diecinueve

5.1K 997 178
                                    

"Dapet info?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Dapet info?"

"Nggak."

"Huft...."

Kesekian kalinya aku menghela napas kasar dan kesekian kalinya jua aku mendapatkan jawaban yang sama.

Kak Sicheng nggak ada kabar.

"GPS-nya masih mati?" tanya Rendi.

"Masih, Ren," jawab Heri kemudian mengusak rambutnya ke belakang, pusing juga sepertinya.

Kini aku dan Mark dkk tengah berada di depan toko swalayan, duduk di tempat yang disediakan walau hanya Mark lah yang membeli minuman di toko tersebut.

"Apa kita bilang ke tantenya, nih?" usul Nana.

"Jangan, lah. Nanti dulu," tolak Kak Zeus. Yang paling tua sudah angkat bicara, jadi mau tidak mau kami rahasiakan dulu perihal kepergian Kak Sicheng.

Menggoyangkan kaki, aku menghirup udara sore dalam-dalam.

Senja sudah nampak, tapi Kak Sicheng masih belum ada kabar sampai sekarang.

Awalnya kami masih posthink kalau Kak Sicheng bisa saja mampir ke tempat lain dulu makanya telat datang. Ternyata sampai pulang sekolah pun cowok yang identik dengan keklasikan itu tetap tak terlihat eksistensinya di sekolah.

Kami sudah berkeliling mendatangi tempat yang katanya Mark sering didatangi Kak Sicheng.

Mark sudah pergi ke warnet yang katanya sering cowok chinese itu kunjungi, ternyata sudah lama ia tidak ke situ.

Rendi juga sudah ke toko buku tempat Kak Sicheng biasanya membaca dan meminjam buku. Jawabannya sama, sudah lama tidak datang ke sana.

Yang bikin aku kesal itu ponselnya sengaja dimatikan.

Kenapa, sih? Bikin khawatir aja!

"Udah sore, nih. Kita liat dulu aja dia bakal balik nggak nanti malam. Kalau nggak pulang, baru bilang ke tantenya sama lapor polisi." Kak Zeus beranjak dari duduknya dan memasang helm, niat pulang. Capek juga mungkin kesana-kemari tapi selalu berbuah tangan kosong.

"Oke," balas kami.

"Guys, duluan ya takut dicariin mami," pamit Kak Zeus.

"Aku juga duluan ya, nanti nggak ada tumpangan, hehe," lanjut Heri cengar-cengir sambil ngangkang, berusaha naik ke motor Kak Zeus yang tingginya udah kayak tiang listrik.

"Bisa nggak, Her?" tanya Kak Zeus, sepertinya risih karena sedaritadi motornya goyang-goyang terus gara-gara Heri.

"Bentar dong. Ck, ini motor tinggi banget udah kayak tipe idealnya doi," gerutu Heri.

"Itu mah kamunya aja kuntet, Her," celetuk Rendi, si mulut pedas. Heri langsung misuh-misuh sambil manyun.

"Aku pulang juga ya, Mark. Udah sore, badanku bau," timpal Rendi.

clumsy | winwin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang