4 - Menangis Dalam Hujan

1.6K 137 54
                                    

***

Takdir, semesta, harapan bahkan realita, tak pernah sekalipun berpihak padaku.

***

Hari ini aku sangat tidak ingin untuk pergi sekolah. Aku tidak ingin bertemu siapapun di sekolah. Aku ingin amnesia saja. Aku ingin melupakan semuanya. Aku ingin memiliki hidup yang baru.

Tapi itu semua hanya keinginan ku saja yang aku yakini tidak akan menjadi sebuah kenyataan. Realita memang tidak pernah bisa berpihak padaku.

Aku memutuskan untuk berangkat ke sekolah lebih lama.

***

Sesampainya disekolah, kedatangan ku langsung di sambut hangat bahkan sangat hangat oleh Reva dan Nadine.

"Nesa, jadi mau kapan lo ngasih susu cokelat nya Nadine ke Fano?" tanya Reva.

"Kalau sekarang boleh gak Nes?" pinta Nadine.

"Tapi, Bu Rina kan udah mau masuk," jawab ku beralasan.

"Ya ampun Nes, emangnya lo gak denger apa, kemarin kata Pak Bimo semua guru rapat jadi cuma di kasih tugas doang," balas Reva.

"Ya udah, iya gue kasih sekarang," akhirnya aku hanya bisa pasrah.

"YEYYY......kita ikutin lo dari belakang ya," jawab Nadine dengan sangat senang.

"Iya," jawabku

"Jangan lupa ya atas nama Nadine," kata Reva mengingatkan ku. Iya aku ingat bahkan sangat ingat tanpa perlu di ingatkan.

"Iya," jawabku singkat, aku tidak ingin sakit hati berkepanjangan terus-menerus.

***

Saat ini aku sudah sampai di depan kelas Fano. Sedangkan Reva dan Nadine mereka mengumpat di balik sebuah tempat sampah di ujung kelas Fano.

"Bila boleh tolong panggilin Fano?" pinta ku pada Nabila, teman ku dulu yang sekarang satu kelas dengan Fano.

"Eh Nesa, sebentar ya gue panggilin dulu," jawab Nabila, lalu ia segera memanggil Fano.

Dan sekarang ada Fano di depan ku yang sedang berdiri dengan wajahnya yang datar. Semoga saja ia tidak mendengar detak jantungku yang berdegup sangat kencang ini.

Ia tak berbicara apa-apa, hanya menaikkan sebelah alisnya.

"Ini," kata ku sambil menjulurkan tangan ku yang berisi susu cokelat.

"Hah?" tanya Fano heran.

"Ini dari Nadine," kata ku menjelaskan.

"Buat?"

"Buat diminumlah."

"Ini dari siapa?"

"Lo budek atau bolot sih, gue udah bilang tadi itu dari Nadine," aku sedikit emosi di buatnya namun di satu sisi aku ingin tersenyum karena bisa bertatap lama dengan si pemilik wajah datar itu.

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang