Sama dengan part-part sebelumnya, part ini nggak ada yang spesial dan juga masih pendek🙂
Oh iya, kalau lupa sama part sebelumnya.. bisa dibaca ulang trus sambung ke part ini. Kali aja ada yang lupa, saking lamanya baru up🙂
***
"Tega kamu, Gisel." Freeza memandangi Gisel dengan tatapan kecewanya.
"Sampai bertahun-tahun kamu nutupin semua ini dari kami, keluarga kamu sendiri."
"Kakak nggak habis pikir, kamu bisa ngelakuin ini semua."
"Kakak kecewa sama kamu."
Freeza langsung keluar dari kamar setelah mengungkapkan kekecewaannya pada Gisel.
"Kak ... Kak Reza!" panggil Gisel sambil berusaha untuk bangun dari kursi rodanya.
Mata Gisel sudah berlinangan air mata. Benar-benar menyedihkan.
"Akh...." Gisel terjatuh dan memekik kesakitan pada kakinya.
"Ya ampun, Gisel." Mama Nita langsung membantu Gisel untuk naik kembali ke kursinya.
"Ma... Kak Reza ma, hiks. Dia pasti marah sama Gisel, hiks," ucap Gisel sambil sesenggukan.
"Udah nggak papa." Mama Nita hanya mengelus punggung putrinya itu. Ia sendiri masih shock.
Gisel menenggelamkan wajahnya di pelukan sang mama. Menangis di pelukan sang mama lebih baik untuk saat ini.
"Ma, aku capek. Mau tidur."
"Tidur aja sayang." Mama Nita membelai lembut kepala Gisel.
Gisel benar-benar terpejam dalam pelukan sang mama.
***
Di lain tempat—rumah Citra—sedang terjadi kepanikan yang melanda setiap orang di rumah itu. Pasalnya, Gege mengalami demam tinggi sedari pagi. Awalnya, Citra mengira jika itu hanya demam biasa yang dialami anak-anak. Tetapi, semakin lama demamnya semakin tinggi, dan kini bocah itu terkulai lemah dalam dekapan Citra.
Gerald yang sedang menyetir mobil menuju rumah sakit sesekali menengok ke arah kaca yang menampilkan Citra dan Gege. Tadinya ia sedang ada kerjaan di luar, hingga tiba-tiba sang adik menelpon dan berkata bahwa Gege mengalami demam tinggi.
Mamanya yang duduk di samping Citra terlihat sesekali menempelkan tangannya pada kening dan leher Gege.
"Panas banget ini! Gerald, cepetan bawa mobilnya, mama khawatir terjadi sesuatu dengan Gege!"
"Gege udah dititipin ke mama, dia tanggung jawab mama ... tapi melihat keadaannya kayak gini, mama merasa gagal. Mama takut, mamanya Gisel pasti akan kecewa sama mama." Wanita paruh baya itu menatap Gege dengan sendu, hingga ia tidak sadar perkataannya mengundang tatapan bingung dari sang anak perempuan.
Gerald sendiri semakin cepat memacu kendaraannya agar sampai di rumah sakit. Perkataan mamanya itu pasti mengundang tanya bagi Citra.
"Maksud mama?"
Yahh, yang barusan bertanya adalah Citra. Tentu saja dalam keadaan ingatan yang belum pulih ia tidak mengetahui apa-apa.
Mamanya tersadar. Dan langsung mengalihkan pandangan ke depan. "Nggak, bukan apa-apa. Gerald, rumah sakitnya masih jauh?" jawabnya mengalihkan.
"Udah di depan ma, bentar lagi."
Citra yang merasa mamanya enggan menjawab, memilih untuk bungkam. Panas di tubuh Gege membuat tubuhnya ikut kepanasan.
Akhirnya mereka sampai di rumah sakit. Dengan tergesa-gesa keluar dari mobil, Citra menggendong Gege masuk ke rumah sakit.
"Dok ... Dokter," teriak Citra menghampiri seorang dokter.
"Tolong ponakan saya, dok! Dia demam tinggi dan sampai sekarang demamnya nggak turun-turun." Jelas Citra.
Gerald dan mamanya menyusul Citra yang begitu cepat berlari menggendong Gege.
Dokter memanggil suster untuk membawakan ranjang pasien. Citra meletakkan Gege di atas ranjang itu. Suster pun membawa Gege masuk ke dalam ruangan khusus.
"Mbak tunggu saja ya, kami akan melakukan yang terbaik untuk ponakan mbak." Dokter itu pun ikut masuk ke dalam ruangan.
Citra mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang ada di depan ruangan. Mama dan kakaknya pun turut duduk di sana.
"Cit, sejak kapan Gege mulai demam?" tanya Gerald.
"Dari tadi pagi," jawab Citra lemah.
"Ya ampun, Citra." Geram Gerald. "Kenapa kamu nggak bilang? Demam sama anak seumuran Gege itu nggak bisa dianggap sepele." Lanjutnya.
Citra hanya menunduk menyesal atas tindakan cerobohnya. "Aku nggak tau jadinya bisa kayak gini."
Gerald menghela napas lelah. Akibat dari tindakan ceroboh Citra itu bisa saja fatal. Demam pada anak-anak bukan hal sepele, bisa saja itu demam berdarah atau penyakit berbahaya lainnya yang menyerang anak-anak.
"Sudah, yang penting sekarang Gege ditangani sama dokter. Kita doakan saja biar nggak ada masalah serius yang menimpa Gege." Mama mengelus sayang pundak Citra yang duduk di sampingnya.
Citra mengangguk lalu memeluk sang mama. Mamanya pun memberikan pelukan menenangkan khas seorang ibu. Gerald yang juga duduk bersama mereka tampak tidak peduli, dan memilih menyandarkan punggungnya dengan mata terpejam.
"Oh iya, Reigan nggak usah diberitahu. Biarkan dia selesaikan urusannya dulu," ucap mama membuat kedua anaknya itu mengangguk.
***
.
.
.
.Next...
Yang mau nungguin next (bisa sampai berbulan-bulan) dipersilakan:) Yang nggak bisa nunggu, bisa sejenak ditinggalkan... nanti balik lagi yaa😗
Ceritanya gini-gini aja yaa, kayak nggak ada yang menarik😆tapi lanjut aja lah.. udah jauh juga😮
Salam
Author yang update suka-suka:*

KAMU SEDANG MEMBACA
Badgirl Is Mom?
Teen FictionMemiliki anak di usia muda bukanlah hal yang diharapkan Gisel, apalagi mengingat bagaimana anak itu bisa hadir ke dunia. Dan karena anak itu, masalah datang dalam hidupnya. Apalagi saat sahabatnya mengetahui ia memiliki bayi. Dan yang menjadi teka-t...