Dahyun menyentuh bibirnya. Senyum mengembang karena sadar apa yang dia perbuat sebelumnya. Rasa manis bibir gadis itu bisa dia rasakan kembali. Entah dia bermimpi apa semalam?
"ada apa denganmu?" Suara bass seseorang melunturkan lamunan.
Kepala menengok ke samping. Nampak sosok sang kakak yang dibalut jas dokter berdiri disampingnya sembari bersedekap dada.
"uh? Sejak kapan oppa disitu?"
"dari tadi. Sejak kau bertingkah aneh. Kau dari tadi Tersenyum seperti orang gila" jawab Jaebum
Dahyun mendesis kesal. "memangnya kenapa kalau aku tersenyum? Salah?"
"Ck! kau seperti orang gila bodoh!"
"terserah!"
Jaebum menghela nafas. Sifat adiknya ini benar-benar membuat orang harus ekstra-ekstra sabar. "tadi aku lihat Sana keluar dari ruangan ini. Apa yang dia lakukan?"
"A! Aku ingin oppa menyerahkan tanggung jawab oppa padaku padanya. Aku ingin dia jadi dokterku"
"Huh? Tiba tiba?"
Dahyun mengangguk. "Aku ingin dirawat olehnya"
"Aku bisa saja melakukannya. Tapi dengan satu syarat.. "
"Syarat?"
Jaebum mengangguk. "aku hanya ingin mendengar ceritamu soal hubungan kalian. Hanya itu syaratnya"
Dahyun menatap kakaknya tidak percaya. Pria dewasa disampingnya ini benar-benar penyuka gosip."kenapa oppa ingin tahu?"
"jadi kau tidak mau terbuka denganku lagi? Padahal aku sudah memberimu kesempatan bertemu dengannya! Aku juga sudah menyelamatkan hidupmu kemarin"
Dahyun menghela napasnya lalu menatap kakaknya itu lagi. "Hubungan kami mulai membaik. Aku sudah dimaafkan"
"benarkah? Secepat itu?" Jaebum tidak percaya
"8 tahun oppa bilang cepat? Memangnya aku harus menunggu berapa tahun lagi?" kesal Dahyun
Jaebum terkekeh. "kau terlalu sensitif gadis kecil. Ya sudah. Kalau begitu aku akan mengatur Sana untuk menjadi doktermu" Jaebum bangkit dari duduknya.
"Gomawo untuk itu"
"Tidak masalah. Demi kebahagiaanmu. Akan ku lakukan itu. Jadi jangan membuang kesempatan lagi"
"Arra"
"Ah! Satu lagi!" Jaebum memutar tubuhnya menatap Dahyun lagi. "apa bibirnya masih terasa manis?"
"Huh?"
"Yak! Kalau berciuman bisakah pastikan pintu dikunci terlebih dahulu?"
Blush..
Rona merah jelas terlihat di wajah Dahyun. Dia tak menyangka jika Sang kakak melihat itu.
"Yak! Keluar kau" Dahyun reflek melempar bantalnya untuk menahan rasa malunya. Yang hanya dihadiahi tawa besar dari Jaebum..
Matahari sudah berada tepat di atas kepala. Memancarkan sinar yang cukup terang dan tentu saja terasa sangat panas. Dahyun terlihat bosan di atas tempat tidurnya. Bergerak saja susah. Bayangkan saja hanya tergeletak di atas kasur dengan satu posisi saja. Pegalnya bukan main.
Apalagi hanya seorang diri di ruang besar ini. Bisa-bisa membuat Dahyun semakin gila.
Jangan salahkan orang tuanya. Salahkanlah Dahyun yang menyuruh mereka pulang untuk istirahat saja sehingga dia sendirian.
Krekkk..
Terdengar suara pintu terbuka. Dahyun menoleh. Senyum kembali mengembang."apa?" ketus orang yang baru saja masuk itu.
"aku merindukanmu sayang" ujar Dahyun
"sayang? Kau menyebut itu lagi ku jahit bibirmu"
Dahyun tertawa. Rasa bosannya hilang sudah ketika melihat wanita yang dicintainya mendatanginya seperti ini.
"lalu kenapa kau datang kesini? Kau merindukanku?"
"Jaebum oppa menyuruhku kesini. Dia sudah menyerahkan tanggung jawab atasmu padaku. Itu permintaan mu kan?"
Dahyun tersenyum. "Aku hanya ingin berduaan denganmu".
"Ck diamlah. Aku akan memeriksamu" Ucap Sana lalu mukai sibuk dengan tugasnya.
"kau sudah banyak kali mengoperasi kan?" tanya Dahyun tiba tiba.
"hm" Sana menjawabnya dengan gumaman. Dia masih terlalu fokus dengan pemeriksaannya.
"Jadi kau sudah banyak kali melihat tubuh naked pasienmu?"
"Huh?" Sana langsung menatap Dahyun. Pertanyaan Dahyun terlalu random untuknya. "Kalau iya kenapa? Apa itu penting untukmu?"
"Yak itu penting untukku" Ucap Dahyun. "Aku tak ingin kau melihat tubuh naked orang lain selain punyaku"
"Ck! Kurasa kepalamu itu ikut terbentur kemarin. Bagaimana jika aku mengoperasinya untukmu?"
"Yak! Aku sungguh sungguh. Aku tak menyukainya"
"Hah~ aku tidak tertarik juga melihat tubuh orang lain. Aku juga tak mengingat ngingat tubuh naked mereka karena tidak penting. Lagipula aku sudah disumpah. Jadi hentikan pembicaraan ini"
"Jadi kau sudah melupakan tubuh naked ku juga?"
"Huh?" Sana semakin dibuat tidak percaya dengan ucapan gadis Kim itu. "Yak itu sudah 8 tahun yang lalu. Apa yang kau harapkan?"
"Jadi kau benar melupakannya? Aku bahkan masih mengingat dengan jelas tubuh nakedm-"
"Hentikan" Sana memotong seraya berdiri bangun dari duduk nya setelah pemeriksaannya selesai. Dia tak sanggup lagi dengan arah pembicaraan Dahyun. "Kau bosan kan? Ayo kuajak jalan jalan keluar ruangan sebentar" Dia mengalihkan pembicaraan. Bahkan terlihat mengambil kursi roda disudut ruangan. Lalu membantu Dahyun untuk duduk disitu.
"apa aku benar bisa keluar?"
"Ne. Tapi aku tidak akan membawamu keluar dari bangunan ini. Di luar sangat panas. cukup berjalan-jalan di koridor saja. Okey?"
Dahyun menghela nafas. Itu tak akan memuaskannya. Reflek Ia mendongakkan kepalanya keatas. Menatap Sana yang sedang mendorong kursi rodanya.
"Kenapa?"
"tidak. Aku hanya ingin melihat wajahmu. Kau benar-benar terlihat sangat-sangat cantik setelah 8 tahun ini"
"diamlah sweet talker. Dan perbaiki posisi kepalamu kalau kau tidak mau merasakan sakit di lehermu!"
Dahyun tersenyum. Dia menuruti perkataan Sana.
"dokter Sana?" Seseorang memanggil Sana mengambil atensi kedua gadis itu.
Sana menghentikan aktivitas mendorong kursi roda Dahyun. "Ne? Ada yang bisa saya bantu sunbaenim?"
"a~. Aku ingin mengajakmu makan siang" Jawab dokter muda itu. "Tapi seperti nya kau sibuk. Apa Dia saudarimu?"
"Bukan" Dahyun terdengar menjawab karena kesal. "Aku Kim Dahyun. Calon istri dokter Sana" Lanjutnya memperkenalkan dirinya membuat Sana dan dokter pria itu sangat kaget. "Jadi sayang, bisakah kita lanjutkan perjalanan kita? Aku ingin kesana"
"ma-maaf sunbae. Kami permisi dulu" Sana dengan segera mendorong kursi roda Dahyun untuk pergi.
Di ujung koridor, Sana memilih duduk di bangku yang tersedia. Dia menarik kursi roda Dahyun untuk menghadap ke arahnya.
"apa maksudmu tadi?"
"apa?"
"apa harus ku ulangi perkataanmu barusan?"
Dahyun menghela napas kesal. "aku tidak suka kau berdekatan dengan orang lain. Lagipula kau memang calon istriku kan? Aku tidak salah!"
"aku tidak pernah mengatakan akan menjadi calon istrimu!"
"terserah. Biarkan aku menjadi egois. Karena hanya aku yang boleh memilikimu"
"kalau mau melamarku lakukan dengan benar. Bukan seenaknya mengatakan hal itu tanpa persetujuanku!" ujar Sana yang kemudian berdiri dari duduknya.
"uh? Kau bilang apa barusan?"
_Tbc_