dos

11.7K 1.5K 337
                                        

Entah apa yang dibicarakan wanita paruh baya di depan sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah apa yang dibicarakan wanita paruh baya di depan sana. Suara lantang nya yang menerangkan materi hanya mengawang-awang di pendengaran. Kini fokusku hanya pada sang perut yang terus meraung minta diberi asupan.

Dalam hati aku merapalkan berbagai macam mantra yang kukarang sendiri dengan maksud menahannya.

Kring!! Kring!! Kring!!

Oh, aku ingin sujud syukur sekarang juga.

Sembari menyaksikan detik-detik guru berkacamata tebal itu keluar, sembari juga aku ancang-ancang berlari.

Baru saja kakiku melangkah 2 kali, sebuah tangan menginterupsi membuatku sedikit terlonjak ke belakang.

Menoleh ke sang pelaku, aku mendapati seorang Mark yang tengah menatapku bingung.

"Kamu laper banget?"

Bagus, Mark. Kamu menahanku hanya untuk bertanya hal sesepele ini.

"Iya, itu kamu tau. Kenapa nahan aku kalau gitu?"

Ia tertawa kecil, menampilkan deretan gigi rapihnya yang katanya hasil dari memakai behel selama 5 tahun. "Ayo bareng."

Dan alhasil aku berjalan berdampingan dengannya menuju kantin.

Mark ini tipikal lelaki yang santai dalam berjalan, sedangkan posisiku kini hampir mati kelaparan.

Oh god, cobaan apa lagi ini.

"Eum... Mark," panggilku, ia menoleh dengan kedua alis terangkat.

"Bisa cepetan sedikit gak jalannya? Aku udah laper banget, ehe."

Ia tersenyum simpul sebelum akhirnya menarik lenganku menelusuri koridor dengan langkah lebar-lebar. Beberapa kali kami menabrak siswa lain, tapi kami berdua sama-sama tidak peduli dan tetap melangkah.

Huh, daritadi dong Mark.

Sesampainya di kantin, kami membagi tugas. Aku mencari tempat duduk dan Mark memesan makanan. Untungnya tidak lama mencari, aku langsung mendapatkan tempat yang lumayan strategis, dekat meja tengah.

Memang terbiasa, aku mengetukkan jemari secara bergantian di meja karena bosan.

Mataku menyipit, mencari keberadaan seorang Mark dari beratus murid yang ada di sini.

Ah, itu dia, sedang berbincang dengan lelaki tinggi berkulit putih di depan stan siomay.

Eh?

Mataku tambah menyipit. Mungkin orang lain mengiraku tertidur karena saking tipisnya jarak antara dua katup.

Aku gak salah lihat, kan?

Itu... cowok menyebalkan kemarin.

Mark kenal dengan cowok itu? Kok dia gak pernah cerita, sih? Eh, buat apa juga cerita, memangnya penting?

clumsy | winwin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang