22 - Pertandingan

738 61 6
                                    

***

Rasa ini seperti sisi segitiga.
Sisi pertama aku,
Sisi kedua kamu,
Dan sisi ketiga kita.
--
Rasa aku ke kamu itu seperti sisi lingkaran, tak terhingga.

***

Dua hari sudah berlalu. Aku sudah latihan semaksimal mungkin, namun yang namanya hasil, aku tidak tau. Hari inilah puncaknya, pertandingan itu akan di mulai pukul delapan nanti.

"Semangat" seru Fano yang baru saja menghampiri ku.

"Semangat juga"

"Ngapain lo nyemangatin gue?"

"Lah, emang salah?"

"Percuma lo nyemangatin gue. Selama lo ada di sisi gue, gue pasti semangat kok"

"Udah-udah jangan bucin bisa kan?" seru Katya.

"Gue tebak lo gak punya pacar kan kak?" tanya Fano.

"Terus? Lo pikir gue iri sama kalian? Gak guna"

"Lah, gue juga belum punya pacar" jawab Fano.

"Kalau gitu pacaran yuk" seru Silvi yang tiba-tiba datang. Aku hanya menatap Fano.

"Gue emang belum punya pacar, tapi gue udah punya calonnya"

"Gue?" tanya Silvi malu-malu.

"Bukan"

"No, lo denger gue baik-baik ya! Gue akan pastiin kalau lo akan jadi milik gue sepenuhnya! Lo cam kan itu!"

"Mimpi? Apa perlu gue suruh calon gue nampar lo biar lo sadar kak?"

"Lo inget kata-kata gue tadi!" balas Silvi yang segera beranjak dari tempatnya.

"No, bisa gak sih lo gak kayak tadi"

"Gak bisa"

"Nyebelin tau gak sih lo"

"Gak apa-apa"

Pertandingan sudah di mulai, kali ini tim cowok yang akan memulai pertandingan duluan.

"RIZALL......REVAN...... RIZAL....REVAN" teriak anak kelas dua belas menyemangati teman seperjuangannya.

"ARGA.....REZAA......ARGA.....REZA" teriak anak kelas sepuluh tak mau kalah.

"FANO.....FANO....." kali ini tiga angkatan berteriak menyemangati Fano. Dan tak lama setelah teriakan itu, Fano berhasil mencetak satu point.

"WAAAAAAAAA.....FANO" teriak mereka lagi.

"Cowok kamu hebat ya Nes" seru Inara.

"Sutttt, dia bukan cowok aku!" balas ku.

"Bentar lagi Nes" sambar Reva.

Sudah sepuluh menit berlalu, dan benar saja, tim basket laki-laki sekolah ku berhasil memenangkan pertandingan ini.

Sekarang saatnya, tim basket perempuan yang bertanding. Semua mulai berteriak menyemangati temannya. Namun aku? Tak usah berharap! Sepertinya tidak akan ada yang menyemangati ku.

"KATYA....SHAREN....LISA..."

"ELISS...ELISSS..ELISS"

benarkan tidak ada yang menyemangati ku! Ah tidak, tanpa semangat dari mereka juga aku bisa kok! Batin ku.

"VANESAAA, SEMANGAT! LO PASTI BISA! DI SINI GUE BERDOA, KALAU LO MAU TAU ISI DOA GUE, LO BOLEH DENGER, TAPI INGAT LO TETAP MAIN DENGAN FOKUS. ISI DOA GUE ITU; SEMOGA LO GAK MALU-MALUIN GUE!"ucap Fano dengan menggunakan mikrofon dan mengundang tawa semua orang. Aku yang mendengar itu semakin kesal dengan Fano, dengan seluruh emosi ku, aku luapkan ke dalam permainan ini, bisa di bilang aku bermain dengan emosi. Semua orang yang mendengar perkataan Fano awalnya tertawa, namun aku yakin mereka akan bertanya-tanya 'seorang Fano yang terkenal dengan sikap dinginnya dapat berbicara di depan umum seperti itu?' aku yakin mereka pasti sedang berfikir seperti itu.

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang