part 8

14.6K 709 8
                                    


"Itu kan bang Rian" kata Juna saat melihat ke bawah lapangan.

"Itu bang Rian main basket?" Ucap Leo tidak percaya.

"Dia main sama siapa tuh?" Tanya Arif.

"Wih keren juga tuh cewek" kagum Juna melihat permainan basket antara dua orang di bawah sana.

Reigan hanya diam memperhatikan permainan basket antara bang Rian dan cewek yang tidak dikenalinya.

"Kok bang Rian mau main basket lagi, bukannya dia trauma bola basket ya?" Heran Leo yang merupakan adik dari Rian.

"Pasti karena itu cewek" kata Juna yang mendapat tatapan bingung dari teman-temannya.

"Maksud Lo?" Tanya Leo.

"Mungkin aja bang Rian suka sama tuh cewek" jawab Juna.

"Ngaco lu, kakak gue mau di kemana'in" timpal arif sambil menggeplak kepala Juna. Kakak Arif adalah tunangan dari Rian. Rian ada di sekolah mereka karena ia juga seorang guru baru. Rian, Bima, Andre, dan juga Gerald adalah sahabat yang menjadi guru sementara di sekolah itu.

"Gue jadi kepengen main juga ngeliat mereka" kata Arif.

"Gue ikutan ah" lanjutnya lalu berbalik dan lari menuruni tangga. Teman-temannya pun ikut termasuk Reigan yang dari tadi diam saja.

Di lapangan basket..
"Hah..udahan dong kak, gue capek nih" kata Gisel sambil mengusap peluh di keningnya.

Siswi yang bermain dengan Rian adalah Gisel. Mereka bertemu saat Gisel dengan sengaja memanjat pagar untuk bolos. Gisel yang tidak mau dihukum begitu saja oleh guru baru akhirnya memberikan tantangan, dan tantangannya adalah main basket. Gisel memilih basket karena sebelumnya ia menanyakan olahraga apa yang tidak disukai oleh Rian dan Rian menjawab basket. Sebenarnya itu hanya jebakan, tapi Gisel tidak menyangka Rian bisa sehebat itu main basket.

"Bukannya yang nantangin main itu Lo yah?" Kata Rian mendelik.

"Lo nipu gue tau nggak. Katanya gak suka basket, eh ini malah jago main basket" kata Gisel bersungut-sungut.

Rian terkekeh lalu menghampiri Gisel dan mengacak-ngacak rambutnya. Sedetik kemudian Gisel dibuat terkejut. Rian mengangkat pinggang Gisel dan memutar tubuhnya sambil tertawa.

"Eh eh, kak Rian ntar gue jatuh" pekik Gisel sambil memeluk erat leher Rian.

Rian pun menurunkannya namun kembali memeluknya dengan erat.

"Lo kenapa sih" Gisel berusaha melepas pelukan Rian.

"Makasih makasih makasihhh" Rian malah mempererat pelukannya.

"Ya ini lepas dulu dong, sesek nih" kata Gisel.

Rian pun melepas pelukannya dan tindakan Rian selanjutnya benar-benar membuat Gisel speechless termasuk Arif yang baru saja sampai di pinggir lapangan dan teman-temannya yang berada di belakang.

"Hiii ngapain Lo nyium gue" pekik Gisel setelah sadar dari speechless nya.

Rian mencium kedua pipi Gisel yang tentunya membuat Gisel mematung sesaat.

"Itu hadiah karena udah ngilangin trauma gue. Pokoknya setelah ini Lo boleh minta apa aja deh, ntar gue traktir" kata Rian dengan senang hati.

"Trauma, maksudnya Lo trauma bola basket?" Tanya Gisel terkejut.

Rian menganggukkan kepalanya dengan semangat.

"Astaga..sorry sorry gue nggak tau" kata Gisel dengan panik.

"Hei nggak papa, sekarang trauma gue udah sembuh berkat Lo. Jadi gue ucapin makasih sebanyak-banyaknya" ucap Rian menenangkan Gisel yang sedang panik.

"Lo beneran kan udah sembuh, nggak terjadi apa apakan?" Tanya Gisel yang masih ragu.

"Sumpah gue udah sembuh, gue bisa main basket lagi" kata Rian dengan gembira.

Gisel ikut senang dengan kesembuhan Rian dari trauma. Kemudian matanya tak sengaja menangkap beberapa cowok sedang berdiri di pinggir lapangan sambil memperhatikan dirinya dan Rian.

"Kak Rian..kakak..kenal mereka?" Tanya Gisel pada Rian.

Rian langsung mengikuti arah objek yang dipandang oleh Gisel.

"Ohh mereka itu adik kakak"

"Ha" Gisel gagal paham.

"Maksudnya mereka itu adik-adiknya kakak. Bukan semuanya sih, Lo liat yang pake headband itu adek gue, yang lainnya udah gue anggap adek juga. Oh dan satu lagi yang tampilannya rapi itu adek ipar gue, masih calon sih sebenarnya" jelas Rian panjang lebar. Kemudian Rian memanggil mereka, Leo dan teman-temannya.

"Sejak kapan kalian ada di sana?" Tanya Rian saat keempat cowok itu sudah ada di depannya.

"Sejak Lo pelukan sampe cium-cium pipi" jawab Reigan dengan santai.

Rian langsung tersenyum kikuk apalagi menyadari ada calon adek iparnya yang melihat tingkahnya tadi.

"Ah itu gue seneng banget jadi gue spontan aja meluknya" kata Rian.

"Ciumannya juga spontan ya" celetuk Juna.

Rian hendak menjawab namun didahului oleh Leo.

"Itu mah modusnya aja pengen cium cewek sembarangan" kata Leo.

"Paan sih lo, itu emang udh jadi janji gue"

"Eh Lo ngapain masih di sini pergi sana" sentak Leo pada Gisel yang berdiri di sebelah Rian.

"Siapa Lo ngusir-ngusir gue?" Tantang Gisel pada Leo.

Leo yang sikapnya memang gampang emosi langsung terpancing oleh perkataan Gisel.

"Heh Lo itu cuman adek kelas ya, jadi nggak usah belagu. Lo itu nggak ada apa-apanya" ucap Leo sambil menunjuk Gisel.

"Ouh nggak ada apa-apanya ya?" Gisel yang memang menyimpan dendam untuk orang-orang di depannya sekarang langsung saja menendang mereka satu persatu kecuali Rian. Keempatnya jatuh tersungkur di lapangan basket. Dan tanpa mengatakan apapun lagi, Gisel langsung pergi dari hadapan mereka.

Sungguh pemandangan itu sangat luar biasa bagi para siswa siswi di sekolah itu yang kebetulan sudah keluar dari kelas karena jam istirahat.

Thanks
🏰

Badgirl Is Mom?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang