30 - Kelicikan Syasya

781 52 33
                                    

***

Berjuang tanpa di perjuangkan itu lelah.
Ada tapi tak di anggap? Aku manusia atau hantu?

***

"Biar gue yang mendonorkan ginjal gue buat Fano," seru Syasya yang berdiri di depan pintu.

"Apa mba yakin?" tanya dokter.

"Saya yakin dok. Kapan pendonoran dapat di lakukan dok?" tanya Syasya lantang.

"Sepertinya lebih cepat lebih baik. Jadi nanti malam akan kita lakukan pendonoran, tapi sebelumnya kita harus mengecek kondisi mba dulu, apa pendonoran ini cocok atau tidak."

"Baik dok, kapan saja saya siap. Demi Fano."

Setelah itu dokter pergi meninggalkan ruangan itu.

"Syasya, kamu yakin?" tanya mamah Fano.

"Saya yakin tante, buat Fano apa sih yang enggak," katanya sambil tertawa garing.

"Lo mau minta apa lagi dari nyokap gue? Gue tau, Lo ngelakuin ini pasti dengan maksud tertentu kan? Gak yakin gue lo ngelakuin ini dengan cuma-cuma."

"Fano, jangan begitu! Syasya udah baik lo," tegur mamah Fano.

"Kalau gitu, gue balik ke ruangan dulu ya," ujar ku.

"Nes, lo mau kemana? Lo mau ninggalin gue?"

"Gak usah lebay! Gue juga butuh istirahat kali! Emang lo doang," seru ku sambil menjulurkan lidah ku.

"Yeu di ajarin siapa lo jadi songong gini? Arvin ya?" ledek Fano sambil mencubit hidung ku.

"Ish sakit tau."

"Nes, lo mau ke ruangan lo? Biar gue antar ya?" seru Syasya.

"Gak usah Sya, gue bisa sendiri," tolak ku berusaha halus.

"Iya Nesa, sebaiknya kamu di antar Syasya aja ya, mamah takut kamu kenapa-kenapa."

"Ya udah Sya."

Akhirnya dengan terpaksa aku mengiyakan permintaan Syasya. Syasya mendorong kursi roda ku, bukan menuju ruangan ku, melainkan ke arah sebuah taman.

"Loh Sya, kenapa ke taman?"

"Udah ikutin aja."

"Sya, lo gak bakal nyelakain gue kan?"

"Ge–er banget sih lo."

Setelah sampai di taman rumah sakit, Syasya memulai pembicaraannya.

"Gue mau bicara sesuatu sama lo," ucap Syasya.

"Apa?"

"Pertama lo kan yang berniat mau mendonorkan ginjal lo buat Fano?"

"Hm."

"Jadi gue minta lo donorin ginjal lo buat Fano, tapi latarnya gue. Jadi seolah-olah gue yang mendonorkan ginjal gue buat Fano, lo gak mau kan Fano kenapa-kenapa?"

"Maksud lo apa? Lo mau nipu semua orang? Kalau lo gak bisa, kenapa lo sok-sokan mau menjadi pendonor?"

"Carmuk," balasnya sambil menunjukkan senyum licik nya.

"Terus lo pikir gue mau jadi bahan begoan lo?" tanya ku menantang.

"Gue punya sebuah rahasia besar, dan lo taukan? Kalau gue itu gak pernah bohong sama lo. Atau gini deh, sebagai contoh, waktu gue bilang tentang orang tua lo. Kenyataannya? Lo di usirkan dari rumah?" ejek Syasya.

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang