Decakan basah, berasal dari kedua pria yang saat ini tengah berciuman dengan mesra itu. Seorang pria manis menatap sayup seorang pria yang kini memeluk punggungnya dengan sangat intens, merapatkan jarak di antara kedua pria itu, sangat dekat dan gejolak panas itu mulai menguasai keduanya.
Ketika keduanya bertatap-tatapan, mata pria manis itu menatap dalam pria yang berada di hadapannya, sampai akhirnya pria itu menuntunnya untuk merebahkan diri di atas tempat tidur pada kamar hotel yang tengah keduanya singgahi saat ini.
Tangan sang dominan itu, dengan cepat melucuti pakaiannya lawannya, berserta pakaiannya sendiri. Sebelum merangkak naik dan menekankan tubuhnya pada pria yang ada di bawahnya, hingga menimbulkan sedikit desahan yang keluar dari mulut pria itu.
"Aahhh...."
Pria berkulit Tan tadi mengeluarkan senyuman miringnya menikmati wajah tidak tenang dari lawannya, sampai akhirnya pria tadi menggodanya dengan menekan-nekan miliknya yang sudah entah dari kapan menegang itu ke arah lawannya.
Hingga sang pria manis tadi, melingkarkan kakinya ke arah pinggul pria berkulit Tan tersebut, menekankan milik keduanya lagi. Membuat libido keduanya semakin meningkat, nafsu mereka sudah mengalahkan segalanya.
Tanpa aba-aba apapun, pria berkulit Tan melesakkan penisnya meluncur masuk ke dalam hole lawannya, tanpa persiapan apapun. Hingga pria berparas manis itu mengaduh kesakitan, akan rasa perih dan menyakitkan itu menyatu, saat pria yang ada di atasnya itu mengoyak tubuh bagian bawahnya.
"Aaahhh, SAKIT! Apa yang kau lakukan, hah!"
Rintihan pelan keluar dari pria manis itu, karena sesuatu yang menyakitkan di bawah sana, meskipun hal itu bercampur dengan sesuatu yang hampir juga membuatnya gila.
"Oh, kenapa? Apa aku harus berbuat lembut padamu? Jangan harap! Kau hanya jalang yang aku bayar untuk malam ini, jadi tidak usah bertingkah."
Jalang?
Mendengar kata-kata keluar dari mulut orang yang melakukan seks dengannya, membuat pria itu kesal, dan mencoba untuk melepaskan dirinya, dari kukungan sang lawan. Pria manis itu benar-benar merasa terhina saat ini.
"Menyingkir dariku."
"Ssssttt, jangan berisik. Kau sangat sempit, sayang."
Pria manis yang berada di bawah kukungan pria tampan itu hanya menatap pria tadi dengan tatapan tajam, seolah ingin membunuhnya. Memangnya dia pikir seorang Arthit itu, seorang pria murahan harusnya yang menjual dirinya hanya karena uang semata.
Ya, pria manis itu adalah Arthit. Anak sulung dari Krist dan Singto, seseorang yang tiba-tiba terjebak dalam kisah ini, bersama pria kurang ajar, yang tidak tahu diri, bahkan mengiranya seorang jalang.
Bukankah itu bodoh, jika pria tadi mengiranya menjual diri karena uang. ayahnya bisa memberikan apapun yang dirinya mau, dia tidak miskin bahkan murahan. Apa pria itu benar-benar tidak bisa membedakan mana yang berkelas dan tidak.
"Lepaskan aku, Brengsek!"
"Tidak! sebelum aku puas!"
Sang pria berkulit Tan itu terus meneroboskan dirinya masuk, mencari kenikmatannya sendiri, mengabaikan seseorang di bawahnya.
"Menyingkir dariku, jika tidak aku pastikan kau akan mati nanti, kau salah mencari orang untuk kau perlakukan seperti ini! kau tidak tahu siapa aku!"
"Oh, memang kau siapa?"
Arthit mencoba untuk memberontak, dari sang dominan itu, jika tahu kejadiannya seperti ini, dia tidak akan pernah melakukan hal bodoh tadi.
"Aku tahu, kau seorang jalang kan?"
"Bangsat! Menyingkir aku bilang!"
Akan tetapi pria tadi tidak memperdulikan apa yang Arthit katakan, dan justru mengerakkannya dirinya dengan kasar, serta tidak beraturan. Hingga pria manis itu mencengkram erat seprai yang di tiduri olehnya, desahan demi desahan pelan pun lolos dari mulut pria manis itu.
"Aaahhh...."
"Kau menyuruhku menyingkir? Tapi kau mendesah dibawahku."
"Akuuu ... Aahhh ...."
Pria itu terkekeh mendengarnya, dan terus mengentak-entakkan dirinya, di dalam hole pria itu. Tidak memperdulikan penolakan dan pemberontakan Arthit.
Siapa yang menyuruh pria sok bermartabat itu, menggodanya tadi. Sekarang rasakan saja, dia tidak akan pernah mau melepaskan pria itu sampai dirinya puas. Tidak akan pernah!
*
Cahaya matahari pagi yang menyusup ke dalam cela sebuah ruangan itu membangunkan seorang pria yang tengah tertidur pulas tadi. Erangan kesakitanlah yang pertama kali keluar dari mulut pria manis itu ketika membuka matanya serta menggerakkan sedikit tubuhnya.
Hal pertama yang di lihatnya ialah sisi sampingnya yang kosong, melihat hal itu, sontak saja pria manis tadi memposisikan dirinya untuk duduk. Arthit menatap ke arah sekelilingnya, mencoba untuk mencari pria sialan yang membuatnya berakhir di sini, akan tetapi dirinya tidak menemukan siapapun.
Dengan tertatih pria itu berjalan ke arah kamar mandi, dan melihat jika ruangan itu kosong, ini membuatnya benar-benar naik pitam. Tangan pria manis itu mengepal kuat, apalagi ketika melihat beberapa lembar uang yang tergeletak di atas nakas meja begitu saja.
"Sial! Kau pikir kau bisa kabur ketika sudah melakukan ini padaku. Lihat saja, kau yang akan bertekuk lutut dan memohon padaku nanti. Bukan sebaliknya!"
Tatapan pria manis itu meredup, dia tidak bisa di perlakukan seperti ini, layaknya sebuah sampah yang tidak berharga lalu di buang begitu saja. Arthit ingin menunjukan pada pria itu di mana levelnya sebenarnya.
~*~*~*~*~*~
Pembukaan : Crazy Love 2 { sequel Of Slave }
Minggu, 7 Jan 2019~*~*~*~*~*~
KAMU SEDANG MEMBACA
[25]. Crazy Love { Sequel Of Slave } [ Kongpob x Arthit ]
Fanfiction[COMPLETED] Sequel Of Slave [Krist & Singto] "Ahhh, sakit." "Arghhh, kau sangat sempit sayang." Seseorang pria yang berada di bawah kukungan pria tampan itu hanya menatap pria itu dengan tatapan tajam, seolah ingin membunuhnya. "Lepaskan aku, Brengs...