13 - Keep smile

1K 84 14
                                    


***

Mungkin bahagia ku ketika kita berada di zona yang sama
Dan
Sedih ku ketika harus menerima resiko bila kita terus bersama.

***

Pagi yang sangat cerah menyambut ku untuk kembali ke sekolah. Hari ini aku berangkat lebih pagi, karena aku berangkat di antar oleh ayah ku.

"Ayo Nesa kita berangkat," seru ayah.

"Ayo yah," balas ku.

Dan akhirnya ayah mengantarkan ku dengan mobilnya lalu setelah mengantar ku ayah langsung berangkat ke kantornya.

***

Saat aku memasuki gerbang, lengan kanan ku langsung di tahan oleh seseorang.

"Nes" panggil orang itu, yang ternyata adalah Fano.

"Kenapa?" tanya ku sambil tersenyum.

"Gak apa-apa."

"Pasti ada apa-apa."

"Iya," balasnya.

"Nadine sama Reva yang ngasih tau lo?" tanya ku. Aku yakin Nadine dan Reva pasti memberi tahu yang nggak-nggak tentang kejadian di cafe kemarin.

"Iya," balasnya dengan ekspresi dinginnya.

"Terus lo percaya ya?"

Kali ini ia tak menjawab, melainkan tersenyum penuh arti, dan aku tak tau arti dari senyumnya.

"Kenapa?" tanya ku.

"Menurut lo gue bakal percaya gak sama mereka?" tanyanya sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Kalau lo bodoh," balas ku sambil pergi meninggalkannya.

Dasar cowok gak peka, aku pikir dia akan menahan lengan ku lagi, tapi apa? Manusia es.

***

Sesampainya di depan pintu kelas Inara langsung menghalangi langkah ku.

"Kenapa Ra?"

"Jangan masuk Nes."

"Lah, kenapa?"

Brukkk......

Aku langsung tersungkur di lantai bersamaan dengan jatuhnya Inara yang di dorong oleh Nadine.

"Aw.....," rengek Inara.

"Kamu gak apa-apa kan Ra?" tanya ku.

"Gak apa-apa kok." balas Inara sambil menunjukkan senyumnya.

"Makanya gak usah sok jadi pahlawan kesiangan deh lo, cupu," seru Nadine.

"Dari pada kamu udah kayak penjajah kepagian."

"Diem lo, cupu."

"Dasar mulut cabe."

Tak lama setelah perkelahian itu berlangsung, Bu Linda guru bahasa Indonesia ku pun datang, dengan kedua tangan yang berada di sisi pinggangnya.

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang