1 - Bertemu Kembali

4.2K 203 105
                                    


***

Jika kamu menyukai dia, ya suka saja.
Tapi kalau dia mencintai orang lain,
ya cintai orang lain saja,
Jangan dia.

***

Hari ini aku sudah mulai masuk sekolah, setelah liburan yang cukup panjang. Aku berangkat pukul 6 lewat 10 menit di antar oleh ojek online pesanan ku. Untuk pagi ini, jalanan di kota Bandung tidak begitu ramai , karena baru beberapa sekolah saja yang sudah mulai masuk.

Sesampainya di sekolah aku berjalan melewati lapangan dengan tatapan kosong, entah apa yang aku pikirkan . Ketika berada di kelas suasananya sama saja seperti minggu-minggu lalu, terkadang kelas ini recehnya tak bisa di ungkiri lagi namun ketika sudah berkelompok dalam berteman, yang ada hanya kesunyian di telingaku.

Aku sangat tidak mood untuk pergi ke sekolah , aku berpikir jika hari pertama sekolah yang terjadi hanyalah jamkos. Selama jarum jam terus berputar mata ku menjadi tak karuan, aku membutuhkan istirahat. Ya, karena semalam aku tidur sekitar pukul dua belas an, setelah film orang ketiga telah usai. Entah mengapa aku suka saja dengan konflik yang terjadi dalam film itu. Film itu menceritakan tentang cinta segitiga yang tidak tahu siapa yang akan pergi merelakan kebahagiaannya.

***

Setelah bel berbunyi, temanku bernama Inara mengajak ku untuk pergi ke kantin.

Inara adalah sahabat yang sangat mempercayai ku ketika dia bercerita tentang orang-orang di sekeliling nya, bahkan aku belum pernah bercerita tentang kisahku ini kepadanya , mungkin saat ia membaca ini dia akan marah. Sesuai dengan namanya, Inara, yang berarti orang yang memiliki hati lembut seperti malaikat. Ia memang orang yang paling mengerti aku ketika orang lain tidak mengerti aku.

"Nes, ayo ke kantin," ajak Inara. Lalu aku mengangguk menyetujui ajakan nya.

Sesampainya di kantin, hal yang tak ku duga terjadi. Zefano, orang dingin, teman sekelas ku tahun lalu, orang yang di kagumi banyak orang dan akhir akhir ini aku juga mengaguminya.

Aku bertemu dengannya tak ada yang berbeda saat aku bertemunya hari-hari lalu.

Tak ada tatapan indah dari matanya, tak ada senyum yang di khususkannya untuk ku, yang tertinggal hanyalah luka yang ada di benakku, luka yang sampai sekarang tidak ada satupun dokter yang mengetahui obatnya, luka yang sangat tidak jarang orang rasakan, luka yang benar-benar mengharuskan ku membencinya sampai aku tidak tahu bagaimana caraku membencinya.

Aku menghentikan lamunan ku setelah Inara menyadarkan ku dari lamunan bodoh ku.

"VANESSAAAA......," teriak Inara membuat ku terkejut hebat.

"Ra kamu bisa gak sih kalo ngomong pelan dikit gitu, telinga aku masih normal tau," balas ku kesal.

"Kamu bilang masih normal???udah berapa kali aku manggil kamu??udah berkali–kali tau, sampai kamu gak respon satu pun panggilan aku," balas Inara kesal.

"Hehehe maaf Ra,"jawabku di sertai dengan cengiran tak berdosa ku.

"Kamu mikirin apa sih Nes?" Nara mulai penasaran dengan tingkah ku yang mulai aneh.

"Hm, nggak ada, ayo jajan," kata ku mengalihkan pembicaraan.

Aku dan Nara memesan mie goreng yang di jual oleh ibu kantin. Dan bodohnya, saat aku menunggu mie goreng pesanan ku, aku masih terus melamun, dan mataku, aku sungguh tidak menyadari ketika mataku sedari tadi terus menatap mata Fano yang berada sekitar lima meter di depan ku. Aku terkejut bukan main karena ia juga menatapku. Kini tatapan kami bertemu. Untung saja mie goreng nya sudah siap, jadi tanpa pikir panjang aku langsung berjalan cepat menuju meja kantin.

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang