Langit cerah sudah terlihat. Menggantikan kegelapan yang sempat menyelubungi bumi. Suara kicauan burung juga terdengar meskipun samar.
Sana terbangun dari tidurnya. Senyuman terpatri reflek kala mendapati sosok Dahyun berada disampingnya. Semalam, mereka telah melewati batas. Melakukan hal yang awalnya hanya bisa dikhayalkan saja. Kissmark nampak jelas dimasing masing tubuh keduanya. Dahyun sudah mengambil mahkota berharganya.
"Sana? Kau sudah bangun?" Suara serak Dahyun terdengar. Mata terpejamnya juga mulai terbuka.
"Morning.. " Sana menyapa dengan senyuman.
"Morning.. " Dahyun pun membalas. Dan rona merah terlihat diwajahnya. Sepertinya dia mengingat apa yang telah mereka perbuat semalam.
Sana terkekeh kecil. Dahyun sangat menggemaskan. "Apa kau sedang membayangkan tubuhku saat ini?" Sana bertanya menggoda.
"A-aku tidak" Dahyun terlihat menghalangi wajahnya dengan selimut. Dia malu.
"Kau tau kan jika kita sudah melewati batas?" Sana bertanya seraya menarik selimut agar bisa menatap Dahyun .
"Hm" Yang di tanya mengangguk kecil. "Dan maafkan aku"
"Tidak perlu minta maaf. Itu sudah terjadi. Aku juga menikmatinya. Jadi tidak ada yang bisa disalahkan"
"Kau tidak marah padaku kan?"
"Tidak" Sana mengelus pipi lembut Dahyun. "Tapi kau harus ingat satu hal. Aku tidak akan melepasmu dengan mudah setelah kejadian ini"
"Aku akan tetap disisimu"
"Aku tau" Sana berucap lalu menghela nafasnya. "Tapi ketika kau menyakitiku. Itu akan membekas dengan sangat jelas karena kau adalah orang yang sudah mengambil mahkotaku Kim. Kala itu terjadi, aku akan meninggalkanmu tanpa ucapan"
"Aku tak akan menyakitimu"
"Ya. Kuharap juga begitu"
.
Hari berganti hari, Sana menjadi lebih posesif dari biasanya pada si kapten basket. Dan Dahyun tentu saja tidak mempermasalahkannya. Toh dia sudah terbiasa dengan ulah si ketua cheers. Dan juga karena apa yang telah mereka lewati.
"hey, kenapa melamun?" Dahyun menegur kala Sana terlihat menghayal.
"aku tidak melamun. Aku hanya memperhatikan betapa cantiknya bunga-bunga itu" Jawab Sana dengan mata lekat ke arah hamparan bunga dihadapan mereka. "apa kau tidak suka menatap bunga itu?" tanya Sana kemudian.
"tidak terlalu. Kau lebih enak dipandang" Jawab Dahyun menggoda. Yang malah dihadiahi pukulan kecil oleh Sana. Membuat keduanya tertawa.
"dasar sweet talker" ucap Sana. Yang sebenarnya di balik kekehan itu terdapat kesedihan teramat dalam. Sana sadar, perasaan Dahyun bukan untuknya. Meskipun mereka telah melewati batas dari seorang teman.
Sana sudah tahu semuanya. Tentang gadis misterius yang disukai Dahyun. Chaeyoung pernah membicarakan hal itu padanya. Gadis Son itu nampak khawatir dengan hubungan tak jelas mereka.
Selama ini, Sana mencoba menepis itu. Dengan bertingkah manja demi mendapat atensi. Tapi sayangnya, tak ada perasaan yang berubah dari gadis Kim itu.
Perhatian Dahyun selama ini pasti karena hanya merasa bersalah. Hal yang begitu mengerikan untuk berada dan bersarang salam pikiran seorang Sana.
"ayo ke kelas. Sebentar lagi bel masuk" Dahyun terdengar mengajak melunturkan lamunan.
"tidak. Kau saja yang pergi. Aku masih betah berlama-lama disini" Sana menolak.