chapter 8

5.1K 543 26
                                    

Dahyun memasuki halaman rumahnya.
Memarkirkan mobil di tempatnya lalu segera masuk ke dalam.

"aku pulang" Suara Dahyun terdengar menggema.

"selamat datang nona" butler Jung terlihat datang menyambutnya.

"kenapa rumah sepi sekali paman?" Dahyun yang memang dekat dengan pria itu memilih memanggilnya lebih sopan. Tak perduli jika sebenarnya pria paru baya itu bekerja untuk keluarganya. "Di mana eomma dan oppa?"

"nyonya pagi tadi berangkat ke Amerika menemui ayah anda nona. Sedangkan kakak anda sedang berada di rumah sakit"

Dahyun mengangguk-angguk kecil. Ternyata Sana memang tak berbohong soal sendirian. Disini memang hanya ada para pelayan.

"Lalu bagaimana dengan Sana? Apa dia merepotakan paman?" Dahyun bertanya lagi.

"tidak sama sekali nona. Nona Sana seharian hanya di kamar anda"

"baiklah. Terima kasih untuk kerja keras paman. Dan paman juga boleh langsung pulang. Katakan juga hal itu pada bibi yang lain"

"tapi nona.."

"aku tidak apa-apa. Lagi pula ada Sana yang menemaniku"

"Baiklah nona. Dan saya akan pulang setelah menyiapkan makan malam anda dan nona Sana"

"Ne. Terima kasih"

"Saya permisi" Buttler Jung terlihat berlalu masuk lebih dalam. Dia harus menuntaskan pekerjaan terakhirnya hari ini sebelum pulang.

Sedangkan Dahyun terlihat melanjutkan langkahnya menuju kamarnya di lantai dua. Pintu dibuka berlahan. Dan objek pertama yang Ia lihat adalah punggung Sana yang berbaring di atas ranjang.

Kaki melangkah mendekati. Mata terpejam itu mengambil atensi. Dahyun duduk disebelahnya. Disisi ranjang. Tangan pun terlihat memeriksa kening. Panasnya sudah lumayan turun.

Tak mau mengganggu, Dahyun berlalu pergi. Dia harus mandi saat ini.

20 menitpun berlalu. Dahyun sudah terlihat selesai dengan aktivitas bersih bersihnya. Kaos putih kebesaran dengan hotpants hitam menjadi pihannya untuk menemaninya melalui malam.

"Dahyun?" tiba tiba nama terdengar disebut membuat Dahyun mengalihkan pandangan.

"Sana? Kau sudah bangun?" Dahyun bertanya seraya mendekati.

Yang di tanya mengangguk kecil. "Aku tidak menyangka bisa tertidur saat menunggumu pulang tadi. Kau membuatku menunggu lama. Kau membohongi ku!?"

"Huh? Ani ani. Aku tidak berniat begitu. Tapi tadi Chaeyoung mengajakku berbincang. Makanya aku sangat lama. Maaf yaa.."

"Hm. Baiklah"

Dahyun tersenyum kecil lalu mulai mengelus pipi Sana berlahan. Memanjakan gadis itu. "kau tidak lupa meminum obatmu tadi siang, kan?" tanyanya kemudian.

"Tidak. Aku tidak lupa. Aku tidak mau kau marah!" jujur Sana

Dahyun terlihat lega. Untung saja gadis ini tidak keras kepala. Dia menurut dengan sangat baik. "Kalau begitu, kau ganti bajumu. Kau sudah bermandikan keringat lagi karena demam mu itu"

"Kau bisa bantu aku kan?"

"Huh? Apa yang kau bicarakan?"

"Ani. Aku masih sangat lemah. Jadi aku butuh bantuanmu" Jelas Sana. "Lagipula kemarin kau yang mengganti seragam ku itu kau kan?"

"Itu bukan aku. Eomma yang melakukannya untukmu"

"Ya sudah. Karena saat ini eomma mu tidak ada, jadi kau yang bantu aku" Ucap Sana seraya mencoba membuka kancing piyamanya.

Umbrella ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang