chapter 12

5.4K 525 14
                                    

Dahyun menghela nafas kala dia telah, berpisah dengan Sana. Tangan menyentuh leher. Gadis Jepaang itu berhasil meninggalkan kissmark dilehernya dengan sengaja.


"Dahyun?" Nama serasa disebut. Atensi diberikan dan mendapati Chaeyoung berjalan ke arahnya. "Ternyata kau disini. Tadi Sana eonnie sempat menca- A~ kurasa kau sudah bertemu dengannya"

"Huh? Apa maksudmu?"

"Bekas di lehermu" Chaeyoung menyentuh sendiri bagian lehernya. Secara tak langsung memberitahu Dahyun dengan apa yang dilihatnya. "Dia berhasil meninggalkannya lagi"

"Hah~" Dahyun menghela nafasnya. "Dia memang melakukannya"

"Kau menurunkan penjagaanmu lagi" Chaeyoung berujar. "Jadi jujur padaku. Kau menyukainya juga kan?"

"Berhenti berucap hal hal seperti itu" Dahyun tak suka. "Aku tak punya perasaan padanya"

"Lalu kenapa kau membiarkannya melakukan apapun yang dia inginkan padamu?"

"Itu.. Aku hanya berlatih"

"Kau terlihat hanya memanfaatkannya. Kau membuat dia berpikir jika kau menyukainya juga"

"Hah~ jangan mulai Son. Aku lelah. Aku akan ke kelas" Dahyun memilih menjauh. Kalau Chaeyoung sudah menasehati. Itu akan memakan waktu lama. Pasti membosankan.

.

Jam pulang sekolah sudah berbunyi sedari tadi. Bahkan Dahyun sudah trlihat nerada diatas ranjangnya. Memainkan handphonenya tanpa rasa bosan.

Hingga tiba tiba seseorang menghubunginya dan membuat permainannya terganggu.

Halo?
Dahyun mengangkatnya dengan malas.

📞Uh! Kenapa memberiku nada seperti itu? Aku berbuat kesalahan?

Aniya eonnie. Mian. Ada apa menelphoneku?

📞huh? Eonnie? Yak! Sudah kukatakan untuk berhenti memanggilku begitu.

Iya iya. Maafkan kau lagi. Lalu ada apa?

📞ani. Aku hanya ingin mendengar suaramu. Aku merindukanmu.

Menggodaku lagi, hm?

📞tidak. Aku hanya merasa kesepian. Aku bosan. Jadi aku ingin mendengar suaramu. Apa kau bisa menemaniku?

Huh? Ani. Aku tidak mau. Kau pasti merencanakan hal lain.

📞kau tega sekali pada gadis cantik sepertiku. Apa kau ben-

Aku tidak akan pergi!
Pip!

Dahyun mematikan sepihak. Kalau di Iyakan. Gadis Jepang itu pasti akan melakukan hal lain.

Cekrek..
Pintu kamarnya tiba tiba terbuka. Menampilkan sosok sang ibunda. "Dahyuna?"

"Oh eomma? Ada apa?"

"Eomma mau minta tolong. Kamu anterin makanan buat Sana. Eomma memasakkan makanan kesukaannya. Dia pasti sangat suka"

"Huh? Shirreo!" Dahyun jelas menolak. Dia sudah bersusah payah tak mau mengiyakan ajakan Sana tadi. Malah eomma nya datang secara tiba tiba dan menyuruhnya ke goa singa itu.

"Eomma tidak mau mendengar penolakan. Cepat mandi. Lalu anterin makanan buat Sana. Kalau enggak, fasilitas kamu bakal eomma cabut"

"Mwo? Itu nggak adil"

"Eomma kasih kamu waktu 20 menit untuk bersiap" Sang ibunda tak mendengarkan. Dia malah terlihat keluarga dari kamar. Meninggalkan puterinya yang nampak frustasi sendiri itu.

.

Mobil dijalankan Dahyun dengan kecepatan rata rata. Dia mau tak mau menuruti keinginan ibundanya tadi. Kalau tidak, fasilitasnya benar akan dicabut.

Beberapa menit perjalanan dan akhirnya Ia tiba di apartement kakak kelasnya itu. Membuka pintu didepannya tanpa membunyikan bel. Dan masuk begitu saja. Lagipula password sudah diketahuinya.

"Aigoo... Sepertinya ada yang berubah pikiran" Sang pemilik rumah yang baru keluar dapur terlihat sedikit kaget kala mendapati Dahyun.

"Aku tidak berubah pikiran. Aku cuma mau mengantarkan makanan yang disuruh eomma" Dahyun menyerahkan sebuah tas cukup besar pada Sana.

Sana pun mengambilnya. Keluarga Kim benar benar memperhatikannya. "Gomawo untuk ini"

"Hm. Kalau begitu aku pulang dulu" Dahyun malah pamit.

"Kau benar benar tega meninggalkanku?" Sana berucap menghentikan langkah. "Kau lupa ucapanmu siang tadi padaku? Apa itu hanya salah satu kalimat manis untuk menenangkanku?"

Dahyun terdiam. Kalimat yang di maksud Sana terbesit dibenak. Reflek tubuh berputar menatap gadis yang terlihat duduk di tangan sofa. Menatap lekat ke arahnya.

"Ak-"

"Pulanglah" Sana malah memotong lalu terlihat berdiri dari duduknya. "Aku tidak akan memaksa" Ucapnya. "Dan kau tau jalan untuk keluar dari apartementku. Aku tak akan mengantarmu" Lanjut gadis itu seraya berlalu pergi masuk ke kamarnya.

Di kamar, Sana terlihat menelpone ibunda si gadis Kim. Berterima kasih karena sudah diberikan makanan kesukaannya. Ibunda Dahyun bagai Ibu keduanya disini. Menggantikan sosok ibunya yang jauh terpisah darinya.

Cekrek..
Pintu tiba tiba terbuka mengambil atensi Sana yang masih sibuk bercengkrama dengan wanita paruh baya itu. Wajahnya cukup terkejut melihat Dahyun masuk ke kamarnya.

Ne eomma. Aku akan memakannya. Sekali lagi Terima kasih.
Sana masih berbincang. Belum menggubris Dahyun yang tengah menatapnya dalam diam.

.......

Ne. Selamat malam eomma. Selamat berisitira-
Dahyun!
Sana berseru kaget kala handphonenya di rampas oleh gadis Kim itu.

Eomma. Aku tak akan pulang. Aku akan menginap menemani Sana malam ini!

Pip!

"Ini.. " Dahyun kembali memberikan handphone itu pada pemiliknya setelah panggilan dia matikan sepihak.

"Apa yang kau katakan tadi? Aku tidak memaksamu. Kau bisa pulang"

"Aku akan menemanimu. Maaf untuk sikapku yang tadi. Aku memang kelewatan"

"Ya sudah... " Sana terlihat meletakkan handphonenya di atas ranjang lalu melangkah keluar kamarnya.

"Sana.. " Dahyun reflek menahan. Memeluk tubuhnya dari belakang. "Jangan marah lagi. Aku benar benar minta maaf"

"Hah~ Aku tidak marah"

"Lalu kenapa bersikap sedingin ini padaku?"

"Aku tidak begitu. Aku cuma mau keluar menyiapkan makanan untuk kita berdua. Jadi lepaskan dulu pelukanmu. Aku lapar"

"Kau tidak marah kan?"

"Iya. Aku tidak marah" Ucap Sana seraya melepaskan tautan tangan Dahyun yang melingkar erat di perutnya. Lalu berbalik menatap Dahyun.

Cup~
Ciuman singkat Sana daratkan tepat di bibir.

"Bersikap manjanya nanti saja. Kita perlu makan" Dia tersenyum lalu berlalu pergi menuju dapur. Meninggalkan Dahyun yang sudah merona lagi.

Sana berhasil menggoda nya.

_Tbc_

Umbrella ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang