"Huh, lama banget."Menyeka bulir-bulir yang mulai bermunculan di dahi, netra ini refleks menyipit kala menerawang jauh ke cakrawala.
Matahari tengah menjadi center di atas sana tanpa halauan kapas putih sedikitpun.
Huh, pantas saja panas sekali.
Atensi kembali teralih pada benda persegi panjang yang ku genggam, menunjukkan bahwa orang yang kutunggu masih lumayan jauh.
"Mau dicancel kasian, gak dicancel akunya bisa jadi smoked human," gumamku dilema.
Ya, kini aku dan beberapa siswa tengah menunggu ojol di trotoar depan sekolah. Dari yang tadinya sangat ramai hingga melebur ke jalan sampai tinggal beberapa orang saja dan ojol yang ku pesan belum datang juga.
Alibi nya sih, macet.
Sebenarnya bisa saja aku naik angkot, tapi kendaraan itu berhenti jauh di depan gang dan aku harus masuk sekitar 200 meter agar sampai di rumah tercinta.
Of course aku memilih yang praktis dan efisien mengingat hari ini seluruh jiwa dan raga sudah dikuras habis oleh pelajaran matematika yang sialnya berlangsung selama 3 jam.
Merasa bosan, aku mengetuk-ngetuk dinding pembatas sekolah dengan jemari secara bergantian. Seakan-akan bermain piano walaupun kenyataannya sama sekali tidak pernah menyentuh benda klasik itu barang sekalipun.
Tuk Tuk.
Jemari kontan berhenti mengetuk irama kala pundakku diketuk dua kali dari belakang. Memutar badan, aku menemukan lelaki berkulit putih yang tengah tersenyum seadanya kepadaku. Entah tersenyum seadanya atau terpaksa, ya semacam itulah.
"H-hai," sapanya diselipi lambaian tangan sekejap yang langsung ia tarik kembali.
Netraku menelusurinya kala ia kembali menunjukkan senyum terpaksa itu.
Seragam nya sama, berarti dia satu sekolah denganku.
"Hai," sapaku balik tak lupa dengan senyuman yang menghiasi.
Perlahan pipinya merona, terlihat jelas mengingat kulitnya yang putih pucat. Entah karena kepanasan sama sepertiku atau dia... malu? Ah, malu kenapa memangnya?
"Lagi... ngapain?" tanyanya.
Okay, that's a weird question. Jelas-jelas aku berdiri di trotoar depan sekolah untuk menunggu jemputan. Memangnya aku terlihat seperti bocah berandalan yang kerjaannya memalak siswa yang berjalan melewatinya?
"Nungguin ojol."
"E-eh? Sama dong...." lirihnya di akhir kalimat.
Terus kalau sama, aku harus apa? Jungkir balik atau salto karena ada orang yang nungguin ojol juga? Gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
clumsy | winwin ✔
Fanfiction❝Itu dia Kak Sicheng, cowok chinese kikuk dan lugu pemikat hatiku.❞ [ ft. 동시청 local's ] #1 in DongSicheng (150220) #1 in DongSicheng (260520) #1 in DongSicheng (130620) × Start : 29 April 2019 × × End : 3 November 2019 × ©chyntxa...