chapter 23

6.2K 531 77
                                    

"aku mencintaimu Minatozaki Sana"

Sana semakin terisak mendengar penuturan Dahyun. Dan gadis Ki. Itu membiarkan Sana membasahi bahunya. Kesempatan itu tidak dilewatkannya untuk menghirup aroma tubuh Sana yang sangat dia rindukan.

"kau mau memaafkanku?" tanya Dahyun lagi. Dia berharap kali ini Sana akan menjawabnya dan tidak mendiaminya.

Sana melepaskan pelukannya dan menjauh dari Dahyun. Tangannya terangkat untuk menghapus air matanya. "maafkan aku"

Dahyun menghela nafas. Wajahnya tertunduk.
"Aku berharap pagi tadi aku mati kehabisan darah saja"

"jaga ucapanmu Dahyun"

Dahyun kembali menghela napas berat.
Air mata tiba-tiba jatuh membasahi pipi. "lalu untuk apa aku hidup jika orang yang kucintai tidak mau memaafkanku?"

Dahyun tiba tiba menarik infusnya. Jarum yang semula tertancap di nadi diarahkannya ke lehernya.

Sana yang kaget langsung menahan tangan Dahyun. "ku mohon jangan lakukan ini" pinta Sana dengan mata yang mulai berair lagi.

"lepaskan. Kau tidak perlu menahanku. Aku hanya ingin mati. Dengan begitu aku tidak akan mengganggumu"

Sana tetap menahan tangan Dahyun.
Menggelengkan kepalanya meminta Dahyun tidak melakukan hal gila.

Air mata Dahyun semakin deras melihat mata Sana yang menatapnya lekat.

Pelukan hangat tiba-tiba pun dirasakan Dahyun. Sana memeluknya erat, membuat tangannya yang memegang jarum infus turun berlahan hingga membuat jarum itu lepas dari tangannya.

"aku memaafkanmu. Tolong jangan begini. Jangan sakiti dirimu lagi. Itu menyakitiku juga" ujar Sana dengan isakannya.

Dahyun membalas pelukan Sana.
"maafkan aku...maafkan aku"

Sana mengangguk lalu melepaskan rengkuhannya. Di tangkupnya wajah Dahyun dengan kedua tangannya. Jemarinya berlahan menghapus air mata gadis itu. "aku memaafkanmu Dahyun. Aku memaafkanmu. Jangan lakukan hal berbahaya lagi. Aku mohon"

Air mata mengalir kian deras. Dahyun menangis begitu juga Sana. Keduanya pun saling berpelukan lagi. "terima kasih" Dahyun berucap penuh rasa bersyukur.

Pelukan terlepas ketika keduanya sudah merasa tenang.

"awww.." Dahyun tiba-tiba meringis. Dia baru merasakan sakit dari luka-luka yang diperbuatnya.
Luka akibat sayatan,
Luka akibat menarik sembarang infus,
Dan tentu saja luka karena tusukan itu.

Sana yang kaget segera mendorong tubuh Dahyun berlahan agar terbaring. Di bukanya baju Dahyun, dia ingin mengecek luka yang baru saja di operasi pagi tadi.

Helaan napas lega terdengar kemudian.
Luka itu baik-baik saja.

Sana juga tak lupa kembali memeriksa luka yang baru terbentuk. Dia mengobatinya dan tak lupa memasang infus baru pada Dahyun. Sayatan di telapak tangan juga tidak dilupakannya

Helaan napas lega kembali keluar membuat Dahyun tersenyum melihat wajah Sana. "apa kau khawatir?"

Sana menatap Dahyun kilas. "tidak. Aku hanya refleks memeriksamu sebagai dokter"

"apa kau ingin aku menarik infus ini lagi?"

"Mwo? Yak? Jangan macam-macam. Oke aku khawatir. Jadi hentikan melukai dirimu" Sana menyerah

Dahyun kembali tersenyum. "Jadi bisa kau temani aku disini?"

Sana menggeleng cepat. "aku harus memeriksa pasien yang lain. Ini jadwal jagaku. Lebih baik kau yang istirahat. Ini sudah hampir jam 1 malam"

Umbrella ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang