38 - Kehilangan

812 44 24
                                    

***

Aku bukan fakta!
Yang bisa di bolak balikan.
Perasaan ku tak sekuat semen tiga roda, yang katanya akan selalu kokoh.

***

  Pagi yang cerah—sepertinya, sangat berbanding terbalik dengan penglihatan ku saat ini. Gelap. Sudah tiga puluh hari aku tinggal di apartemen ini, sudah satu bulan aku merindukan pemiliknya, andai saja mata ku dapat melihat, sudah ku cari ke setiap sudut kota ini keberadaannya. Hari-hari ku tidak ada yang sempurna, semuanya monoton, tak ada yang indah.

"Pagi, Nesa," sapa Alea hangat.

"Pagi, apa ada kabar kemungkinan Fano akan berkunjung ke sini?" tanya ku, seolah itu pertanyaan terjadwal yang selalu aku tanyakan setiap hari. Berharap jawaban yang diberikan Alea berbeda dengan dua puluh sembilan hari-hari kemarin.

"Untuk apa kamu cari dia, kalau saat ini dia lagi ada di hati kamu?" jawaban itu yang selalu keluar dari mulut Alea.

"Nesa, aku punya kabar gembira untuk kamu," kata Alea dengan nada semangat.

"Apa? Tentang Fano?"

"Bukan, tapi ada seorang pendonor yang mau mendonorkan matanya untuk kamu."

"Serius? Jadi setelah ini aku bisa melihat?"

"Iya, kalau gitu kita harus siap-siap ke rumah sakit sekarang."

Aku tersenyum, ternyata pikiran salah, aku kira aku tak akan bisa melihat setelah ini, namun ada saja orang baik yang ingin menyalurkan kebaikan dengan memberikan organnnya—kelewatan baik.

***

"Sekarang mba bisa buka mata mba," ucap seorang dokter setelah membuka perban yang menutupi mata ku.

Aku mulai membuka mata ku secara perlahan. Aku kembali bisa melihat semuanya. Rasanya ingin sekali berjingkrak jika aku tidak kenal malu. Sekarang dunia ku kembali hidup, tak seperti kemarin yang rasanya seperti mati. Aku menyapa seorang perempuan yang ada di samping ku, wajahnya seperti orang barat.

"Hai, kamu keluarga orang yang mendonorkan matanya untuk aku?" tanya ku sopan. Orang itu malah menganggapinya dengan tawa, sekarang aku dapat mengenal siapa dia, dari tawanya aku mengenal dia.

"Alea?" tanya ku memastikan.

"Iya, kalau gitu kita kenalan ulang, nama ku Alea, orang yang menemani mu selama satu bulan."

"Makasih, maaf ngerepotin."

"Sekarang, apa tujuan kamu setelah bisa melihat semuanya?"

"Mencari Fano."

"Apa kamu gak mau cari tau tentang kecelakaan yang udah bikin mata kamu sempat tertutup?"

"Itu sama sekali gak penting. Gak peduli siapapun yang ngelakuin. Yang aku ingin cuma kehidupan baru untuk mencapai kebahagiaan."

"Oke, aku akan mempertemukan kamu dengan Fano."

"Jadi kamu tau dimana Fano sekarang? Kenapa kamu ti—"

"Semuanya akan ada jawabannya nanti setelah kamu ketemu dia."

Ingin sekali rasanya membentak semuanya, namun ada terselip perasaan bahagia yang aku rasa.

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang