45 - Status

880 46 8
                                    

Happy reading 🤗
Tekan bintang sebelum membaca eaa

***

Kamu benar,
Untuk apa sebuah status jika hati kita belum satu arah?

***

Sesuai dengan rencana hari-hari kemarin, hari ini akan di adakan reuni. Sebenarnya aku sudah mencari alasan agar tidak ikut serta dalam acara ini, bagaimana tidak? Reuni ini di adakan di rumah Fano. Nasya pun tak berhenti membujuk ku untuk ikut dalam reuni ini. Dengan sangat terpaksa aku mengikutinya.

Reuni ini di adakan pada pukul 10 malam nanti, kenapa juga harus malam. Entahlah yang penting aku menampakkan diri saja di acara ini.

Aku sudah siap-siap, sekarang sudah pukul setengah sepuluh. Aku segera pamit pada bunda dan ayah.

"Bunda, ayah, Nesa pergi ya."

"Kamu gak mau di antar ayah saja?" tanya bunda mencemaskan ku.

"Iya, mending ayah antar saja," sahut ayah.

"Gak usah yah, gak apa-apa kok."

"Ya sudah, hati-hati ya."

Aku terkejut ketika menemukan motor serta pemiliknya di depan halaman rumah ku.

"Udah siap? Gue antar ya?" tanyanya.

"Tapi —"

"Naik."

Akhirnya aku menuruti perintahnya. Motor ini melaju dengan kecepatan sedang. Angin malam membelai rambut ku, rasanya sangat dingin berada di situasi seperti ini. Canggung, hanya itu yang dapat menjelaskan suasana kami di perjalanan menuju tujuan. Perjalanan kami berakhir juga, aku segera turun dan mengucapkan terimakasih padanya. Di depan rumah Fano sudah ada Manda teman dekat ku waktu kelas sepuluh, tadi dia sudah bilang akan menunggu ku.

"Man, nunggu lama ya?"

"Nggak kok, ayo gabung sama yang lain."

Kami berdua berjalan menuju halaman belakang rumah Fano, acara memang akan di adakan di sana.

"Nesa, akhirnya lo datang juga, gue pikir lo masih plin plan terus gak jadi datang," aku hanya tersenyum menjawab pertanyaan Nasya.

"Oh iya, tadi lo di antar siapa?" tanya Manda. "Pacar?" lanjutnya.

"Hah? Gue pikir lo deket sama Fano Nes," ucap Nabila yang langsung bergabung dalam obrolan kami.

"Gue sama dia gak ada hubungan apa-apa, bukannya gitu?" suara Fano tiba-tiba saja terdengar. Aku mengangguk.

"Eh, mending kita foto-foto aja yuk, udah lama gue gak upload snapgram," seru Nasya yang mengerti keadaan.

"Kalian aja deh, gue mau nyamperin Raya dulu," ucap ku lalu pergi dari tempat itu.

"Ada yang mau gue bicarakan," ucap Fano menahan lengan ku.

"Apa lagi?"

"Jangan di sini," aku menurutinya, ia mengajak ku ke arah dalam rumahnya, dan kami berhenti di sofa ruang tamunya.

"Apa lagi?" tanya ku tak ingin basa basi.

"Gak apa-apa."

"Gak ada apa-apa terus buat apa lo nahan gue?"

"Oh, udah gak mau di tahan."

"Gue gabung lagi ya sama yang lain."

"Tunggu."

"Apa lagi?"

"Kasih gue waktu."

"Untuk?"

"Ngeyakinin diri gue, kalau gue udah benar-benar rela," ucapnya dengan mata yang terus menatap ku.

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang