chapter 22

5.9K 548 91
                                    

Mata fokus ke tumpukan kertas di depannya. Berbagai data pasien harus dipelajarinya dengan seksama. Sesekali memperbaiki letak kaca matanya yang kadang kala mengganggu konsentrasi.

Ceklek...
Terdengar suara pintu terbuka mengambil atensi.

"maaf mengganggu anda, Dr. Sana" ujar seorang perawat yang baru masuk ke ruangannya.

Sang dokter menatapnya sebentar lalu kembali fokus ke dokumen di tangannya. "ada apa suster?"

"Seorang pasien ingin berkonsultasi dengan anda dok"

"konsultasi?" Sana melepaskan dokumen ditangannya lalu menatap perawat itu lagi.
"suruh masuk saja" sambungnya menginjinkan.

Sang perawat mengangguk lalu keluar dari ruangan. Sembari menunggu, gadis Jepang itu kembali fokus dengan aktivitasnya.

Beberapa saat kemudian, pintu ruangannya kembali terbuka. "selamat pagi dokter" Sang pasien menyapanya.

Sana membatu di tempatnya. Pulpen ditangan terlepas reflek. Suara itu sangat dikenalinya. Kepala mendongak. Iris mata langsung bertegur sapa dengan wajah seorang Kim Dahyun. "m-mau apa lagi kau?"

"berkonsultasi soal lukaku mungkin?!" Jawab Dahyun seraya mengambil duduk di kursi di hadapan gadis Jepang itu tanpa permisi.

"kau bisa bertanya hal itu pada dokter Jaebum" ucap Sana.

"Oppa ku sedang berada di ruang operasi. Aku tidak bisa mengganggunya. Jadi aku datang kesini untuk bertanya soal lukaku padamu"

Mendengar itu akhirnya membuat Sana kembali duduk di kursinya. Dia tidak bisa mengabaikan pasien. Tangannya berlahan meraih tangan Dahyun yang terulur di atas meja.

Berlahan dia membuka balutan luka gadis itu.
Sakit terasa ketika melihat luka jahitan yang memanjang di telapak tangan Dahyun.

"bagaimana dok? Apa lukaku tambah parah? Pagi tadi aku tidak sengaja mengenainya dengan air"

Sana kembali membalut luka itu seperti semula. "lukamu tidak apa-apa. Tapi aku akan meresepkan antibiotik untukmu" Jawab Sana seraya sibuk menuliskan obat yang harus ditebus gadis Kim itu. Setelah memberikan seuntas kertas, Sana bangkit berdiri dari duduknya.

"kau mau ke mana?"

"bukan urusanmu!"

"bisakah kita berbincang sedikit disini? Beri aku kesempatan"

Sana tidak menggubris ucapan Dahyun. Dia semakin melangkahkan kakinya kearah pintu.

"apa aku harus terluka dulu agar kau mau mendengarku dan memberiku sedikit perhatian?"

Sana berhenti saat tangan telah meraih knop pintu. "mungkin saja" ucapnya lalu benar-benar keluar.

Dahyun menghela nafas kecil. "baiklah kalau itu maumu!"
.

Dahyun keluar dari rumah sakit tanpa menyapa kakaknya. Dia bahkan memilih berjalan kaki untuk kembali ke kantornya dan meninggalkan mobilnya di parkiran rumah sakit.

Dahyun ingin menikmati keindahan pagi kota Seoul sembari menjernihkan pikiran dan sedikit berpikir bagaimana caranya agar Sana mau mendengarnya.

Dahyun termenung disepanjang jalannya. Hingga teriakan minta tolong mengambil segala atensinya.

Seorang pria berlari ke arahnya sembari memegang sebuah tas.

Pencuri dipagi hari? Sungguh tidak terduga- Dahyun membatin kaget.

"Hey.. Jjamkkaman ahjussi!" Dahyun secepat kilat menahan pria itu.

"Lepaskan" Si pencuri terlihat panik kala tas yang dipegangnya serasa akan di ambil lagi.

Umbrella ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang