itu diantara kami berdua"
"Tidak ada? Yak! Tapi kau selalu bertingkah berlebihan jika ada yang mendekati Sana"
"Huh? Jangan asal. Dia bebas dekat dengan siapapun!"
"Oke. Kita buktikan"
"Buktikan apanya?"
"Kau tau kan kalau baju anak anak cheers cukup terbuka?"
"Lalu?"
"Lihat Sana" Chaeyoung menyuruh Dahyun menatap gadis Jepang itu. Yang terlihat sudah serius dengan handphonenya. "Posturnya sangat sempurna. wajahnya juga sangat cantik. Di tambah dia tengah memakai baju cheers. Kau pikir ada yang bisa berpikir lurus saat melihatnya seperti itu?"
"Huh?"
"Anak anak lain.. " Chaeyoung menunjuk teman teman team basket mereka. "Dari tadi mereka membicarakan gadis mu itu. Bahkan terus melirik kecil kearah bagian pahanya yang tak berbalut"
"Mwo? Dasar kurangajar!"
"Lihat. Kau bersikap protektif"
"Ck! Itu karena mereka terlalu mesum. Dan sebaiknya aku pulang. Membiarkan Sana sendirian benar tak baik"
"Yak sadari perasaan mu bodoh!" Teriak Chaeyoung yang tak digubris.
Dahyun mempercepat langkah. Tak lupa melirik kecil nan tajam anggota teamnya yang entah kenapa belum juga pulang dari tadi.
"Sana?" Dahyun menegur lembut gadis yang sibuk dengan handphone itu. "Ini sudah mau gelap. Kita pulang sekarang. Dan soal tadi, aku minta maaf"
Sana menghentikan jemarinya yang sibuk dilayar handphone. Atensi juga diberikan nya pada Dahyun. "Ya sudah. Ayo" Gadis itu menurut. Bahkan terlihat berdiri seraya meraih tas miliknya.
"Biar aku yang bawa" Dahyun mengambil alih tas Sana untuk dipegang nya bersamaan dengan tasnya disalah satu tangan. Sedangkan tangan yang menganggur memilih menggenggam sebelah tangan Sana untuk ditautkan erat disela sela jemarinya. "Ayo pulang" Anaknya
Sana tersenyum kecil. Kalau Dahyun sudah bertingkah begini, pasti ada yang tengah membuatnya terganggu.
"Apa disini ada yang sedang memperhatikan ku lekat sehingga kau bertingkah posesif?" Sana bertanya di tengah langkah mereka. Dia terlalu mengenal Dahyun.
"Oh. Anggota ku melakukannya" Dahyun menjawab jujur. "Jadi kita harus pulang dengan cepat"
"Baiklah. Kajja~"
.
Setelah mengantar Sana pulang, akhirnya Dahyun bisa tiba di rumahnya juga. Rasa lelah kini terasa. Dia ingin segera berbaring."Aku pulang" Dahyun berucap memberitahukan kedatangan nya.
"Akhirnya kau pulang juga" Sang kakak yang berada di sofa terlihat menegur.
"Hah~ jangan memancing pertengkaran. Aku lelah oppa"
"Ck! Siapa juga yang mau memancing mu? Aku cuma menegur karena kau terlambat. Ini sudah hampir makan malam kau tau!"
"Aku tau. Tapi tadi aku ada latihan. Dan juga.. Hah! Tidak penting menjelaskannya. Aku akan segera mandi lalu turun makan"
"Cepatlah. Aku sudah lapar"
"Iya bawel"
20 menit berlalu dan Dahyun sudah berada di meja makan bersama kakak dan Ibunya. Ayahnya sedang melakukan perjalanan bisnis, jadi tak ada bersama dengan mereka.
Bunyi sendok dan garpu terdengar. Sesekali mereka juga bercakap dan tertawa bersama.
"Sayang? Kamu ajak Sana lagi main kesini. Eomma ingin bertemu dengannya lagi"
"Huh? Pembicaraan apa ini? Kenapa tiba tiba eomma membicarakan Sana eonnie?" Dahyun benar kaget. Lagipula dia tak pernah mengajaknya main. Gadis itu saja yang biasanya tiba tiba datang mengejutkan tanpa pemberitahuan.
"Kenapa memangnya? Salah jika eomma bertanya tentangnya?"
"Tentu saja salah eomma. Lagipula eonnie juga sibuk"
"Lusa kan akhir pekan, kamu ajak dia main kesini"
"Huh? Shirreo!"
"Lakukan saja. Eomma bosan sendirian di rumah saat akhir pekan. Kau tak pernah menemani nya. Sedangkan aku selalu sibuk di rumah sakit" Sang kakak terdengar memberi nasehat.
Dahyun menghela nafasnya. "Baiklah baiklah. Akan ku bicarakan dengannya besok" Akhirnya Dahyun setuju. Dia tak ingin kartu ATM nya ikut disita karena tak menurut.
_Tbc_