Part sebelumnya..."Gimana, udah tau kabarnya?" tanya cowok berkaos oblong.
"Hm."
"Jadi, Lo mau ngapain?"
"Hhh, entahlah." Cowok dengan wajah tenang itu hanya mengangkat bahu.
"Terus ngapain Lo masih disini? Balik sana ke negara Lo!"
"Negara Lo juga kan?"
"Ehh iya ya. Haha, kayaknya gue amnesia mendadak."
"Gaje banget Lo. Sana mandi! Badan Lo bau bangke. Udah dua hari nggak mandi, pantes gak ada yang mau sama Lo."
"Helahh emang Lo ada? Sama aja kan? Dasar jomblo!"
"Udah sana pergi! Gue mau nelpon Citra dulu. Mau liat wajah tampan anak gue."
"Idihh emang Lo bapaknya? Gak usah ngaku-ngaku Lo."
Cowok itu cuek saja lalu mengambil hp dan menelpon seseorang via vc.
_____
"Ngapain lagi sih, Rei, nelpon-nelpon?" Muncul wajah cewek dengan ekspresi kesal.
"Yaelah, Cit ... Gue nelpon kan bukan buat ngomong ama Lo, sewot amat sih," ujar Cowok yang ternyata adalah Reigan.
Citra yang berada di seberang sana merotasikan bola matanya.
"Eh, Lo nelpon gue udah beberapa kali dalam sehari, tau nggak!"
"Tau. Udah ah, mana anak gue?"
"Dihh, sok-sokan Lo jadi bapak."
"Bacot Lo, mana Gege?"
"Tidur, capek dia abis main."
"Hhh, yaudahlah. Gue telpon lagi nanti, bye." Reigan langsung memutuskan sambungan.
Sementara itu, Citra sudah mencak-mencak menyumpah serapahi Reigan.
"Dasar kampret, Reigan buluk, liat aja gak bakal gue angkat lagi telpon dari Lo," ucap Citra memelototi HP-nya.
Kemudian ia menengok ke lantai di mana ada seorang balita yang sedang bermain di sana. Dengan wajah tersenyum, Citra menghampiri Gege. Sudah jelas bahwa ia berbohong pada Reigan.
"Gege lagi main apa?" tanyanya yang tentu belum bisa dijawab oleh Gege.
Gege hanya bergumam tidak jelas sambil menghentak-hentakkan mainannya ke lantai.
"Mam..mam..mam."
Citra meraih tubuh Gege hingga mainan di tangannya terlepas. Ia mengangkat Gege lalu menggendongnya.
"Gege mau makan?"
"Brr..brr..mammam."
"Ngomong apa sih sayang?" Citra terkekeh geli mendengar gumaman Gege.
"Ayo, tante ambilin bubur buat Gege." Citra beranjak ke dapur dan menyiapkan makanan untuk keponakannya itu.
***
Kamar Gisel
Freeza memasuki kamar Gisel tanpa suara. Adiknya itu masih terlelap sejak mereka pulang.
Ia mendekat lalu duduk di tepi ranjang. Memandangi adiknya dengan lekat, lalu menghela napas. Tangannya terjulur mengusap kepala sang adik. Hingga kemudian mata itu mengerjap sadar.
"Kak?"
"Akhirnya kamu bangun juga," ujar Freeza tersenyum lembut.
Gisel membalasnya dengan senyum tipis. "Mereka semua udah pulang?" tanyanya seketika.
"Sudah." jawab Freeza.
"Kamu lapar nggak? Kakak ambilin makanan ya?" lanjutnya hendak berdiri namun ditahan oleh Gisel.
"Nggak kak. Tetap di sini, temenin Gisel!" Gisel memohon tanpa menatap Freeza.
Tanpa perintah, Freeza langsung membantu Gisel agar bersandar.
"Kenapa?"
"Apa?"
"Kenapa nggak pernah hubungin kakak waktu kamu pergi dari rumah?"
Gisel terdiam dan kaget mendengar pertanyaan tiba-tiba dari kakaknya.
"Jawab Gisel!" tatapan Freeza berubah menjadi tajam.
Gisel tidak berani menatap mata kakaknya itu. Hingga tiba-tiba wajahnya dipaksa untuk menatap mata itu.
"Liat kakak Gisel!" Freeza membingkai wajah Gisel dengan sedikit cengkraman.
Terdengar ringisan dari Gisel, tapi Freeza sepertinya tidak peduli. Mata Gisel sudah berkaca-kaca. Namun, ia masih belum menjawab pertanyaan kakaknya itu.
Melihat Gisel yang hampir menangis, Freeza langsung melepaskan cengkraman tangannya. Cowok itu kemudian menghembuskan napas kasar.
"Gisel!" panggil Freeza
"Siapa anak itu? Siapa orangtuanya?" lanjutnya dengan tegas.
Gisel menutup rapat mulutnya. Pandangannya ia tundukkan. Sungguh, ia tidak menduga pertanyaan itu akan terlontar dari mulut kakaknya.
"Kenapa kamu diam? Anak itu bukan anak kamu kan?"
Melihat Gisel yang tidak mau menjawab akhirnya Freeza bangkit dan langsung meninggalkan Gisel keluar kamar.
Gisel menggigit bibir bawahnya menahan tangis. Tangannya mencengkram seprai erat.
"Dia memang bukan anak gue!"
***
Setelah keluar dari kamar Gisel, Freeza langsung menghubungi seseorang yang pernah mendatanginya beberapa hari lalu.
"Halo."
"...."
"Saya mau kamu menceritakan semuanya."
"...."
"Atur saja waktu dan tempatnya. Dan segera hubungi saya."
"...."
Freeza mematikan sambungan telepon. Kemudian beranjak ke kamarnya yang bersebelahan dengan Gisel. Menunggu cowok itu menghubunginya kembali.
.
.
.
.
.Maafkan aku yg kelamaan update😣
Mau ungkapin kekesalan kalian, silahkan. Cerita ini jga alurnya udh ga jelas. Eh, emang dari awal udh ga jelas ya😞Tapi, sampai sejauh ini merasa sangat bersyukur. Walaupun ceritanya absurd, masih ada yg mau baca😗
Makasih untuk vote dan komen-nya :)Next..
KAMU SEDANG MEMBACA
Badgirl Is Mom?
Teen FictionMemiliki anak di usia muda bukanlah hal yang diharapkan Gisel, apalagi mengingat bagaimana anak itu bisa hadir ke dunia. Dan karena anak itu, masalah datang dalam hidupnya. Apalagi saat sahabatnya mengetahui ia memiliki bayi. Dan yang menjadi teka-t...