6 - Surat

1.4K 105 20
                                    

***

Jangan pernah memberikan ku sebuah harapan,
Jika kamu tidak mau aku harapkan.

***

Pagi yang cerah matahari bersinar dengan sangat indah. Namun begitu terbalik dengan kehidupan ku. Hari ini adalah hari Minggu, seperti yang sebelumnya telah ku rencanakan, aku ingin pergi ke toko buku.

Karena jarak toko buku dengan rumahku tidak terlalu jauh, aku memutuskan untuk pergi berjalan kaki. Paling tidak jika berjalan kaki hanya membutuhkan waktu sekitar lima belas menit. Sesampainya di toko buku aku langsung mencari buku-buku yang ku inginkan. Bukan buku pelajaran melainkan buku novel.

"Nesa," panggilan dingin dari seseorang yang dingin.

Aku menghiraukan panggilannya, jujur saja dengan mendengar suaranya saja aku ingin menangis.

"Nes gue mau ngomong sama lo."

"Maaf jangan berisik ini toko buku bukan rumah lo," jawab ku datar.

"Ya udah gue pergi," balasnya

Astaga aku benar-benar bodoh telah mencintai orang seperti dia. Yang dengan entengnya bisa pergi begitu saja sesuka hatinya dan seenak jidatnya.
Dia tak ada bedanya dengan buaya darat.

"Hai," sapaan hangat itu kembali terdengar dengan suara yang sama.

"Nando," panggil ku. 

"Takdir mempertemukan kita lagi Nes."

"Ngapain lo di sini?"

"Iya gue tau, toko buku emang bukan tempat yang pantas buat orang kayak gue."

"Bukan gitu," balas ku sambil tertawa.

"Tadi siapa?"

"Orang nanya alamat," jawab ku sinis.

"Habis ini ada rencana kemana?" tanya Nando mengalihkan pembicaraan.

"Ada yang mau gue tanyain sama lo," jawab ku.

"Apa?"

"Dari mana lo bisa tau alamat rumah gue?"

"Eh, gue kan punya indra ke enam," jawab Nando asal.

"Ih gue serius, apa sebelumnya lo kenal sama gue?"

"Iya sebelumnya gue kenal sama lo, sebelumnya itu kemaren," jawabnya sambil tertawa.

"Ih gue serius."

Tiba-tiba ponsel Nando berdering.

"Bentar ya gue angkat telepon dulu."

"Iya lama juga gak apa–apa," kata ku.

Tak lama kemudian Nando datang.

"Yah Nes maaf ya kali ini gue gak bisa ngobrol–ngobrol sama lo, gue ada urusan."

"Iya gak apa–apa, lagian gue juga mau ngabisin waktu gue buat baca buku disini," jawab ku

"Sekali lagi gue minta maaf ya Nes," katanya penuh penyesalan.

"Iya gak apa–apa ,santai aja kali."

"Semoga kita ketemu lagi ya Nes."

Aku hanya tersenyum. Setelah itu Nando pergi entah kemana dan entah aku akan bertemu lagi atau tidak dengannya.

***

Author Pov

Sesampainya Nando di cafe, Fano sudah terlebih dahulu ada di sana.

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang