seis

7.2K 1.3K 281
                                    

"Duluan, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Duluan, ya."

"Iya hati-hati."

"Duluan juga ya, bye."

"Iya, bye."

Aku hanya berdiam diri menyaksikan kepergian teman-teman Mark satu persatu. Sesekali jua tersenyum saat Nana dan Heri menepuk pundakku, pamit.

Pertemuan geng Mark telah usai. Pertemuan yang hanya kumpul-kumpul untuk santai bersama dan berbagi kisah masa remaja, terutama Heri yang menggebu-gebu saat menceritakan bahwa dirinya disuruh diet oleh ibunya.

Seru, walaupun aku hanya dapat mendengar tanpa turut berpartisipasi menceritakan kisahku.

Aku yang notabene-nya 'Anak rumahan' yang jarang—sangat jarang ikut kumpul-kumpul seperti ini pun akhirnya menyesal jarang ikut kegiatan seperti ini.

Seperti... kurang menikmati masa remaja.

"Jalan sekarang, nih?"

Atensiku kembali pada seorang Mark yang berdiri di hadapan.

"Ayo," jawabku.

Mark melangkah menuju motornya yang terparkir tidak jauh.

Suara bel pintu cafe berbunyi, tanda seseorang baru saja membuka pintu. Aku mendapati Kak Sicheng yang baru keluar dari sana dengan wajah linglung-nya.

"Loh, udah pada pulang?" tanyanya menatap sekitar yang sudah sepi.

"Udah, Kak," responku.

Kak Sicheng melirikku sejenak, kemudian mengangguk dengan pipi yang mendadak bersemu. Aku tidak tau mengapa, mungkin karena di luar sini panas. Sensitif sekali ya kulitnya? Putih, sih.

Tadi saat kami berpamitan di dalam, Kak Sicheng ijin ke wc, jadi dia baru keluar.

Deruman motor Mark yang berisik membuatku maupun Kak Sicheng menoleh padanya yang sudah siap dengan motornya di hadapan kami.

"Ayo," ujarnya. Aku pun langsung merangkak menaiki motor itu walaupun sedikit dibantu Mark, salahkan dia yang sok-sokan mengendarai motor sport, badan kuntet aja belagu.

Iya, tinggiku dan Mark hanya beda tipis. Tipis... sekali. Mungkin hanya beda 1 cm atau bahkan kurang. Ya walaupun masih tinggian dia, sih.

"Udah?" tanya Mark memastikan dan aku hanya bergumam mengiyakan.

"Duluan ya, Cong," pamit Mark sopan.

Aku hanya tersenyum pada Kak Sicheng yang masih berdiri di dekat kami.

Tapi kok dia memandangku dengan... sendu?

Ah, mungkin hanya perasaanku saja.

Baru saja Mark menarik pegas, sebuah tangan menginterupsi, menahan lengan Mark dengan cepat. Membuatnya mengerem mendadak dan membuatku sedikit terkejut hingga hampir menubruk kepala Mark yang tidak memakai helm.

clumsy | winwin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang