veintidos

5.1K 1K 64
                                    

Lokasi yang ku kira dekat ternyata hanya angan belaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lokasi yang ku kira dekat ternyata hanya angan belaka. Yang ku perkirakan jam 10 sudah sampai bahkan hingga kini, tengah malam kami masih menelusuri hutan.

Semuanya tertidur, kecuali aku dan pastinya Mark yang menyetir.

Aku bingung, bagaimana para lelaki ini bisa tidur di situasi seperti ini? Aku saja sedaritadi bolak-balik menggigiti kuku, mengurangi perasaan kalut yang berlabuh.

"Masih jauh, Mark?"

"Dikit lagi, Dyr."

"Oke."

Aku mengangguk paham walau dalam hati mulai bertanya-tanya.

Dikit lagi? Mau sedalam apa kami menyusuri hutan?

Keadaan yang gelap nan mencekam membuat bulu kudukku sempat merinding. Bahkan juga beberapa kali was-was takut ada wujud wujud yang muncul mendadak. Dan untungnya tidak ada. Mark juga lihai mengendarai mobil di penerangan minim yang hanya mengandalkan lampu sorot mobil saja.

Radio sudah dimatikan sejak tadi karena sinyal yang putus-putus. Membuat mobil benar-benar sunyi. Hanya ditemani suara dengkuran-dengkuran halus dari orang-orang yang tertidur. Eh, tapi Heri mah dengkurannya kayak sapi mau dipotong gitu, seram.

Badanku yang sudah lemah lunglai karena mulai mengantuk tersentak ke depan saat mobil Mark tiba-tiba berhenti. Membuat para penumpang di jok belakang terpental karena tidak memakai seat belt. Bahkan aku mendengar sebuah kepala yang terantuk bangku.

"Mark, kenapa sih?" tanya Kak Zeus yang lebih cenderung ke sewot sembari mengelus anak rambut yang menutupi dahinya. Ah, dia rupanya.

"Kalau ngerem yang selow dong masnya. Emang situ mau tanggung jawab atas kegantengan Nana yang hilang akibat sebuah benjolan di dahi?" timpal Nana tak terima juga.

Mark nampak tak peduli, ia malah mengusak rambutnya ke belakang.

Masih mau tebar pesona di hutan, nih? Kalau yang kepincut bukan sealam aku nggak tanggung jawab lho ya.

"Kita udah nggak bisa naik lagi, guys. Mobil nggak bakal kuat ke atas, pepohonan juga makin lebat...," lirihnya di akhir kalimat.

Oke. Aku suudzon tadi.

Astagfirullah.

"Hngg, ada apa ini?" tanya Rendi yang baru bangun dari alam mimpi seraya mengusak matanya imut.

"Emang posisinya Kak Sicheng terakhir dimana, Mark?"

"Di atas gunung. Bener-bener dekat puncaknya."

Semuanya terlihat menghela napas putus asa. Raut mereka lelah bukan kepalang, bahkan lingkaran hitam samar-samar sudah tercetak pada kantung mata Mark yang sedaritadi tidak istirahat.

Astagfirullah Kak... Kenapa harus ke puncak gunung, sih?

"Terus gimana?" tanyaku bingung. Kita sudah sampai sejauh ini tapi nggak mencari Kak Sicheng? Sia-sia banget air mataku tadi!

clumsy | winwin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang