46 - Undangan

438 26 0
                                    

∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆

***

Kejutan yang setiap kali kamu berikan
Selalu membuat ku terkejut,
Setelah membuat ku terkejut,
Kamu membuat ku menangis.
Selalu saja begitu siklusnya dan mungkin tak akan pernah berubah.

***

Hari sudah tak berasa lagi. Dua Minggu lagi aku sudah akan menghadapi ujian akhir kemudian libur kenaikan kelas dan naik kelas 12. Cepat sekali rasanya waktu akan berlalu. Hari ini hari Minggu, aku tak punya acara apapun, jadi aku memutuskan untuk bangun lebih siang.

"Nesa, Nes," seru bunda membangunkan ku.

"Kenapa Bun?"

"Ada teman kamu tuh datang."

"Hah?" aku segera mendudukkan diri ku. "Siapa?"

"Katanya mau ngajarin kamu belajar, pelajaran yang udah kamu lewatin itu."

"Cowok Bun?"

"Iya."

"Itu pasti ka Rian. Bun ajak ngobrol dulu aja ya. Aku mau mandi dulu."

"Huh, gimana sih anak gadis kok baru bangun. Jangan lama-lama ya, kasian nanti dia nunggu lama."

"Iya Bun," aku segera menuju kamar mandi, padahal nyawa ku juga belum terkumpul.

Setelah selesai mandi dan rapi-rapi, aku segera keluar dari kamar menuju ruang tengah, ku lihat kak Rian tampak akrab dengan bunda, mereka tengah berbincang-bincang.

"Eh ini Nesa nya sudah ada, bunda ke belakang dulu ya nak Rian, belajar yang benar," bunda meninggalkan aku dan kak Rian di ruang tengah.

"Maaf ya kak nunggu lama."

"Iya, gak apa-apa. Mulai aja yuk belajarnya."

Ia mengajari ku dengan sangat serius. Bahkan satu angka pun yang aku salah tulis, ia langsung mengkoreksi nya. Satu hal yang baru aku tau tentang kak Rian selain ia terkenal dengan ketampanan dan kepintarannya, ternyata dia juga seorang yang cukup teliti.

"Kak, gimana hubungan kakak sama kak Sheila?"

"Baik-baik aja, kenapa memang?"

"Nggak, gue takut dia cemburu nanti kalau kakak terus-terusan ngajarin gue."

"Dia ngerti gue kok tenang aja."

"Enaknya punya pacar seperti kak Sheila, udah cantik, baik, pengertian pula," kagum ku.

"Lo juga beruntung punya pacar seperti Fano, dia selalu kasih perhatian untuk lo tanpa lo tau."

"Ih, siapa juga yang pacaran! Gue gak pacaran sama dia."

"Ya udah maaf atuh Nes, omongan itu kan doa, jadi semoga aja lo pacaran ya sama dia."

"Gak amin!"

"Udah-udah, kerjain lagi tuh."

Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. Kak Rian sudah mengajari ku selama 3 jam. Dan sekarang ia tampak lelah, jadi aku berkata kalau pelajaran hari ini sudah cukup.

"Makasih ya kak udah repot-repot ke sini."

"Santai aja kali. Bunda lo mana gue mau pamit dulu."

"Ada, sebentar gue panggil dulu."

"Nak Rian sudah mau pulang?"

"Iya tante, Rian pulang ya," ucapnya sambil mencium punggung tangan bunda.

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang