chapter 21

5.2K 526 53
                                    

Sepasang mata itu tidak berkedip menatap sosok pria di hadapannya. Wajahnya di tekuk sembari jari-jemari mengetuk pinggiran sofa.

"kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya si pria.

Helaan napas terdengar. "kenapa oppa menyembunyikannya dariku?"

Pulpen yang sedari tadi dipegang terlepas. Kini kedua pasang mata itu bertatapan dalam diam.
Kening mengkerut bingung. "Apa maksudmu?"

"Sana. Kenapa oppa tidak pernah memberitahukanku jika dia kerja di rumah sakit ini?"

"ah itu..aku han-"

"Oppa sengaja?" Dahyun memotong. "Oppa tau kan jika selama 8 tahun ini aku mencarinya. Jadi Kenapa oppa lakukan ini padaku?" suara sang gadis mulai meninggi.

"karena dia yang memintanya Dahyun. Aku sudah terlanjur janji"

"janji? Oppa tahu apa yang terjadi padaku selama ini. Tapi oppa lebih memilih menyembunyikannya dari pada mengatakan semuanya padaku!"

Jaebum bangkit dari duduknya. Menghampiri sang adik yang hampir mengeluarkan air matanya. "bukan begitu. Aku tidak bermaksud menyembunyikannya. Hanya saja, dia butuh waktu. Dia belum bisa menemuimu. Luka yang kau buat terlalu besar"

Air mata akhirnya jatuh mendengar penuturan sang kakak. "aku merindukannya. Aku hanya ingin minta maaf" ujar Dahyun sesenggukan.

Jaebum segera memeluk tubuh sang adik.
Berkali-kali menghela napas. "keluar dari ruanganku belok kanan. Ruangan di ujung koridor adalah ruangannya" ujar Jaebum

Dahyun melepaskan diri dari rengkuhan sang kakak. Manik mata yang telah basah menatap sang kakak kaget.

"temuilah dia dan jangan berbuat ulah. Aku harus segera ke ruang UGD"

Senyuman tercipta dari bibir sang gadis membuat sang kakak ikut tersenyum sembari menghapus air matanya.

"aku sayang padamu" ujar Dahyun dan segera keluar dari ruangan itu.

"aku juga sayang padamu gadis cengeng" ujar Jaebum setelah adiknya itu keluar.

Dahyun berjalan ke arah yang disebutkan Jaebum tadi. Senyum terus tercipta dan seperkian detik hilang ketika sebuah memori kembali terngiang dalan benak. Dahyun menghentikan jalannya. Memori ketika mengingat Sana ketakutan dan tak ingin bicara dengannya beberapa hari yang lalu kembali mengganggu.

Mata Dahyun tiba-tiba terpaku pada sebuah benda di atas meja yang biasa digunakan para suster ketika memeriksa pasien. Benda tajam kecil itu mengambil atensinya. Dahyun mengambilnya, dan segera menyembunyikan di balik jeketnya dan meneruskan jalannya ke arah ruangan di ujung koridor.

Ceklek...
Dahyun membuka ruangan itu tanpa mengetuk terlebih dahulu karena dia tahu jika gadis yang dicarinya sedang menangani pasien. Dan betul saja, ruangan itu kosong.

Dahyun memilih berkeliling. Melihat-lihat ruangan gadis itu. Hingga matanya menangkap figura foto Sana dan orang tuanya diatas meja kerja gadis itu. Senyum kembali tercipta.

Ketika kelelahan melanda, Dahyun akhirnya memilih duduk di sofa dalam ruangan itu.

Lama menunggu, hingga suara pintu terbuka terdengar. Senyum mengembang dengan lebarnya, jantung kembali terpacu.

Wajah cantik itu, meskipun terlihat lelah dan helaan napas terdengar berkali-kali tidak mampu melunturkan kecantikannya.

Dahyun masih setia menatap gadis yang masih belum menyadari keberadaannya itu. Pesona seorang Minatozaki Sana belum luntur seperti saat high school dahulu.

Umbrella ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang