treinta y uno

5.2K 931 69
                                    

"Duh, Kak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Duh, Kak. Aku gugup...."

"Tarik napas coba."

"Aaah gak bisa gak bisa aku panik!"

"Ya jangan panik, Dyra...."

"Nggak bisa, Kak. Aku gugup ini...."

"Kenapa gugup, sih? Adik aku nggak gigit, Dyr. Astaga...."

"Ih bukan gitu! Aku kan nggak bisa bahasa mandarin!"

"Kan ada aku sama Lele sebagai penerjemah."

"Ya tetep aja...."

"Ck. Udah ayo."

Aku hanya bisa pasrah kala jemariku ditarik lembut, membuntuti Kak Sicheng masuk ke dalam rumah megah Chenle yang nggak ada bedanya dari terakhir kali aku ke sini.

Masih bagus, masih mewah, masih bersih, masih sepi juga.

Di pertengahan jalan, Kak Sicheng berhenti. "Lele?" panggil nya sedikit teriak.

"Di ruang tamu, Koh!" disahut suara nyaring yang bukan lain adik sepupunya itu.

Aku menarik diri, menolak saat Kak Sicheng berniat menggiringku kembali.

"Kak...," lirihku ragu diikuti gelengan samar.

Laki-laki yang masih berbalut seragam sekolah dan jaket bomber itu hanya diam menatapku. Nggak ada ekspresi bertanya-tanya, kesal, atau nggak suka sama sekali. Dan ibu jarinya malah mengelus pelan punggung tanganku yang masih di dalam genggamannya.

Dia ngasih aku waktu untuk siap.

Dan memang itu yang aku butuhin sekarang.

Mungkin agak lebay, tapi memang itu kenyataannya. Mau dikenalin sama orang pentingnya mas crush memang segugup itu.

"Udah?" tanya Kak Sicheng, menatap aku kepalang lembut.

Setelah beberapa kali menarik napas, merapalkan doa dan memantapkan hati, akhirnya aku mengangguk mantap.

Aku siap.

"Yuk."

Kita melanjutkan langkah ke ruang tamu dan rasanya aku mau tenggelem ke inti bumi aja saat manik ini bersibobrok dengan manik perempuan yang sedang duduk manis di sofa mahal digeleyoti Chenle di sampingnya.

Antara malu sama minder.

Malu karena perempuan itu emang perempuan yang aku pergokin jalan sama Kak Sicheng di mall kemarin. Dan perempuan itu juga yang ngeliat betapa egoisnya aku yang ujug-ujug teriak teriak di mall tanpa mau dengar alasan dari Kak Sicheng.

Dan minder... karena dia emang secantik itu. Benar-benar kayak boneka. Aku sih nggak ada apa-apanya, deh. Se-kotoran kuku nya juga nggak, kayaknya.

Keluarga Kak Sicheng cakep cakep semua ya....

"Mbak Dyra!" sambut Chenle yang langsung beranjak dan merangkul manja lenganku.

clumsy | winwin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang