Satu tahun kemudian...
Gadis itu menggedong bayi yang berumur sekitar satu setengah tahun. Entah sejak kapan bayi itu tertidur dalam gendongannya. Ia membawa bayi itu ke dalam kamar dan perlahan meletakkannya di atas kasur. Ia menyusun bantal di sekitar tubuh si bayi.
Gadis itu mencium kening si bayi lalu keluar dari kamar. Ia kembali ke ruang tengah dan bergabung dengan beberapa orang di sana.
"Gege udah kamu tidurin?" tanya wanita paruh baya pada gadis itu.
"Udah ma," jawab gadis itu lalu mendudukkan dirinya di samping sang mama.
Keadaan tiba-tiba hening. Tak ada yang membuka mulut. Rasanya selama setahun berlalu, banyak yang berubah. Apalagi di saat kesalahpahaman membuat beberapa orang perlahan menjauh.
Gadis itu menghembuskan napasnya dengan kasar.
"Kalian ini, sampai kapan mau diem-dieman? Gak bosan apa?" Gadis itu memandangi dua sosok laki-laki di depannya dengan jengah.
Dua laki-laki itu tak menjawab. Yang satu pura-pura sibuk dengan handphonenya, yang satu lagi cuma santai nyenderin punggungnya di sofa dengan mata terpejam.
"Mama ke dapur dulu ya. Kalian terusin aja obrolannya!"
"Obrolan apaan? Dari tadi gue nanya, dikacangin."
Gadis itu menatap tajam ke salah satu dari mereka. "Woi. Lo yang lagi pura-pura main hp." panggilnya pada cowok yang memakai kaos lengan panjang.
Merasa terpanggil, cowok itu langsung mengangkat kepalanya dan menatap jengah cewek yang sedang menatapnya dengan tajam. Cowok itu berdecih lalu kembali fokus pada handphonenya.
"Heh, Lo berdua jawab gue napa sih!" kata gadis itu dengan kesal.
"Serah." Cowok yang sedari tadi hanya menyender di sofa, langsung bangkit dan meninggalkan dua orang itu.
"Gue pulang. Salamin sama tante!" Cowok yang satunya pun ikutan berdiri dan meninggalkan gadis itu sendirian.
Cewek itu hanya melongo di tempatnya. "Mereka pada kenapa sih?"
***
Cowok dengan kemeja kotak-kotak itu hanya terdiam melihat pemandangan di depannya. Bukan, bukan pemandangan indah. Namun pemandangan yang membuat siapa saja melihatnya tidak bisa membayangkan bagaimana seseorang itu selamat dari kecelakaan maut.
Beberapa selang terpasang ditubuhnya. Perban di kepala, tangan dan juga kaki. Sudah setahun, namun mata itu belum juga terbuka.
Dokter keluar dari ruangan itu.
"Bagaimana keadaannya dok?" tanya cowok itu.
"Tubuhnya merespon dengan baik. Kita tinggal menunggu kapan ia akan sadar," jawab dokter itu sambil tersenyum lalu permisi untuk pergi.
Cowok itu mengembangkan senyumnya. Cewek yang selama setahun ini ia jaga, akhirnya akan terbangun dari komanya.
Ia akan menyampaikan kabar gembira ini pada semua orang. Keluarganya, tentu saja.
***
Di tempat lain, seorang cowok sedang tersenyum. Bukan senyum bahagia. Senyum getir, lebih tepatnya. Ia sungguh tak percaya dengan apa yang diketahuinya beberapa bulan lalu.
Mungkin apa yang dialami sang adik adalah karma baginya. Bukan, bukan karma karena sang adik telah melakukan kesalahan, tapi cowok itu, kakaknya yang telah membuat kesalahan di masa lalu. Bahkan sampai sekarang kesalahan itu berdampak pada seseorang.
Kini adiknya lah yang menanggung karma itu. Adiknya mengalami hal serupa dengan orang yang pernah mengalami kecelakaan karena dirinya. Walau bukan dia satu-satunya penyebab hal itu terjadi, tapi tetap saja ia turut terlibat dalam kejadian itu.
"Maafin kakak, Cit!" katanya dalam keheningan ditemani dinginnya malam.
Ia berbalik masuk ke dalam kamar. Menutup pintu balkon lalu menguncinya.
***
Perlahan mata itu terbuka. Tubuhnya terasa kaku dan sakit di beberapa bagian.
"Ma..ma," lirihnya memanggil sang mama.
Seseorang yang kebetulan baru masuk ke ruangan itu, langsung berteriak memanggil dokter.
"Dek, kamu sudah sadar." Cowok itu begitu antusias memandangi sang adik.
Dokter datang dan langsung memeriksa keadaan cewek itu.
Sedangkan cowok tadi, ia berlalu keluar dari ruangan dan menelpon orangtuanya.
"Alhamdulillah, adik anda sudah terbangun dari komanya. Kami akan selalu memantau keadaanya hingga benar-benar pulih," kata dokter itu keluar dari ruangan setelah memeriksa keadaan sang pasien.
"Makasih dok." Cowok itu menyalami tangan sang dokter.
"Sama-sama. Saya permisi dulu." Dokter itu pun pergi.
Cowok itu kembali masuk melihat keadaan sang adik. Dengan perlahan ia mendekat.
"Ka..kak," lirih cewek itu.
"Hei, kakak disini," kata cowok itu dengan mata berkaca-kaca. Sungguh ia sangat merindukan suara adiknya itu.
"A..ir," ucap cewek itu dengan suara lemahnya.
"Tunggu ya, kamu baru bangun. Nanti kakak tanyain sama dokternya, kapan boleh minum." Cowok itu mengusap kepala sang adik dengan lembut.
Cowok itu merasa sangat beruntung, lega atau apapun itu yang menggambarkan perasaan senangnya. Luka yang dialami sang adik di bagian kepala, dulu membuatnya sangat khawatir. Khawatir jika sang adik akan mengalami amnesia atau lupa ingatan.
Tapi hari ini, ia benar-benar bersyukur. Adiknya itu masih mengingat dirinya yang bahkan sudah beberapa tahun tidak bertemu.
.
.
.
.Nah loh, udah setahun aja nih cerita🤣🤭
Gimana kabarnya semua, baik kan?. Alhamdulillah 😊Maaf ya telat update, lagi bingung nih sama lanjutannya:/, dan juga jaringan disini benar-benar jelek:((. Komennya gak saya balas, bukannya sombong atau malas buat bales, tapi disini jaringannya bener-bener gak bisa diajak kompromi :'(.
Saya gak tau nih, masih ada yg setia nunggu update-an dari saya atau udh ada yg minggat:'). Tapi yang pasti, makasih buat kalian yg udah ngasih vote ataupun komen cerita ini mulai dari awal hingga sekarang:))
Next...
KAMU SEDANG MEMBACA
Badgirl Is Mom?
Novela JuvenilMemiliki anak di usia muda bukanlah hal yang diharapkan Gisel, apalagi mengingat bagaimana anak itu bisa hadir ke dunia. Dan karena anak itu, masalah datang dalam hidupnya. Apalagi saat sahabatnya mengetahui ia memiliki bayi. Dan yang menjadi teka-t...